Kerangka Konsep Penelitian Hipotesis Definisi Operasional Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Identifikasi Eosinofil

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini ada hubungan Kejadian Askariasis dengan Kadar Eosinofil. Kejadian Askariasis Siswa SD Negeri 060923 Medan Amplas Kadar Eosinofil Siswa SD Negeri 060923 Medan Amplas Universitas Sumatera Utara

3.3. Definisi Operasional

VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR HASIL SKALA Askariasis Penyakit infeksi yang disebabkan oleh A.lumbricoides Peme riksaan tinja secara lang sung Labora torium Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis Nominal Eosinofil Jenis leukosit yang diproduksi dalam sumsum tulang dan membentuk 1 sampai 3 dari jumlah leukosit. Sediaan apus darah tepi Labora torium . Normal : 1- 3 Eosinofilia rendah : 4- 5 Eosinofilia sedang : 6- 9 Eosinofilia tinggi : 9 Ordinal Universitas Sumatera Utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat analitik, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peranan eosinofil terhadap askariasis. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu pengamatan antara faktor-faktor resiko dengan efek observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat penelitian itu dilaksanakan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SDN 060923 Medan Amplas bulan Agustus-Oktober 2015. Lokasi penelitian dipilih karena lingkungan sekitar rumah kotor, tingkat pendidikan dan pendapatan yang masih rendah, sanitasi lingkungan sekolah yang buruk dan juga kesadaran berperilaku hidup sehat kurang. Kesemua faktor inilah yang mendukung penyebaran cacing A.lumbricoides. 4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi penelitian adalah siswasiswi SDN 060923 Medan Amplas kelas III-kelas IV. Penentuan populasi ini berdasarkan pertimbangan usia 5-10 tahun umumnya menderita askariasis.

4.3.2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDN 060923 kelas III-kelas IV yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang dipilih secara total sampling. Yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampel sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden dapat terpenuhi. Universitas Sumatera Utara Kriteria inklusi : 1. Anak kelas III – kelas IV yang bersedia dilakukan penelitian dengan orangtuawali menandatangani inform consent. 2. Anak yang menderita askariasis Kriteria eksklusi : 1. Anak yang mempunyai riwayat alergi dan penyakit kulit yang diketahui dari lembar pengisian kuesioner oleh orang tua 2. Anak yang mengkonsumsi obat cacing minimal 6 bulan sebelum penelitian 3. Anak yang memiliki riwayat penyakit kronis, immunocompromised, keganasan hematologi 4. Anak yang memiliki riwayat pemakaian terapi antihistamin, kortikosteroid jangka panjang dalam 6 minggu terakhir Besar Sample Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Total Sampling. Jumlah keseluruhan populasi adalah 37 siswa laki-laki dan 53 siswa perempuan. 4.4.Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini data primer adalah data kecacingan Ascaris lumbricoides yang diperoleh dari pemeriksaan feses dengan menggunakan metode Kato-Katz, pemeriksaan darah vena untuk mengetahui kadar eosinofil dan hasil wawancara dengan responden menggunakan kuesioner.

4.4.1. Cara Kerja

1. Sebelum pot tinja dibagi perlu dilakukan penyuluhan kepada siswasiswi kelas III – kelas IV mengenai infeksi cacing. 2. Jumlah tinja yang dimasukkan ke dalam pot kantong plastik sekitar 100 mg sebesar kelereng atau ibu jari tangan. Universitas Sumatera Utara 3. Spesimen harus segera diperiksa pada hari yang sama, sebab jika tidak telur cacing akan rusak atau menetas menjadi larva. Jika tidak memungkinkan tinja harus diberi formalin 5-10 sampai terendam. 4. Melakukan pengambilan sampel darah untuk mengetahui jumlah eosinofil dengan cara sediaan apus darah tepi.

4.4.2. Metode Pemeriksaan Tinja a. Identifikasi Ascaris

Pemeriksaan tinja dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti, ada dan tidaknya infeksi cacing serta membedakan jenis cacing yang menginfeksi dengan metode Kato-Katz. Alat dan Bahan : 1. Gelas Objek 2. Batang Lidi 3. Cellophane tape, ukuran lebar 2,5 cm 4. Tutup botol dari karet 5. Larutan Kato Cara membuat larutan Kato Yang dimaksud dengan Larutan Kato adalah cairan yang dipakai untuk merendammemulas selofan cellophane tape dalam pemeriksaan tinja terhadap telur cacing menurut metode Kato-Katz. 1. Untuk membuat larutan Kato diperlukan campuran dengan perbandingan Aquadest 100 bagian. Glycerin 100 bagian dan Larutan malachite green 3 sebanyak 1 bagian 2. Timbang malachite green sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam botolbeker glass dan tambahkan aquadest 100 cc sedikit demi sedikit lalu Universitas Sumatera Utara adukkocok sehingga homogen, maka akan diperoleh larutan malachite green 3 3. Masukkan 100 cc aquadest ke dalam Waskom plastik kecil, lalu tambahkan 100 cc glycerin sedikit demi sedikit dan tambahkan 1 cc larutan malachite green 3, lalu aduk sampai homoge. Maka akan didapatkan Larutan Kato 201 cc Cara merendam memulas selofan cellophane tape 1. Buatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan ukuran wadah 2. Lilitkan selofan pada bingkai tersebut 3. Rendamlah selama kira-kira 18 jan dalam Larutan Kato 4. Pada waktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam sepanjang 3 cm Cara membuat preparat 1. Pakailah sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan infeksi berbagai penyakit 2. Tulislah nomor kode pada gelas objek dengan spidol sesuai dengan yang tertulis di pot tinja 3. Ambillah tinja dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakkan di atas gelas objek 4. Tutup dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato, dan ratakan tinja di bawah selofan dengan tutup botol karet atau gelas objek 5. Biarkan sediaan selama 20-30 menit 6. Periksa dengan pembesaran lemah 100 x obyektif 10 x dan okuler 10x, bila diperlukan dapat dibesarkan 400 x obyektif 40 x dan okuler 10 x 7. Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing Universitas Sumatera Utara

b. Identifikasi Eosinofil

Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan eosinofil sebagai berikut : 1. Objek glass 2. Spreader 3. Rak pengecatan 4. Mikroskop 5. Darah vena + antikoagulan EDTA atau darah segar kapilervena, segera dibuat apusan dan dicat 6. Cat Giemsa 7. Emersi oil 8. Alkohol mikroskop Cara kerja hitung eosinofil sebagai berikut : A. Cara membuat sediaan apus darah tepi SADT 1. Pilihlah kaca objek yang bertepi betul-betul rata untuk digunakan sebagai “kaca penghapus” atau boleh digunakan “spreader” 2. Letakkan satu tetes kecil darah pada ± 2-3 mm dari ujung kaca objek di depan tetes darah 3. Tarik spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut 4. Dengan gerak yang mantap doronglah spreader sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum spreader mencapai ujung lain dari kaca objek 5. Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu tebal ketebalan ini dapat diatur dengan menggunakan sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat menggeser, makin tipis apusan darah yang dihasilkan 6. Biarkan apusan darah mengering di udara 7. Tulis identitas pada bagian preparat tebal bagian tebal Universitas Sumatera Utara Pewarnaan Giemsa 1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan 2. Genangi dengan methanol selama 2 menit 3. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir 4. Genangi dengan larutan giemsa 1:1 selama 2 menit 5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir 6. Kering anginkan 7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel leukosit Ciri sediaan yang baik sebagai berikut : 1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek. Panjang 12 – 23 panjang objek glass 2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa. Pada bagian ini eritrosit terletak berdekatan tidak bertumpukan atau menggumpal atau membentuk Roleaux. 3. Pinggir sediaan rata dan tidak berlubang-lubangbergaris-garis 4. Penyebaran leukosit baik tidak berkumpul pada pinggir atau tepi sediaan 5. Jika lebih dari 24 jam penundaan maka sel akan mengalami lisis, vakuolisasi, degranulasi, hipersegmentasi inti dan karioreksis. Efek antikoagulan EDTA : - Bila jumlah yang dipakai kurang maka darah membeku - Bila jumlah pemak, aian berlebih maka akan mempengaruhi morfologi leukosit. Universitas Sumatera Utara 4.5.Analisis Data Metode analisa data yang dilakukan sebagai berikut Arikunto, 2010 : a. Analisa Univariat Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel independen . b. Analisa Bivariat Untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel independen yaitu infeksi askariasis dengan kadar eosinofil sebagai variabel dependen, maka digunakan uji statistic Chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05 . Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Hasil Penelitian