Kesimpulan Perlindungan Hukum Terhadap Whistleblower Dalam Sistem Peradilan Pidana Pada Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari skripsi ini dan pembahasan terhadap 2 dua masalah pokok tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Adapun peran Whistleblower dalam memberantas tindak pidana baik di Indonesia maupun di luar negeri, memang sangat berperan penting. Di Indonesia sendiri, banyak kasus-kasus yang terungkap dengan kehadiran seorang Whistleblower yang membantu aparat penegak hukum dalam memberantas tindak pidana korupsi tersebut. Seperti Whistleblower Susno Duaji, Vincentius, dan lain-lain. Sedangkan peran Whistleblower di luar negeri bisa dilihat peran dari Whistleblower di Amerika Serikat ada Pengungkap Skandal Enron yaitu Sherron Watskin dan di Australia ada John McLennan sang Pengungkap Fakta Surat-surat Westpac Banking Corporation Australia, dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya yang berhasil membongkar kejahatan-kejahatan besar dan juga melibatkan orag-orang penting. 2. Perlindungan hukum yang diberikan terhadap Whistleblower dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia terdapat dalam: a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 jo. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban; b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; Universitas Sumatera Utara c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi; d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; e. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuaan Bagi Pelapor Tindak Pidana dan Saksi Pelaku; f. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 076KMASKVI2009 tentang Hak-hak Pelapor dan Terlapor; g. Nota Kesepahaman serta Peraturan Bersama, yaitu: 1 Nota Kesepahaman antara Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dengan Kejaksaan RI; 2 Nota Kesepahaman antara Komisi Pemberantasan Korupsi RI dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; 3 Nota Kesepahaman antara Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; 4 Nota Kesepahaman antara Badan Narkotika Nasional dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; 5 Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM RI, Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian RI, Komisi Pemberantasan Korupsi RI, dan Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Nomor: M.HH- 11.HM.03.02.th. 2011 Nomor: PER-045AJA122011, Nomor: 1 Tahun 2011, Nomor: KEPB-0201-55122011 Nomro: 4 Tahun 2011 Universitas Sumatera Utara Tentang Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelapor dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama.

B. Saran