Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 171
menerang kegelapan duniawi. Hasil analisa pencahayaan dapat diaplikasikan pada bangunan sebagai berikut,
Gambar. Seting dengan penerapan konsep pencahayaan ilahiah
g. Analisa terhadap penerapan tidak bermewah-mewahan
Sebuah rumah atau suatu bangunan yang sangat megah dan mewah akan membawa kebanggaan bagi pemiliknya dan kekaguman
bagi orang yang memandangnya. Namun keadaan itu justru sering membuat pemiliknya menjadi sombong, bakhil, serta lalai dari mengingat
Allah. Padahal kesenangan itu hanya bersifat sementara. Terlebih untuk sebuah masjid, karena dapat melalaikan orang yang shalat. Suatu kaum
atau negara yang memiliki masjid tersebut akan lebih membanggakan bangunannya daripada memakmurkan masjid dengan ibadah atau ta’lim.
Arsitektur Islami tidak terlepas dari seni dan keindahan namun harus pada batas yang wajar, tidak terlalu megah dan mewah.
Penerapan : Rata-rata ketinggian bangunan maksimal 2lantai.
h. Analisa terhadap efektifitas biaya dan ruang
Dalam perencanaan ruang dan tata ruang pada umumnya menghendaki agar ruang-ruang yang terbentuk lebih efektif dan
fungsional sehingga dengan demikian dapat menekan biaya. Namun harus dapat optimal dari segi penampilan, kenyamanan dan keamanan
Penerapan : Rata-rata ketinggian bangunan maksimal 2lantai.
Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 172 i. Analisa terhadap pemisahan ruang antara putra dan putri Hijab
Pemisahan entrance
adalah untuk
menghindari adanya
percampuran, berdesak-desakannya putera dan puteri, dan juga untuk menghindari kontak fisik dan pandangan antara putera dan puteri.
Rasulullah Shallallāhu alaihi wa sallam memerintahkan untuk
menundukkan pandangan adalah agar kehormatan dan kesucian seorang tetap terpelihara.
V.4. ANALISA PENDEKATAN MASA BANGUNAN V.4.1. Pendekatan Pola Tata Masa
Pola tata massa merupakan organisasi dan hubungan antar massa bangunan yang memperhatikan kondisi site dan lingkungan sekitar site. Adapun
yang menjadi kriteria dalam penentuan pola tata masa bangunan adalah: - Antar massa bangunan memiliki keterikatan yang sesuai dengan aktifitas
kegiatan dan fungsinya. - Pencapaian antar massa bangunan mudah dengan pola sirkulasi yang mampu
mengakomodasi seluruh kegiatan. - Dalam Islam dikenal adanya konsep tawazun seimbang yang menginspirasi
bentuk masa yang simetri dalam gubahannya. Berikut beberapa alternatif organisasi masa dan hubungan antar masa menurut
Francis D.K. Ching
1
:
1
Francis D.K. Ching, Arsitektur: Bentuk, Ruang Susunannya, Erlangga, Jakarta. 1985. Hlm. 205.
Alternatif Pola Tata Masa Keterangan
Terpusat Adanya ruang pemersatu antar masa
bangunan yang terdiri dari masa pusat yang dikelilingi masa sekunder.
Linier Suatu urutan dari ruang yang berulang,
bersifat fleksibel dan tanggap terhadap kondisi tapak.
Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 173
Pola tata masa yang diambil dalam arsitektur Islami mengacu pada orientasi utama umat Muslim Dunia yakni menghadap qiblat. Dengan demikian
pola yang terbentuk dari orientasi seluruh umat Muslim di berbagai belahan dunia adalah pola terpusat. Ka’bah di Makkah menjadi pedoman arah shalat
Muslim berdasarkan petunjuk Allah Subhānahu wa Ta’ālā dan menjadi tempat
berkumpulnya umat Muslim sedunia pada saat melakukan ibadah haji.
Radial Perpaduan dari organisasi massa terpusat
dan linear yang terdiri dari ruang pusat dengan beberapa organisasi linear yang
berkembang membentuk jari-jari.
Cluster Penggabungan dari ruang yang berlainan
bentuk tapi tetap berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan
Grid Merupakan pengulangan modul secara
teratur, berkesan formal, utuh dan kaku.
Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 174 V.4.2. Analisa Pendekatan Sirkulasi
Sirkulasi adalah suatu proses pergerakan dari satu titik ruang ke titik ruang yang lain, sesuai dengan arah dan kebutuhan yang ingin dicapai. Francis
D.K. Ching
2
menyebutkan beberapa pola sirkulasi sebagai berikut.
Alternatif Pola Sirkulasi Keterangan
Spiral Jalan menerus yang berasal dari sebuah titik
pusat, berputar mengelilingi dengan terus melebar.
Linier Jalan lurus yang menjadi unsur utama
penghubung jalur-jalur atau deretan ruang- ruang.
Radial
Jalan yang berkembang dari sebuah titik pusat.
Jaringan Bentuk jaringan yang menghubungkan antara
suatu titik dengan titik yang lain.
Grid Deretan
jalur yang
saling bersilangan
sehingga membentuk
kawasan-kawasan berbentuk segiempat atau bukur sangkar.
Dalam tinjauan arsitektur Islami dijelaskan agar proses sirkulasi dalam bangunan menghindari berdesak-desakannya antara ikhwan putera dan akhwat
puteri. Dengan demikian diperlukan lebar jalur sirkulasi yang cukup sehingga dapat tercipta sirkulasi yang jauh dari fitnah.
2
Francis D.K. Ching, Arsitektur: Bentuk, Ruang Susunannya, Erlangga, Jakarta. 1985.
Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 175
Agar segala bentuk kegiatan dapat terakomodasi dengan baik maka diperlukan suatu bentuk polasistem sirkulasi yang aman dan lancar.
Sirkulasi yang aman yaitu sirkulasi yang memungkinkan suatu proses pergerakan dari suatu rangkaian kegiatan berlangsung tanpa mendapatkan
halangan serta menjauhi syubhat. Untuk mewujudkan sirkulasi yang aman diperlukan perencanaan sirkulasi dengan memerhatikan hal sebagai berikut:
- Pembedaan jalur sirkulasi manusia dan barang, yang juga dalam hal ini adalah jalur sirkulasi utama yakni pengunjung dan jalur sirkulasi servis.
- Pembagian jalur sirkulasi antara ikhwan dan akhwat untuk menghindari kontak pandangan dan terlebih fisik dengan merencanakan lebar jalur yang
cukup. Sirkulasi yang lancar adalah kondisi dimana suatu proses pergerakan dari suatu
rangkaian kegiatan dapat berlangsung tanpa henti mengalir, tak terhambat. Hal ini diwujudkan dengan cara:
- Membagi jalur sirkulasi untuk masing-masing kegiatan yang ada, ditambah flow gerak yang cukup untuk kenyamanan.
- Mewujudkan pola ruang yang memperhatikan hubungan antar ruang yang terbentuk sehingga dapat diketahui jalur dan arahan gerak sirkulasinya.
Perencanaan sirkulasi ini berlaku untuk sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal.
Akhwat Ikhwan Akhwat
Ikhwan
Sirkulasi Horisontal Sirkulasi Vertikal
Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 176 V.4.3.
Analisa Pendekatan Kenyamanan Ruang a. Pencahayaan
Inilah cahaya Islam yang menerangi jiwa-jiwa manusia dari segala kesesatan. Pada bangunan Pusat Pengembangan Islam Surakarta fungsi
pencahayaan tidak hanya bersifat fisik pada pencahayaan ruangan. Fungsinya yang mendidik individu Muslim agar menjadi sosok Muslim yang shalih dan
berjuang menegakkan Dinullah menjadi bagian dari cahaya-Nya yang menerangi arah hidup kaum Muslimin kepada jalan yang lurus.
Adapun yang menjadi dasar pertimbangan pencahayaan dari aspek arsitektural adalah sebagai berikut:
- Memberikan kenyamanan pencahayaan ruang bagi pemakai. - Kebutuhan efek-efek tertentu dari pencahayaan dengan menyesuaikan
intensitas pencahayaan pada ruang-ruangnya. - Jenis ruang dan kegiatannya.
a.1. Pencahayaan Alami