Konsep Pemilihan Lokasi dan Penentuan Site

Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 190

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

PONDOK PESANTREN INTERNASIONAL DI SURAKARTA

VI.1. Konsep Pemilihan Lokasi dan Penentuan Site

Pada analisa bab sebelumnya telah terpilih lokasi yang mendukung berdirinya Pondok Pesantren Internasional berada di jalan Ronggowarsito. Dengan Batasan Site sebagai berikut : Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 191 Gambar site terpilih Sumber : Analisa Pribadi Data Site:  Batasan 1. Batas Utara : Jalan Yosodipuro 2. Batas Timur : Jalan Kartini 3. Batas Selatan : Jalan Ronggowarsito 4. Batas Barat : Jalan Gajah Mada 5. Batas Barat Laut : Rumah Wakil Walikota Surakarta  Luas Site : +- 26.721 m 2  Kondisi : arus lalu lintas tinggi pada sebelah selatan site, kepadatan bangunan tinggi. VI.1. Konsep Pengolahan Site VI.1.1. Pencapaian. Analisa terhadap kondisi yang ada dimana main entranceME sebaiknya diletakkan pada jalan Ronggowarsito karena jalur ini dilalui alat transportasi dengan jalur searah dan Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 192 memiliki kepadatan arus lalu lintas yang cukuptidak terlalu tinggi. Bukaan diletakkan dibagian Selatan dengan sistem sirkulasi dua arah. Side entrance diletakkan pada Jalan Yosodipuro, karena jalan ini cukup sepi.. Peletakan bukaan diarahkan pada bagian Utara karena merupakan bagian belakang site. Sehingga sesuai dengan fungsinya sebagai service entrance. Gambar output Analisa Pencapaian VI.1.2. Orientasi Bangunan Karena jalan Gajah Mada merupakan satu-satunya jalan arteri yang mengelilingi site maka jalan tersebutlah yang menjadi acuan arah orientasi bangunan. Karena dengan demikian akan sesuai dengan arah pergerakan lalu lintas disekitar site dan sesuia dengan sudut pandang pengendarapejalan. Secara lebih detil diketahui bahwa jalan Gajah Mada mengarah ke barat laut. Hal ini dapat menambah potensi masjid sebagai salah satu tampilan menarik kedalam kawasan Pondok. Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 193 Gambar output Analisa Orientasi Site VI.1.3. Kebisingan Jalan Gajah Mada yang cukup padat merupakan sumber noise yang utama karena selain jalan tersebut, site dikelilingi pemukiman penduduk. Oleh karena itu maka peletakan area yang butuh ketenangan harus dijauhkan dari jalan raya sehingga perfomansinya baik. Gambar output Analisa Terhadap Kebisingan VI.1.4. Zonifikasi Pada Analisa Zoning, Zona dalam Pondok Pesantren Internasional di bagi menjadi 4 zona, yaitu : Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 194 a. Zona Privat Zona privat memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Kondisi Jalan di sekitarnya tenang dan tidak terlalu bising. 2. Berada jauh dari main entrance Bangunan yang berada di Zona Privat adalah bangunan Asrama Santri dan Ustadz b. Zona Semi Privat Kriteria : 1. Jalan di sekitarnya tenang. 2. Tidak terlalu dekat dengan Main entrance 3. Dekat dengan zona Privat Bangunan Ynag terletak di Zona semi privat adalah balai Kesehatan Pondok. c. Zona semi Publik Kriteria : 1. Akses mudah 2. Tidak terlalu dekat dengan main entrance 3. Dekat dengan pusat kegiatan 4. Berada di tengah zona public dan semi privat Banguan yang terletak di zona semi public adalah kantor pusat, dan sekolah. d. Zona Publik Kriteria: 1. Dekat dengan main entrance 2. Mejadi pusat kegiatan 3. Akses mudah Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 195 Out put : Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 196 VI.1.5. Sirkulasi Sirkulasi Dalam Site di Sesuaikan berdasarkan kegiatan pengguna site Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 197 Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 198 VI.2. Konsep Sirkulasi Dalam tinjauan arsitektur Islami dijelaskan agar proses sirkulasi dalam bangunan menghindari berdesak-desakannya antara ikhwan putera dan akhwat puteri. Dengan demikian diperlukan lebar jalur sirkulasi yang cukup sehingga dapat tercipta sirkulasi yang jauh dari fitnah. Agar segala bentuk kegiatan dapat terakomodasi dengan baik maka diperlukan suatu bentuk polasistem sirkulasi yang aman dan lancar.  Sirkulasi yang aman yaitu sirkulasi yang memungkinkan suatu proses pergerakan dari suatu rangkaian kegiatan berlangsung tanpa mendapatkan halangan serta menjauhi syubhat. Untuk mewujudkan sirkulasi yang aman diperlukan perencanaan sirkulasi dengan memerhatikan hal sebagai berikut: - Pembedaan jalur sirkulasi manusia dan barang, yang juga dalam hal ini adalah jalur sirkulasi utama yakni pengunjung dan jalur sirkulasi servis. Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 199 - Pembagian jalur sirkulasi antara ikhwan dan akhwat untuk menghindari kontak pandangan dan terlebih fisik dengan merencanakan lebar jalur yang cukup.  Sirkulasi yang lancar adalah kondisi dimana suatu proses pergerakan dari suatu rangkaian kegiatan dapat berlangsung tanpa henti mengalir, tak terhambat. Hal ini diwujudkan dengan cara: - Membagi jalur sirkulasi untuk masing-masing kegiatan yang ada, ditambah flow gerak yang cukup untuk kenyamanan. - Mewujudkan pola ruang yang memperhatikan hubungan antar ruang yang terbentuk sehingga dapat diketahui jalur dan arahan gerak sirkulasinya. Perencanaan sirkulasi ini berlaku untuk sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Akhwat Ikhwan Akhwat Ikhwan Sirkulasi Horisontal Sirkulasi Vertikal VI.3. Konsep Kenyamanan Ruang VI.3.1. Pencahayaan a. Pencahayaan Alami Adalah pencahayaan dalam ruang yang mengandalkan sinar matahari. Intensitas cahaya matahari pada siang hari berkisar antara 5000 – 10000 lux. Ruang-ruang yang membutuhkan pencahayaan ini adalah seperti hall, lobby, masjid dan lain-lain. Pada umumnya pemanfaatan pencahayaan alami adalah tidak langsung mengingat sinar tersebut mengandung unsur-unsur radiasi yang dapat Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 200 mengganggu kenyamanan pengguna. Untuk menghindari penerimaan sinar matahari secara langsung ditempuh dengan cara: - Memanfaatkan dan membaurkan sinar dengan menggunakan elemen kaca pada jendela. - Mengadakan penyaringan terhadap sinar yang mengandung ultra violet dengan UV filtering glass ataupun dengan unsur-unsur arsitektural pada bangunan yang mampu mengurangi banyaknya cahaya yang masuk. - Luas bukaan dipertimbangkan terhadap luas tiap lantai yakni 110- nya. b. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan dibutuhkan pada ruang-ruang yang tidak mendapatkan pencahayaan alami langsung yang cukup ataupun bila terjadi keadaan di mana cahaya alami tidak cukup kuat menerangi atau intensitasnya tidak sesuai dengan jenis ruang dan kegiatan. Adapun jenis penerangan buatan yang dibutuhkan berdasarkan fungsi ruang adalah sebagai berikut:  Lampu pijar dan lampu TL Penerangan jenis ini digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan sedangkecil seperti lavatory, shaft dan lain-lain. Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 201  Fluorescence Digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan tinggi dengan berbagai jenis tingkat kekuatan penerangan sesuai dengan kebutuhan.  Special lighting Untuk ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan khusus serta untuk menciptakan suasana ruang yang berbeda seperti pada objek pameran dengan menggunakan spotlight. VI.3.2. Penghawaan a. Penghawaan Alami Bersumber dari bukaan-bukaan udara seperti jendela dan ventilasi. Setiap ruang diusahakan mempunyai bukaan untuk pemasukan penghawaan alami dengan lebar bukaan minimum 13 luas ruangan. b. Penghawaan Buatan Digunakan untuk mengatur kelembaban dan suhu ruang yang nyaman dan memenuhi persyaratan ruang. Penghawaan ini bersumber dari Air Conditioner AC dengan menggunakan sistem sebagai berikut: - Sistem AC Central, dipergunakan hampir di seluruh ruangan gedung. - Sistem Exhaust Fan, dipergunakan pada toilet, dapur dan tangga darurat. VI.3.3. Akustik a. Akustik lingkungan Dasar pertimbangan perencanaan: - Pemilihan jenis unsur-unsur alam tanaman dan batuan dan buatan beton, pasangan bata dan barier yang mampu meredam suara. - Pemilihan tempat dan lokasi penempatan penghalang bunyi. Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 202 Mengatur tata lingkungan agar unsur penanggulangan bising menjadi unsur keindahan bagi lingkungan b. Akustik Ruang Akustik ruang mengatur tata suara di dalam bangunan dengan meredammeniadakan suara-suara bising dan mengatur sistem tata suara agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan. Untuk meredam bunyi biasanya dilakukan dengan memberi bahan peredam pada dinding dan karpet sebagai penutup lantai. VI.4. Konsep Struktur  Modul Horisontal Menggunakan modul dasar manusia berdasarkan skala tubuh dan area geraknya yakni 60 cm.  Modul Vertikal Dihitung berdasarkan modul gerak manusia secara vertikal yakni 230 cm ditambah dengan dimensi balok, pipa AC dan pipa utilitas. VI.4.1. Sistem Sub Struktur - Pondasi menerusbatu kali. - Foot plate. VI.4.2. Sistem Super Struktur - Sistem struktur rangka. - Sistem struktur masamasif. VI.4.3. Struktur Atap Merupakan komponen struktur yang berfungsi melindungi bangunan beserta isinya dari pengaruh cuaca. Struktur ini terkadang sering menjadi perhatian utama dan menjadi dasar pembeda berbagai gaya Pondok Pesantren Internasional Di Surakarta _ 203 arsitektur, terutama pada arsitektur tradisional. Adapun yang menjadi pertimbangan penentuan struktur atap adalah: - Mampu menahan beban dan perlindungan terhadap gaya dan iklim yang bekerja seperti angin, hujan, panas dan dingin. - Kemudahan dalam pengerjaan. - Mampu mendukung ekspresi dan tampilan bangunan. Beberapa alternatif struktur atap: - Sistem struktur rangka. - Plat beton. - Struktur lipat. VI.5. Konsep Utilitas VI.5.1. Sistem Air Bersih Sebuah naungan yang baik adalah kedekatannya dengan sumber air karena selain menjadi kebutuhan yang vital untuk minum, keberadaan air dalam Islam menjadi sarana bersuci yang merupakan pembuka ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur`an dan thawaf.

a. Sumber Air Bersih