22
2.8.5 Penggunaan emulsi
Berdasarkan penggunaannya, emulsi dibagi dalam 2 golongan, yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk pemakaian luar.
a. Emulsi untuk pemakaian dalam Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi per oral dan injeksi intravena.
Suatu emulsi ow merupakan suatu cara pemberian oral yang baik untuk cairan- cairan yang tidak larut dalam air, terutama jika fase terdispers mempunyai fase
yang tidak enak. Senyawa yang larut dalam lemak, seperti vitamin, diabsorpsi lebih sempurna jika diemulsikan daripada jika diberikan per oral dalam suatu
larutan berminyak. Penggunaan emulsi intravena telah diteliti sebagai suatu cara untuk merawat pasien lemah yang tidak bisa menerima obat-obat yang diberikan
secara oral Florence dan Attwood, 2006; Kulshreshtha, et al., 2010; Martin, et al., 2011; Mootoosingh dan Rousseau, 2006.
b. Emulsi untuk pemakaian luar Emulsifikasi banyak digunakan dalam pembuatan produk obat dan
kosmetik untuk penggunaan luar, khususnya pada losion dan krim dermatologi dan kosmetik karena produk yang diinginkan adalah produk yang mudah
menyebar dan benar-benar menutupi area yang dioleskan. Produk tersebut kini dapat diformulasi menjadi produk yang dapat dibersihkan dengan air dan tidak
menimbulkan noda Florence dan Attwood, 2006; Kulshreshtha, et al., 2010; Martin, et al., 2011; Mootoosingh dan Rousseau, 2006.
2.8.6 Pembuatan emulsi
Emulsi dapat dibuat dengan beberapa metode, yaitu metode gom kering, gom basah dan metode botol.
23
a. Metode Gom Kering Metode ini juga dikenal sebagai metode 4:2:1 karena untuk tiap 4 bagian
minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom ditambahkan untuk membuat emulsi utama atau emulsi awal. Dalam metode ini gom atau zat pengemulsi ma lainnya
dihaluskan dengan minyak dalam mortir porselen dengan sempurna sampai seluruhnya bercampur. Sesudah minyak dan gom dicampur, dua bagian air
kemudian ditambahkan sekaligus, dan campuran tersebut digerus dengan segera dan dengan cepat serta terus-menerus sampai emulsi utama terbentuk berwarna
putih krim. Umumnya dibutuhkan waktu 3 menit pencampuran untuk menghasilkan emulsi utama seperti itu. Bahan formulatif cair lainnya yang larut
dalam fase luar kemudian bisa ditambahkan ke emulsi utama tersebut dengan pengadukan. Zat padat seperti pengawet, penstabil, zat warna, dan bahan pemberi
rasa biasanya dilarutkan dalam air dengan volume yang sesuai dan ditambahkan sebagai larutan ke emulsi utama tersebut. Ketimbang menggunakan mortir dan
stamper, ahli farmasi umumnya dapat membuat emulsi yang baik sekali dengan menggunakan metode gom kering dan mikser atau blender listrik Ansel, 1989.
b. Metode Gom Basah Mucilago gom dibuat dengan menghaluskan gom arab dengan air dua kali
beratnya dalam suatu mortir. Minyaknya kemudian ditambahkan sebagian dengan perlahan-lahan dan campuran tersebut diaduk sampai minyaknya teremulsi.
Campuran tersebut haruslah kental selama proses itu, penambahan air bisa ditambahkan dan diaduk ke dalam campuran tersebut sebelum bagian minyak
berikutnya ditambahkan. Sesudah semua minyak ditambahkan, campuran diaduk selama beberapa menit untuk memastikan kerataannya. Bahan formulatif lainnya
24
ditambahkan dan emulsi tersebut dipindahkan ke gelas ukur untuk mencukupkan volumenya dengan air Ansel, 1989.
c. Metode Botol Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dari minyak-minyak
menguap dan mempunyai viskositas rendah. Caranya, serbuk gom arab dimasukkan ke dalam suatu botol kering, ditambahkan dua bagian air kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat dalam wadah tertutup. Suatu volume air yang sama dengan minyak kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit sambil
terus mengocok campuran tersebut setiap kali ditambahkan air. Jika semua air telah ditambahkan, emulsi utama yang terbentuk bisa diencerkan sampai
mencapai volume yang tepat dengan air atau larutan zat formulatif lain dalam air Ansel, 1989.
2.8.7 Zat Pengemulsi