2.1.5 Diagnosis a. Anamnesis
Menurut survey American Bronchoesophageal Association yang dikutip oleh Ford 2005 keluhan yang tersering yang didapat dari hasil
anamnesis penderita refluks laringofaring adalah throat clearing 98, batuk yang terus mengganggu 97, perasaan mengganjal di tenggorok
95 dan suara parau 95.
b.Gejala Klinis
Untuk penilaian atas gejala pasien dengan penyakit refluks laringofaring, Belafsky, seperti yang dikutip oleh Tamin 2008 membuat
sembilan komponen indeks gejala yang dikenal dengan indeks gejala refluks Reflux Symptom Index = RSI. RSI mudah dilaksanakan ,
mempunyai reabilitas dan validitas yang baik, serta dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu menit. Skala untuk setiap komponen
bervariasi dari nilai 0 tidak mempunyai keluhan sampai dengan nilai 5 keluhan berat dengan skor total maksimum 45 dan RSI dengan nilai 13
dicurigai penyakit refluks laringofaring Belafsky et al. 2002; Tamin 2008.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Indeks Gejala Refluks RSI
Reflux Symptom Index RSI Dalam 1 bulan terakhir, apakah kamu menderita
0 = tidak, 5 = sangat berat
1 Suara serak problem suara
1 2
3 4
5 2
Clearing your throat sering mengeluarkan lender tenggorok mendehem
1 2
3 4
5 3
Mukus berlebih PND Post Nasal Drip 1
2 3
4 5
4 Kesukaran menelan
1 2
3 4
5 5
Batuk setelah makan berbaring 1
2 3
4 5
6 Kesukaran bernafas chocking
1 2
3 4
5 7
Batuk yang mengganggu 1
2 3
4 5
8 Rasa mengganjal di tenggorok
1 2
3 4
5 9
Heartburn, rasa nyeri di dada, gangguan pencernaan, regurgitasi asam
1 2
3 4
5
Sumber : Belafsky et al. 2002
Tanda klinis yang sering ditemukan pada penyakit refluks laringofaring adalah laringitis posterior dengan eritema, edema dan penebalan dinding
posterior dari glottis. Tanda-tanda lain adalah granuloma pita suara, contact ulcer, stenosis subglottis Andersson 2009.
Untuk memeriksa keadaan patologis laring setelah terjadinya refluks laringofaring. Belafsky juga memperkenalkan skor refluks seperti yang
dikutip oleh Tamin 2008, yaitu Reflux Finding Score RFS yang merupakan delapan skala penilaian dalam menentukan beratnya
gambaran kelainan laring yang dilihat dari pemeriksaan nasofaringolaringoskopi serat optik lentur. Skala ini bervariasi dari nilai 0
tidak ada kelainan sampai dengan nilai maksimum 26 nilai yang
Universitas Sumatera Utara
terburuk dan RFS 7 yang dianggap tidak normal. RFS merupakan penilaian kelainan yang mudah dilakukan dan mempunyai inter and
intraobserver reproducibility yang baik. Walaupun setiap komponen bersifat subyektif tetapi skor secara keseluruhan merupakan penilaian
yang dapat dipercaya dalam melihat perbaikan dengan terapi anti refluks Belafsky et al. 2001; Tamin 2008.
Tabel 2.2. Skor Refluks RFS Reflux Finding Score RFS
Edema Subglotik pseudosulcus vokalis 0 = tidak ada 2 = ada
Ventrikular obliterasi 2 = parsial
4 = komplit Eritema hyperemia
2 = hanya aritenoid 4 = difus
Edema pita suara 1 = ringan
2 = moderat 3 = berat
Edema laring difus 1 = ringan
2 = moderat 3 = berat
4 = obstructing
Hipertrofi komisura posterior 1 = ringan
2 = moderat 3 = berat
4 = obstructing
Granula jaringan granulasi 0 = tidak ada
2 = ada Mukus kental endolaring
0 = tidak ada 2 = ada
Sumber : Belafsky et al. 2001
Universitas Sumatera Utara
Keadaan patologis laring tersering yang dijumpai adalah hipertrofi laring posterior sebesar 85. Koufman yang dikutip oleh Belafsky et al
2001 pertama kali menyebutkan edema subglotis dengan sebutan pseudosulkus vokalis dimana edema subglotis tersebut menyebar hingga
ke daerah komisura posterior laring seperti tampak pada gambar 2.1.
Keadaan ini harus dibedakan dengan epitel sekunder pita suara yang terjadi akibat tidak terbentuknya lapisan superficial pada lamina propria.
Keadaan lain seperti ventricular obliterasi ditemukan sebanyak 80 akibat terjadinya edema dan hiperemis dipita suara dan plika ventrikularis seperti
tampak pada gambar.
Gambar. 2.1 : Pseudosulcus vocalis Pham 2009.
Gambar 2.2 : Ventrikular obliterasi Pham 2009.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 : Eritemia hiperemia Pham 2009.
Gambar 2.5 : Edema laring Pham 2009. Gambar 2.4: Edema pita suara Pham 2009.
Universitas Sumatera Utara
Obliterasi parsial mempunyai nilai skor 2, sedangkan obliterasi komplit nilai skor 4, demikian pula pada eritema atau hiperemia laring, bila hanya
mengenai aritenoid mempunyai skor 2, sedangkan merata hingga laring skor 4. Edema ringan atau slight swelling pita suara skor 1, bila edema
tampak jelas skor 2, berat skor 3, dan bentuk pita suara sudah tidak halus atau polypoid degeneration maka skor penilaian menjadi 4.
Gambar 2.6 : Hipertrofi komisura posterior Pham 2009.
Gambar 2.7: Granuloma Pham 2009.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian laring secara keseluruhan terbagi atas hipertrofi komisura posterior yang ringan skor 1, bila hipertrofi telah mempunyai batas yang
jelas dengan sekelilingnya skor 2, bila hipertrofi telah meluas hingga akan menyebabkan obstruksi jalan nafas skor 3 dan bila hipertrofi telah
menyebabkan obstruksi jalan nafas skor 4. Penilaian terakhir berupa ada tidaknya granulasi ataupun mukus kental endolaring, bila ditemukan maka
skor 2 Belafsky et al. 2002.
c. Pemeriksaan pH