Arahan Penyediaan dengan Strategi LID

RTNH Lapisan Permukaan Sistem Drainase Jaringan Lokal RTNH RTRW Kelurahan Jaringan Tingkat Lokal area kota RWKelurahan Kecamatan Jaringan Tingkat kota Kelurahan Kecamatan Kota Muara Akhir Sungai danau laut RTNH: Plasa Area Parkir Lapangan OR bermain Perkerasan non poros Perkerasan poros permukaan menyerap di area RTNH f. sistem pengumpul air seperti fasilitas pengumpulan dibawah permukaan, cisterns, atau bak air hujan yang digunakan pada bangunan Tabel 3.11 Jaringan Sistem Drainase RTNH

3.5. Strategi Pembangunan Berdampak Rendah

Penyediaan dan pemanfaatan RTNH harus memperhatikan dan mengacu kepada strategi pembangunan berdampak rendah yang terdiri dari: a. meminimalkan pembangunan dalam area ruang terbuka; b. mengendalikan erosi melalui kegiatan perbaikan teknik lansekap; c. mengurangi panas area dengan menggunakan metode perencaan lansekap dan bangunan ramah lingkungan; d. meminimalkan gangguan terhadap habitat; e. merehabilitasi kawasan yang terdegradasi dengan memperbaiki habitat untuk hewan dilindungi menggunakan tumbuhan alami dan menjaga keberlangsungan siklus hidrologi; f. merencanakan transportasi yang berkelanjutan melalui solusi kebijakan transportasi bersama-sama dengan perencanaan wilayah yang mengakui kebutuhan akan parkir sepeda, pembatasan penggunaan kendaraan carpool staging, dan dengan pendekatan kepada konsep transportasi masal. Mendukung alternatif sistem angkutan tradisional lokal traditional commuting; dan g. mempertimbangkan keselamatan lingkungan ekologis bersama dengan isu keberlanjutan wilayah. Harus ditekankan mengenai lokasi jalan akses, parkir, penghalang bagi kendaraan masuk pada area tertentu, dan penerangan area sekeliling, diantara isu penting lainnya.

3.5.1. Arahan Penyediaan dengan Strategi LID

Untuk mengoptimalkan penyediaan dan pemanfaatan RTNH, maka arahan strategi penyediaan dan pemanfaatan RTNH agar berdampak lingkungan yang rendah adalah sebagai berikut: a. meminimalkan pembangunan dalam area ruang terbuka, melalui: 1 pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas yang sudah ada; dan 2 penggunaan area tanah yang rusak disturbed landbrownfields. b. mengendalikan erosi melalui kegiatan perbaikan teknik lansekap, melalui: 1 penggunaan vegetasi, kemiringan, dan teknik stabilisasi tanah untuk mencegah erosi; 43 2 penangkapan aliran permukaan air hujan di lokasi, merencanakan teknik retensi air hujan di lapangan seperti perkerasan yang tembus air pervious pavement; dan 3 penekanan penggunaan tanaman gemar air untuk mengurangi aliran permukaan. c. mengurangi panas area dengan menggunakan metode perencanaan teknik lansekap dan bangunan ramah lingkungan, meliputi: 1 pengalokasian bangunan dapat berintegrasi aktif maupun pasif terhadap penghematan energi; 2 pemanfaatan ventilasi alami; 3 maksimalisasi penggunaan matahari untuk pencahayaan siang hari; dan 4 pertimbangan dampak pembangunan disekeliling bangunan terhadap area sekitar contoh: temperatur, pencahayaan siang hari, ventilasi, dll. d. meminimalkan gangguan terhadap habitat, melalui: 1 pengurangan gangguan terhadap alam dan pertahankan keutamaan vegetasi sedapat mungkin; 2 pengurangan bangunan dan tapak perkerasan; 3 pembatasan gangguan ruang pada luasan yang minimal disekitar area bangunan, termasuk letakkan bangunan dekat dengan infrastruktur; dan 4 perencanaan tahapan konstruksi dengan pertimbangan peduli lingkungan. e. merehabilitasi kawasan yang terdegradasi dengan memperbaiki habitat untuk hewan dilindungi, menggunakan tumbuhan alami dan menjaga keberlangsungan siklus hidrologi, melalui: 1 maksimalisasi penggunaan pohon-pohon eksisting dan tanaman lainnya untuk meneduhi alur pejalan kaki, parkir, dan area terbuka lainnya. Pastikan kelengkapan dan lansekap di dalam area mendukung desain yang menunjang terciptanya keamanan dan keselamatan. Seimbangkan aspek keamanankeselamatan dan aspek keberlanjutantujuan sebagai usaha preventif terhadap kejahatan, melalui desain yang sadar lingkungan. Integrasikan bentuk kontur dan lansekap ke dalam proses perencanaan lokasi, untuk mengamankan sumber alam; 2 pertimbangan penggunaan penutup pada alur pejalan kaki, area parkir, dan area terbuka diperkeras lainnya atau buat dengan material yang mempunyai daya refleksi rendah, khususnya pada daerah beriklim panas. Pastikan material penutup tidak mejadi penghalang untuk daerah dengan ketinggian kritis untuk menjaga keamanan; dan 3 penggunaan finishing permukaan dengan material warna muda untuk mengurangi beban energi dan menambah umur konstruksi, khususnya pada daerah iklim panas; dan 4 pertimbangan penggunaan tanaman hijau. f. merencanakan transportasi yang berkelanjutan melalui solusi kebijakan transportasi bersama-sama dengan perencanaan wilayah, melalui: 1 penempatan bangunan dengan akses ke jaringan transportasi umum dan batasi parkir di badan jalan; 2 penggunaan alternatif perkerasan berpori pada perkerasan jalan dan alur pejalan kaki; 3 penyediaan jalur untuk bersepeda, jalan kaki, area perparkiran dan telecommuting transports; dan 4 penyediaan fasilitas pengisi bahan bakar untuk kendaraan disekitar area. g. mempertimbangkan keselamatan lingkungan ekologis bersama dengan isu keberlanjutan wilayah, melalui: 1 pertimbangan pembuatan kolam retensi dan tanggul untuk penahan erosi, pengaturan manajemen air hujan, dan kurangi panas permukaan dan juga penghalang untuk pengendalian akses ke bangunan; dan 44 2 penggunaan pepohonan untuk memperbaiki kualitas lokasi juga gunakan sebagai proteksi pagar hidup untuk mengaburkan pandangan terhadap barang dan penghuni didalam bangunan.

3.6. Pengaturan Material, Sistem Drainase, Sistem Persampahan dan Marka Pada Tipe-Tipe RTNH