BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus migrasi desa ke kota dan
urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat. Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan
implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota.
Penataan ruang kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial, serta ruang-ruang
terbuka publik open space di perkotaan. Kualitas ruang terbuka publik sedang mengalami penurunan yang signifikan, sehingga telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan
perkotaan seperti sering terjadinya banjir di perkotaan, tingginya polusi udara dan suara, meningkatnya kerawanan sosial antara lain: kriminalitas dan menurunnya produktivitas
masyarakat karena terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial dan relaksasi.
Secara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau RTH dan Ruang Terbuka Non Hijau RTNH. Mengingat pentingnya peran ruang terbuka RTH
maupun RTNH dalam penataan ruang kota maka ketentuan mengenai hal tersebut perlu diatur.
Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang UUPR pasal 31 diamanatkan perlunya ketentuan mengenai penyediaan dan pemanfaatan RTH maupun
RTNH. Khusus untuk ketentuan mengenai penyediaan dan pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan telah ditetapkan dengan Permen PU No. 5PRTM2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Oleh karena itu Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau RTNH disusun untuk memberikan acuan kepada pemerintah kabupatenkota dalam perencanaan
tata ruang baik skala rencana umum maupun detail, bahkan pada skala yang lebih teknis Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran
1.2.1. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan untuk: a. menyediakan acuan yang memudahkan pemangku kepentingan, seperti pemerintah kota,
perencana, maupun pihak-pihak terkait, dalam perencanaan, perancangan, pembangunan, dan pengelolaan RTNH;
b. memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana dan rancangan pembangunan serta pengelolaan RTNH;
c. memberikan bahan bagi peningkatan kesadaran masyarakat mengenai arti pentingnya RTNH bagi kehidupan masyarakat perkotaan; dan
d.
memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait tentang perlunya RTNH sebagai pembentuk ruang yang berkualitas untuk beraktivitas dan
bertempat tinggal.
8
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari pedoman ini adalah: a. menjaga ketersediaan ruang terbuka dengan perkerasan sebagai tempat untuk berbagai
aktivitas, selain yang berupa RTH; b. menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
untuk kepentingan masyarakat; dan c. mengoptimalkan fungsi ruang terbuka di wilayah perkotaan sebagai aktivitas sosial dan
budaya.
1.2.3. Sasaran
Adapun sasaran yang hendak dicapai melalui pedoman ini adalah teridentifikasinya: a. pengertian RTNH secara definitif;
b. kepentingan urgensi penyelenggaraan RTNH; c. fungsi, manfaat dan tipologi RTNH;
d. kedudukan RTNH pada wilayah kotakawasan perkotaan; e. arahan dan kriteria penyediaan RTNH;
f. konsepsi pembangunan berdampak rendah pada penyediaan RTNH; g. pemanfaatan RTNH di kawasan perkotaan; dan
h. proses penyelenggaraan RTNH dan keterlibatan pihak terkait.
1.3. Fungsi Pedoman