Pemangku Kepentingan Dalam Perusahaan Perbankan

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMANGKU

KEPENTINGANSTAKEHOLDER DALAM AKUISISI PERBANKAN

A. Pemangku Kepentingan Dalam Perusahaan Perbankan

1. Pemangku KepentinganStakeholder Internal a. Pemegang saham Salah satu komponen dari perseroan yang turut menjadi obyek pengaturan hukum dan perlu untuk diuraikan secara lebih jelas disini adalah pemegang saham. Pemegang saham adalah komponen utama dalam perseroan. Pemegang saham memasukkan andil atau bagian kepemilikannya kepada perseroan dan sebagai gantinya pemegang saham diberikan surat saham sebagai tanda bahwa ia ikut memiliki perseroan tersebut sebesar jumlah pemasukan atau surat saham yang dimilikinya. Pemegang saham dibedakan menjadi : 1 Pemegang saham mayoritas Pemegang saham mayoritas didasarkan pada komposisi jumlah kepemilikan saham, maupun berdasarkan hak yang dimilikinya. Pemegang saham adalah seseorang atau badan yang memiliki lebih dari 50 dari saham yang beredar di perusahaan. Pemegang saham mayoritas sering disebut sebagai pendiri perusahaan, dan keturunan pendiri. Berdasarkan mengendalikan lebih dari setengah hak kepemilikan saham di perusahaan, pemegang saham mayoritas memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam pengendalian operasi bisnis dan Universitas Sumatera Utara arah strategis perusahaan. 75 Istilah pengendalian ditemukan dalam literatur lain, yakni sebagai pihak yang berdasarkan pada kepemilikan sahamnya mampu mengambil keputusan dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham perseroan, termasuk di dalamnya mempunyai kemampuan, baik langsung maupun tidak langsung untuk mengendalikan suatu perseroan dengan cara: Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas “UUPT”, tidak menyebutkan secara jelas pengertian dari pengendalian perseroan terbatas. Namun, istilah pengendalian perseroan terbatas dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 11 UUPT yaitu sebagai berikut:“Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Badan Hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut”. Selain itu, kata “pengendalian” juga terdapat dalam Pasal 125 ayat 3 UUPT, yaitu sebagai berikut:“Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah pengambilalihan saham yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Perseroan tersebut.” 76 a. Menentukan diangkat dan diberhentikannya direksi atau komisaris; atau, b. melakukan perubahan anggaran dasar 75 Isvestopedia, Defenition of ‘Mayority Shareholder, http:www.investopedia.comtermsmmajorityshareholder.asp, diakses 15 Maret 2014 76 Alsha Alexandra Kartika,Pengendalian Perseroan Terbatas, http:www.hukumperseroanterbatas.com20120606pengendalian-perseroan-terbatas, diakses 15 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara Secara umum dikatakan bahwa pengendali adalah pemegang saham yang memiliki suara mayoritas. Terkait dengan hal tersebut, maka dikenal adanya: a suara mayoritas sederhana simple majority yang mewakili mayoritas secara umum. b suara mayoritas mutlak absolute majority yang mewakili kepemilikan lebih dari 50 saham yang telah dikeluarkan secara sah oleh perseroan; c suara mayoritas khusus special majority, yang mewakili kepemilikan sejumlah saham secara khusus. Ketentuan mengenai pemegang saham terdapat juga dalam Peraturan Bapepam No.IX.F.1 tentang Penawaran Tender. Dalam Peraturan Bapepam No.IX.F.1 tentang Penawaran Tender ini mengatur tentang komposisi pemegang saham mayoritas. Pemegang saham mayoritas Pasal 1 butir c yang mengatakan bahwa bahwa pemegang saham utama adalah setiap pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 20 dua puluh persen hak suara dari seluruh saham yang dikeluarkan perseroan. 77 2 Pemegang saham minoritas Pemegang saham minoritas dalam akuisisi merupakan salah satu stakeholder disamping pemegang saham mayoritas, direksi, komisaris, pegawai, kreditor, lebih dari itu pemegang saham minoritas merupakan pihak yang membawa pundi-pundi bagi perusahaan. 78 77 Badan Pengawas Pasar Modal, Peraturan Bapepam No.IX.F.1 , Keputusan Ketua Bapepam Tentang Penawaran Tender No.Kep‐85PM1996, Pasal 1 butir c Peraturan perundang-undangan tidak 78 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hlm 171 Universitas Sumatera Utara memberikan defenisi tentang pemegang saham secara eksplisit, namun didalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang terdapat dalam Pasal 79 Ayat 2 b, Pasal 97 Ayat 6, Pasal 114 Ayat 6, dan Pasal 144 Ayat 1 dapat dipahami bahwa bahwa pemegang saham minoritas adalah 1 satu pemegang saham atau lebih yang masing-masing atau bersama-sama mewakili paling sedikit 110 satu per sepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dalam Perseroan. Keputusan Ketua Bapepam Tentang Penawaran Tender No.Kep‐85PM1996, Pasal 1 butir e menyebutkan klasifikasi pemegang saham minoritas adalah perorangan atau badan hukum yang memiliki jumlah saham dibawah 20 dua puluh persen yang konteksnya tidak mengendalikan perseroan. 79 Selain itu, yang termasuk dalam kategori tersebut adalah pemegang saham Independen, yaitu pemegang saham yang tidak memiliki benturan kepentingan sehubungan dengan adanya suatu transaksi tertentu. 80 Pemegang saham independen tersebut diartikan sebagai setiap pihak yang tidak berkepentingan secara pribadi dalam perseroan tersebut, bukan anggota pendiri atau pengurus, dimana dalam menjalankan perseroan secara aktif atau langsung tidak menutup kemungkinan adanya tindakan yang memberi keuntungan bagi dirinya pribadi. Jadi yang disebut sebagai pemegang saham minoritas adalah setiap pihak yang kepemilikan sahamnya kurang dari 20 dua puluh persen dari saham keseluruhan mengendalikan perseroan secara langsung. 79 Ibid, Pasal 1 butir e . 80 Badan Pengawas Pasar Modal, Peraturan Bapepam No. IX.E.1, Keputusan Ketua Bapepam Tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu No. Kep‐12PM1997, Pasal 1 butir e. Universitas Sumatera Utara b. Direksi Dalam Pasal 1 butir 5 Tahun 2007 Undang-Undang Perseroan Terbatas direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi dapat dibatasi dari unsur-unsur pengertian tersebut. Adapun unsur-unsur sebagai berikut: 81 a Organ perseroan, b Yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan, c Untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta d Mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan dengan ketentuan perundang-undangan. Berikut penjelasan unsur-unsur tersebut direksi yaitu “organ perseroan” yang artinya individu individual dan bukan badan hukum legal entity. Individu tersebut orang yang mampu melaksanakan perbuatan hukum artinya orang itu harus “cakap” dalam pengertian hukum. Direksi disebut “organ perseroan” adalah pengurus perseroan, yang dapat yang dapat bertindak untuk dan atas nama perseroan. 82 Pengurus perseroan dimaksud adalah dewan direktur Board of Direktur yang terdiri dari beberapa anggota Direktur yaitu satu orang sebagai Presiden Direktur atau Direktur Utama dan satu atau beberapa orang Wakil Presiden Direktur serta satu atau beberapa Direktur. 83 81 Munir Fuady. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Jakarta: Megapoin, 1999, hlm 73. 82 Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukum Jakarta: Pustaka Sinar Harian, 1996, hlm 121. 83 Ibid., Universitas Sumatera Utara Direksi “bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan” dan “ kepentingan dan tujuan perseroan”, artinya anggota direksi wajib melaksanakan tugasnya dengan itikad baik in goodfaith dan penuh tanggung jawab and with full sense of rensponsibility. 84 Pasal 85 Ayat 1 menegaskan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan usaha perseroan. Agus Budiarto menjelaskan itikad baik direksi yaitu untuk menjalankanmengurus perseroan secara profesional dengan skill dan tindakan pemeliharaan semuanya dimaksudkan untuk kepentingan usaha perseroan, termasuk pula kepentingan para pemegang saham. 85 Tanggung jawab direksi diatur diatur dalam 92 Ayat 1 mengemukakan, direksi menjalankan “pengurusan” perseroan untuk kepentingan perseroan. Pengertian direksi dalam konteks melakukan kepentingan perseroan yaitu melaksanakan kekuasaan pengadministrasian dan pemeliharan harta kekayaan perseroan. Dengan kata lain, melaksanakan pengelolaan atau melaksanakan bisnis perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan Undang-Undang dan anggaran dasar kepadanya. 86 Direksi disebutkkan mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan diatur dalam PasalAyat 2 98 UU PT 2007 yang menyebutkan anggota direksi berwewenang mewakili perseroan. Berdasarkan pengaturan tersebut direksi sebagai pengurus berhak mewakili perseroan baik didalam perseroan maupun diluar pengadilan. 84 MunirFuady, Op.Cit, hlm 77. 85 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Bogor: Ghalia Indonesia, Edisi 2, 2009, hlm 64. 86 Yahya Harahap, Hukum PerseroanTerbatas Jakarta: Sinar Grafika, cetakan kedua, 2009, hlm 346. Universitas Sumatera Utara c. Dewan Komisaris Dewan Komisaris merupakan organ perusahan diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU PT yang menyebutkan organ perseroan adalah RUPS, Direksi, Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dalam Pasal 1 angka 6 UU PT Tahun 2007 diartikan sebagai salah satu organ perseroan yang bertugas untuk melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan”. Dewan Komisaris mempunyai tugas dan fungsi yang diatur dalam Pasal 108 Ayat 1 dan Ayat 2 yakni: 87 1 Melakukan pengawasan Tugas dewan komisaris, melakukan “pengawasan” terhadap: a Kebijaksanaan pengurusan yang dilakukan direksi, b Jalannya pengurusan pada umumnya. Tugas pengawasan tersebut, dapat dilakukan Dewan Komisaris terhadap sasaran objek tertentu, antara lain sebagai berikut: a Melakukan audit keuangan, b Pengawasan atas organisasi perusahaan, dan c Pengawasan terhadap personalia. 2 Memberikan nasihat Tugas umum yang kedua dewan komisaris yaitu , “memberi nasihat” kepada direksi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasihat atau nasehat dapat berarti “ajaran atau pelajaran yang baik”. Bisa juga 87 Ibid, 439-440. Universitas Sumatera Utara “anjuran petunjuk peringatan, teguran yang baik. 88 Tugas pemberian nasihat yang berbentuk pendapat atau petunjuk, dapat dilakukan oleh dewan komisaris untuk hal yang spesifik. Misalnya pemberian pendapat atau petunjuk maupun masukan dalam: Bertitik tolak dari dari gambaran pengertian nasihat yang dikemukakan diatas dewan komisaris memberikan nasihat dalam cakupan atau spektrum yang luas, dewan komisaris bisa menyampaikan pendapat atau memberi pertimbangan yang layak dan tepat kepada direksi. Bahkan dapat menyampaikan ajaran yang baik maupun petunjuk, peringatan, atau teguran yang baik. a Pembuatan rencana kerja yang proporsional dalam rangka upaya memajukan dan mengembangkan perseroan sesuai prinsip Good Corporate Governance GCG. b Dalam pelaksanaan program atau rencana kerja supaya pelaksanaannya sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance GCG. Dewan komisaris dalam perusahaan perbankan wajib memliki paling sedikit 2 sesuai dengan Pasal 108 Ayat 5 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, untuk perseroan terbatas yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat, perseroan terbatas yang menerbitkan surat pengakuan utang, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit dua orang Komisaris. Hal itu disebabkan perseroan terbatas yang kegiatan usahanya melakukan pengerahan 88 W.J.S Poerwadarminta, Balai Pustaka, 1976, hlm 672. Universitas Sumatera Utara dana masyarakat, diperlukan pengawasan yang lebih besar karena menyangkut kepentingan masyarakat banyak pengangkatan, pemberhentian dan pemberhentian sementara Komisaris dilakukan oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali. 89 Berkaitan dengan kepentingan dewan komisaris dalam strategi akuisisi yang dilakukan oleh masing-masing pihak dalam akuisisi, yaitu memberikan persetujuan tindakan akuisisi, sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi yang menyebutkan “usulan untuk melakukan akuisisi yang dilakukan oleh direksi perusahaan pengakuisisi dan perusahaan target masing-masing wajib mendapat persetujuan Komisaris Bank yang akan diakuisisi dan yang mengakuisisi atau lembaga serupa dari pihak yang mengakuisisi. Persetujuan dewan komisaris tersebut untuk memastikan bahwa srategi tersebut sesuai dengan menjeman atau telah benar-benar bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Terlebih lagi, dewan komisaris memegang peranan penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para direksi benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian daripada pencapaian tujuan perusahaan. 90 89 Munir Fuady, Op.Cit, hlm 192-194. 90 Erwin Febriansyah, Corporate Governance, http:www.corporategovernance.com, tanggal 28 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara d. Karyawan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga kantor, perusahaan, dan sebagainya dengan mendapat gaji upah. Bambang Suharno mengartikan karyawan adalah aset, dimana aset terpenting dalam perusahaan ada 3, yaitu: SDM, SDM,SDM. yang artinya SDM atau karyawan penting dalam usaha. Rico Sierma dan Eva H.Saragih mengartikan bahwa karyawan adalah penggerak utama dari setiap organisasi. Tanpa mereka, organisasi dan sumber daya lainnya tidak akan pernah menjadi suatu yang berarti. 91 Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan karyawan disebut tenaga kerja yang artinya setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. 92 Berdasarkan pengertian yang diuraikan diatas posisi karyawan dalam perusahaan sangatlah penting. Dapat disimpulkan, tanpa karyawan perusahaan tidak bisa berjalan sesuai dengan tujuannya hal ini diperkuat oleh Suyadi Prawirosentono yang mengatakan tanpa karyawan tujuan dari organisasi untuk mencapai hasil kerja yang direncanakan dalam organisasi tersebut tidak dapat dicapai. 93 Disamping karyawan bekerja guna mencapai tujuan perseroan, karyawan dalam perseroan terbatas juga diikutsertakan untuk kepemilikan saham, hal ini 91 Zacki Mujak, Pengertian Karyawan, http:zackyeducations.blogspot.com201304menejemen-penegertian-karyawan.html, diakses tanggal 19 Maret 2014. 92 UU No.13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja, Pasal 1 angka 2 93 Permata Sari Dewi, Jurnal Skripsi Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta Studi Kasus Pada SPBU Anak Cabang Perusahaan RB.Group Universitas Negeri Yogyakarta Universitas Sumatera Utara diatur dalam Pasal 43 Ayat 3 a Undang-Undang Perseroan Terbatas yang mengatur tentang saham yang ditawarkan kepada karyawan. Kepemilikan saham oleh karyawan diawali dengan sejarah karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham yaitu adanya program ESOP Employee Stock Ownership. Employee Stock Ownership Program ESOP ialah program manajemen sumber daya manusia berupa program kepemilikan karyawan dalam saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Karyawan biasanya diberikan hak untuk membeli saham perusahaan tempat ia bekerja setelah periode kerja tertentu, tergantung kebijakan perusahaan. Pelaksanaan program ESOP dalam suatu perusahaan merupakan bentuk lain dari penghargaan yang dapat diberikan oleh perusahaan pada karyawan dalam hal ini secara langsung telah memberikan kontribusi meningkatnya kinerja perusahaan secara makro. 94 ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut : 95 1 Memberikan penghargaan reward kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan; 2 Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan; 94 BAPEPAM, Tim Studi Penerapan ESOP Emitens atau Perusahaan di Pasar Modal, www. Bapepam.com, diakses tanggal 28 Januari 2014. 95 Ibib., Universitas Sumatera Utara 3 Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan; 4 Menarik, mempertahankan, dan memotivasi attract, retain, and motivate pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan shareholders’ value. 5 Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders’ value. 2. Pemangku KepentinganStakeholder Eksternal a. Pemerintah Pemerintah memiliki peran peran penting dan peran vital terhadap masyarakat demokrasi dalam sebuah Negara. Pemerintah memegang kekuasan terhadap jalannya aktifitas semua masyarakat dalam sebuah negara. Dalam hukum tatanegara berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat atau demokrasi, pemerintah mempunyai kewenangan regulasi yang bersifat mengikat untuk umum, dilakukan oleh kekuasaan negara apabila telah mendapat persetujuan rakyat yang berdaulat, yaitu melalui para wakilnya di lembaga perwakilan rakyat. Tanpa Pemerintah aktivitas masyarakat tidak berberjalan dengan baik. Berkaitan dengan itu juga Universitas Sumatera Utara berkembangnya industrialisasi tidak lepas dari peran pemerintah dalam mendukung lahirnya perusahaan dengan segala kebijakan yang dimilikinya. 96 Dalam melakukan perannya sebagai regulator terhadap lahirnya perusahaan-perusahaan pemerintah Indonesia membuat Undang-Undang Perseroaan Terbatas yang pertama yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroaan Terbatas yang berlaku mulai tanggal 7 Maret 1996 kemudian dicabut dan digantikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dimana didalamnya terdapat pasal-pasal pengambilalihan akuisisi. Berdasarkan hal tersebut pemerintah bertanggung jawab terhadap pengaturan didalam pasal-pasalnya termasuk pasal-pasal yang mengatur perbuatan pengambilalihan yang dilakukan oleh perseoan terbatas termasuk juga perusahaan perbankan. Khusus pada Pasal 1 Ayat11 angka yaitu Perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan untuk mengambilalih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian saham atas perseroaan tersebut. Berkaitan dengan Pasal 1 angka 11 tersebut pemerintah termasuk menjadi pemangku kepentinganstakeholder dengan perbuatan hukum pengambilalihan yang dilakukan oleh perseroaan. Selain Undang-Undang Perseroan Terbatas pengambilalihan perbankan juga diatur di Undang-Undang Perbankan pada Pasal 28 yang mengatakan bahwa akuisisi perbankan wajib terlebih dahulu mendapat izin pimpinan Bank Indonesia, ketentuan akuisisi ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dan ketentuan 96 Reyhan Alqadri, Mengupayakan Harmonisasi Hubungan Industrial di Indonesia, http:reyhanalqadrie.blogdetik.com20121008mengupayakan-harmonisasi-hubungan-industrial- di-indonesia, diakses tanggal 11 February 2014. Universitas Sumatera Utara Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank. Peran pemerintah dalam melakukan fungsinya sebagai regulator juga dengan membentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU yang ditujukan untuk mengawasi jalannya perusahaan-perusahaan agar tidak melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sesuai dengan diamanatkan Undang- Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Prakek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. b. Masyarakat Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Pengertian masyarakat seperti yang terdapat dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto adalah “orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan”. Dalam sebuah buku lain yang berjudul Introductory sociology karya Gerald R. leslie, Richard F. Larson dan Benjamin L. Gorman memberikan definisi bahwa “society simply is the name given to the largest and most nearly independent of social system. Ideally, societies involve substantial number of people who physically are some what removed from other such collection of people, and who have created their own distinctive social patterns”. Yang mempunyai makna bahwa masyarakat merupakan sebuah julukan yang diberikan Universitas Sumatera Utara kepada sebuah sistem besar yang melibatkan beberapa orang dalam jumlah yang besar dan telah menciptakan pola-pola sosial tersendiri. 97 Unsur-unsur suatu masyarakat : 1 Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak. 2 Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu. 3 Adanya aturan atau Undang-Undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. Dari pengertian dan unsur-unsur tersebut dapat ditafsirkan bahwa Perseroan Terbatas berkaitan erat dengan masyarakat. Dikatakan demikian dalam proses pendirian suatu perseroan tidak terlepas dengan adanya peran dan ikut serta masyarakat. Peran dan ikut serta masyarakat tersebut yakni, izin sosial dan izin lokal yang diberikan masyarakat kepada perseroan tersebut. Izin sosial dan izin lokal didasarkan adanya hubungan yang harmonis yang saling memberi dan menerima antara perseroan dan masyarakat. 98 Hubungan harmonis antara masyarakat dan perseroan ini mendasari bahwa dalam pendirian perusahaan-perusahan dalam bentuk perseroan tidak semata-mata hanya untuk mencari kentungan akan tetapi perusahaan harus melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan masyarakatnya. 99 97 Soerjono Seokanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali, Pers, 2012, hlm 28. Untuk memberikan kepastian hukum terhadap masyarakat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang 98 Keyturn, Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis Perusahaan, http:keyturns.wordpress.com20121203tanggung-jawab-sosial-suatu-bisnis-perusahaan diakses 16 Januari 2014 99 Victor Immanuel, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Artikel,http:www.Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, kalmantan-news.comberita.php?idb=8778 diakses 16 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara Perseroan Terbatas mengatur tanggung jawab sosial perusahan, yakni pada Pasal 74 yang mengatakan: 1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan 2 Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tanggung jawab sosial perusahan, Pasal 74 Ayat 3 dijelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud ”dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. 100 100 UU No. 40 Tahun 2010 tentang Perseroan Terbatas Nomor, Penjelasan Umum Berlakunya Undang-Undang Perseroan Terbatas, CSR atau yang dalam UU Perseroan Terbatas dikenal dengan istilah Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan TJSL menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh semua Perseroan Terbatas atau PT di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Selain Pasal 74 yang menjadi tanggung jawab Perseroan terhadap masyarakat Pasal 126 Ayat 1 butir c Undang-Undang Perseroan Terbatas juga mengatur tentang keterkaitan masyarkat dengan masyarakat yang menyatakan: Dalam Perbuatan hukum penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan: a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan; dan c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Pasal 126 Ayat 1 huruf c yang mengatakan pada perbuatan hukum pengambialihan perseroan tidak bisa mengabaikan hak-hak masyarakat. Hal tersebut menjadi dasar perlindungan terhadap masyarakat terhadap adanya perbuatan hukum perseroan terbatas. Berdasarkan Pasal 74 dan Pasal 126 Undang-Undang Perseroan Terbatas terlihat bahwa masyarakat sangat berkaitan erat dengan masyarakat. Sebagaimana yang diuraikan diatas perseroaan tidak terlepas dengan peran dan ikut serta masyarakat dalam menjalankan usahanya, atas dasar itu juga perseroan harus melakukan tanggung jawabnya terhadap masyarakat, baik berdasarkan Pasal 74 yang mengharuskan perseroan menjaga tanggung jawab sosialnya maupun berdasarkan Pasal 126 khususnya Ayat 1 huruf c dalam melakukan perbuatan hukum akuisisi perseroan harus memperhatikan kepentingan masyarakat. c. Kreditur Kreditur adalah pihak perorangan, organisasi, perusahaan, atau pemerintah yang memiliki tagihan kepada pihak lain pihak kedua atas properti atau layanan jasa yang diberikannya biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian dimana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut Universitas Sumatera Utara akan mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa. 101 Kreditur berasal dari kata kredit. Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan. Misalkan, seseorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayan dari bank, hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitor adalah kepercayaan. Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang berhutang. Pada Pasal 1 angka 2 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengartikan kreditur adalah orang yang mempunyai pitutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagi dimuka pengadilan. Dapat disimpulkan kreditur adalah pihak yang memberikan kredit atau pinjaman kepada pihak lainnya. 102 101 Mr Wordpress, Pengertian Kreditur, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang oleh bank atau badan lain. Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian http:kreditur.wordpress.com20100125hello- world, diakses tanggal 1 Januari 2014 102 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Jakarta: Prenanta Media, 2005, hlm 55. Universitas Sumatera Utara bunga. 103 1 Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu; Berdasarkan Pasal tersebut terdapat beberapa unsur perjanjian kredit yaitu : 2 Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain 3 Terdapat kewajiban pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu; 4 Pelunasan utang yang disertai dengan bunga piutang. Terdapat dua jenis kreditor, yaitu: 1 Kreditor utang, yang secara langsung meminjamkan uang. Biasanya pendanaannya terjadi melalui pinjaman atau melalui pemberian efek atau obligasi. Pemberi utang meliputi bank,institusi pemberi pinjaman, institusi keuangan dan non keuangan, 2 Kreditor operasi, yang meminjamkan uang kepada perusahaan sebagai bagian dari operasinya. Kreditor operasi meliputi pemasok, karyawan, pemerintah dan pihak lainnya yang meminjamkan uang kepada perusahaan. Hubungan kreditur dengan pengambilalihan yang dilakukan oleh perusahan perbankan dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tanggung jawab sosial perusahaan, Pasal 126 Ayat 2 yang menyebutkan: Dalam melakukan pengambilailihan dalam perbuatan hukum penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan: a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan 103 UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11 Universitas Sumatera Utara c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 126 Ayat 1 b disebutkan bahwa dalam perbuatan hukum akuisisi oleh perusahaan perbankan harus memperhatikan kepentingan kreditur. Serupa dengan itu kreditur juga disebut dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank yang menyatakan: Pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dilakukan dengan memperhatikan: kepentingan Bank, kreditor, pemegang saham minoritas dan karyawan Bank; dan kepentingan rakyat banyak dan persaingan yang sehat dalam melakukan usaha Bank. Keberadaan pengaturan tersebut dalam hal perbuatan akuisisi oleh perusahaan perbankan harus memperhatikan kepentingan kreditur. Dengan makna lain, dalam perbuatan hukum akuisisi perusahaan perbankan tidak bisa merugikan pihak-pihak kreditur. d. Debitur Pengertian debitur terdapat dalam Black`s Law Dictionary yang mengatakan : “Debitur is one who owes a debt to another who is called the creditor; one who may be compelled to pay a claim or demand; anyone liable on a claim, whether due or to become deu” debitur adalah orang yang berutang hutang kepada yang lain yang disebut kreditur, orang yang dapat dipaksa untuk membayar klaim atau permintaan, orang yang bertanggung jawab atas klaim. 104 104 Henry Black Campbell, Black`s Law Dictionary St, Paul: West Publishing Co., St. Paul, Sixth Edition 1990, hlm 404. Universitas Sumatera Utara Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan debitur adalah orang atau lembaga yang berutang kepada orang atau lembaga lain. 105 Undang-Undang Perbankan mendefinisikan nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan, sedangkan nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank Pasal 1 angka 16. Berdasarkan pengertian debitur tersebut maka terdapat unsur-unsur debitur adalah: 1. Orang atau badan lembaga yang berutang kepada pihak lain. 2. Bertanggung jawab untuk membayar utang. Dilihat dari kedudukannya debitur bisa sekaligus kreditur, sebagaimana dalam konfusio yang diatur dalam Pasal 1435-Pasal 1437. Konfusio adalah pencampuran kedudukan seorang debitur sekaligus sebagai kreditur. Sebagai contoh, Mas Muda berstatus sebagai debitur dari Bank K karena Mas Muda meminjam uang dari bank K. Pada sisi yang lain, Mas Muda adalah anak dari Pak Sepuh yang berstatus sebagai kreditur Bank K, karena Pak Sepuh membeli obligasi surat utang yang diterbitkan oleh bank K. Jika Pak Sepuh meninggal dunia dan warisannya diberikan kepada Mas Muda, maka dalam hal ini Mas Muda memiliki kedudukan ganda sebagai debitur sekaligus sebagai kreditur Bank K. 106 105 Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 243. 106 Iswi Hariany, Op.Cit, hlm 51. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hal tersebut debitur dalam tindakan akuisisi perusahaan perbankan perlu diperhatikan. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tentang Merger Konsolidasi dan Akuisisi yang menegaskan pelaksanaan merger, konsolidasi, dan akuisisi harus memperhatikan: Kepentingan bank, kreditur, pemegang saham minoritas dan karyawan bank, kepentingan rakyat bank dan persaingan usaha yang sehat dalam melakukan usaha Bank. Pasal tersebut menjadi dasar bahwa kepentingan debitur dalam akuisisi perusahaan perbankan tidak bisa diabaikan dan dirugikan.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemangku KepentinganStakeholder dalam Akuisisi Perusahaan Perbankan

Dokumen yang terkait

Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

0 38 105

SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN DITINJAU DARI PASAL 46 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

TESIS PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

PENDAHULUAN PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 19

TINJAUAN PUSTAKA PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 4 43

PENUTUP PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 2 5

Tanggung Jawab Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Tanah Dihubungkan Dengan Prinsip Kehati-hatian Didasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Dan Undang-undang Nomor 4 Tahun

0 0 20

Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

0 0 31

ABSTRAK AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO UNDANG-UNDANG No.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

0 0 10

Tipologi Kejahatan Perbankan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan - POLSRI REPOSITORY

0 0 9