Latar Belakang Akuisisi AKUISISI PERBANKAN MENURUT UNDANG-UNDANG

diambilalih tentang pemindahan hak atas saham dan perjanjian yang dibuat oleh perseroan pihak lain. Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 akuisisi diatur pada Pasal 27 dan Pasal 28. Pada Pasal 27 yang menyatakan perubahan kepemilikan bank wajib: a. Memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Ayat 3, Pasal 22, Pasal 24, dan Pasal 26 b. dilaporkan kepada Bank Indonesia Dalam Pasal 28 a. Merger, konsolidasi dan akuisisi bank wajib terlebih dahulu mendapat izin Pimpinan Bank Indonesia b. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi dan akuisisi ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Peraturan-peraturan di bidang perbankan yang mengatur akuisisi yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsilidasi dan Akuisisi Bank. Selain peraturan yang diuraikan diatas akuisisi juga diatur dalam ketentuan-ketenuan lain seperti ketentuan mengenai Pasar Modal, Penanaman Modal Asing, BUMN, KUHPerdata dan ketentuan-ketentuan khusus lainnya yang berlaku juga untuk tindakan akuisisi secara mutatis dan mutandis. 46

B. Latar Belakang Akuisisi

Pada prinsipnya, suatu akuisisi dilakukan dilatarbelakangi oleh salah satu atau lebih maksud sebagai berikut: 1. Akuisisi untuk mengeksploitasi energi Alasan yang kerap kali dikemukakan oleh orang-orang dalam melakukan akuisisi adalah untuk menambah sinergi dari 2 dua perusahaan yang bergabung 46 Munir Fuady, Op.Cit, hlm 215. Universitas Sumatera Utara kepemilikan setelah akuisisi tersebut. Untuk itu, rumus matematik aneh yang berlaku untuk akuisisi akuisisi yakni sebagai berikut: 2+2 = 5 Kelebihan 1 satu berasal dari sinergi yang terbentuk karena akuisisi tersebut. Dalam hal ini sinergi yang dimaksudkan adalah suatu bonus yang diperoleh oleh karena usaha bersama dari bagian-bagian lain dari suatu organisasi. 47 Sinergi dari suatu akuisisi akan didapatkan antara lain adalah alih pengetahuan dan teknologi, haromonisasi perusahaan, penelitian dan pengembangan, serta penggunaan sumber daya optimun. 48 Contoh akuisisi ini yaitu PT Maruten yang bergerak dibidang dibidang property khususnya pemasaran dan pemeliharan kondominum oleh PT. Talenpra yang bergerak di bidang perdagangan khususnya perdagangan barang dan jasa. Melalui akuisisi tersebut, PT. Talenpra berkesempatan untuk mendapat alih pengetahuan bisnis properti, khususnya bidang pemasaran dan pemeliharaan kondominium, sehingga dapat berguna untuk mempersiapkan diri apabila dikemudian hari PT. Talenpra berniat untuk menggeluti bidang properti di usahanya. 49 2. Akuisisi untuk menigkatkan bagian pasar Akuisisi dalam bentuk horizontal dapat memperluas pasar dari produk yang dihasilkan, karena masing-masing perusahaan yang digabungkan dengan akuisisi tersebut mempunyai pasarnya sendiri-sendiri. Akan tetapi, kendala-kendala 47 Ibib., 48 Ibid., 49 Miranda Anwar, Op.Cit, hlm 23 Universitas Sumatera Utara seringkali dihadapi dalam praktik, seperti kerjasama yang tidak jalan, atau perubahanpenyesuaian yang tersendat. 50 3. Akuisisi untuk melindungi pasar Akuisisi akan melindungi pasar jika dengan akuisisi tersebut dapat menyisihkan pesaing jika perusahaan target merupakan pesaing bisnis sendiri. Dari segi yuridis, yang harus diperhatikan adalah jangan sampai akuisisi seperti itu bertentangan dengan peraturan tentang larangan monopoli dan antitrust di negara yang bersangkutan. 51 4. Akuisisi untuk menguasai produk Adakalanya perusahaan perlu mengembangkan usahanya untuk menghasilkan produk lain selain dari produk yang sudah ada. Untuk itu, dapat dilakukan akuisisi perusahaan lain yang sedang menghasilkan produk yang dikehendakinya, dengan harapan produk tersebut nantinya setelah akuisisi akan dikembangkan lebih lanjut. Tentu saja dalam melakukan akuisisi tersebut, ikut pula dipertimbangkan nilai dari hak-hak yang akan beralih seperti hak milik intelektual, perjanjian lisensi, usaha patungan dan lai-lain perjanjian dari pihak ketiga dari perusahaan yang diakuisisi tersebut. Faktor lain yang juga harus dipertimbangkan benar-benar adalah seberapa jauh produk baru tersebut dapat dikembangkan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi, dan seberapa besar risiko-risiko untuk itu. 52 50 Munir Fuady, Op.Cit, hlm 20. 51 Ibid., 52 Ibib., hlm 20. Universitas Sumatera Utara 5. Akuisisi untuk memperkuat bisnis inti Adakalanya untuk memperkuat bisnis inti, suatu perusahaan perlu melakukan akuisisi perusahaan lain. Tentunya yang diakuisisi tersebut adalah perusahaan yang bergerak inti tersebut. Dengan demikian, diharapkan bisnis inti dari perusahaan yang bersangkutan menjadi semakin besar dan kuat. 53 Contoh akuisisi ini, yaitu akuisisi atas PT. Perusahaan Dagang Tempo, PT Supra Febrindo, PT. Supra Usadthama dan PT.Ghaliah Partiwi oleh PT. Tempo Scan Pasific Tbk. Pertimbangan PT. Tempo Scan Pasific Tbk. Dalam melakukan mengakuisisi tersebut adanya sumber daya manusia dan siap pakai, memperkuat posisi tawar, dan mendapatkan kesimbungan pasokan bahan baku, sehingga perusahaan akan lebih siap berproduksi bersaing dengan pesaing-pesaingnya. 54 6. Akuisisi untuk mendapatkan dasar berpijak perusahaan di luar negeri Akuisisi untuk mendapatkan dasar berpijak diluar negeri adalah suatu strategi untuk mengembangkan perusahaan diluar negeri sehingga perusahaan pengakuisisi dapat berkembang lebih besar cross-boarder aqcuisition, selain melakukan pendirian perusahaan dengan jalan Joint Venture. 55 7. Akuisisi untuk meningkatkan Critical Mass-Competitive Adakalanya suatu perusahaan dituntut untuk cepat menjadi besar untuk dapat menjalankan bisnisnya. contohnya, salah satu kriteria untuk mengikuti tender-tender besar adalah ukuran perusahaan calon peserta tender. Demi memperbesar perusaan secara cepat, pelaku usaha dapat memilih untuk melakukan akuisisi. Namun demikian, strategi ini memiliki risiko, yaitu apabila 53 Ibid., hlm 21. 54 Miranda Anwar., Op.Cit., hlm 25 55 Ibid., hlm 25 Universitas Sumatera Utara perencanaan akuisisi tidak dipertimbangkan secara matang, perusahaan yang diakuisisi dapat menjadi beban bagi yang mengakuisisi. Dewasa ini banyak perusahaan yang dahulunya mengakuisisi perusahaan di luar negeri, sekarang perusahaan di luar negeri tersebut menjadi cabang-cabang yang selalu rugi dan menggerogoti keuangan dan bisnis grup perusahaan secara keseluruhan. 56

C. Akuisisi Perbankan

Dokumen yang terkait

Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

0 38 105

SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN DITINJAU DARI PASAL 46 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

TESIS PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

PENDAHULUAN PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 19

TINJAUAN PUSTAKA PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 4 43

PENUTUP PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 2 5

Tanggung Jawab Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Tanah Dihubungkan Dengan Prinsip Kehati-hatian Didasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Dan Undang-undang Nomor 4 Tahun

0 0 20

Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

0 0 31

ABSTRAK AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO UNDANG-UNDANG No.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

0 0 10

Tipologi Kejahatan Perbankan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan - POLSRI REPOSITORY

0 0 9