Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak di RSUP Haji Adam Malik periode 2012 - 2014

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae

DATA PRIBADI

1. Nama : Muhammad Nasir Nasution

2. NIM : 120100341

3. Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 11 April1995

4. Agama : Islam

5. Alamat : Komplek menteng indah blok c2

no.1

6. Nombor Telepon : 085359065901

7. Email : [email protected]

8. Jenis Kelamin : laki-laki

9. Warga Negara : Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD AL-AZHAR MEDAN

2. SMP AKSELERASI AL-AZHAR MEDAN 3. SMA SUTOMO 1 MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Lampiran 6

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 24 57.1 57.1 57.1

Perempuan 18 42.9 42.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0-5 tahun 1 2.4 2.4 2.4

5-10 tahun 8 19.0 19.0 21.4

10-15 tahun 17 40.5 40.5 61.9

15-18 tahun 16 38.1 38.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD 10 23.8 23.8 23.8

SMP 16 38.1 38.1 61.9

SMA 16 38.1 38.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

TipeOMSK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Benigna 14 33.3 33.3 33.3

maligna 28 66.7 66.7 100.0


(10)

Telingaberair

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 42 100.0 100.0 100.0

Tinnitus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

YA 11 26.2 26.2 26.2

TIDAK 31 73.8 73.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Vertigo

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

YA 3 7.1 7.1 7.1

TIDAK 39 92.9 92.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

NyeriTelinga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

YA 15 35.7 35.7 35.7

TIDAK 27 64.3 64.3 100.0


(11)

StatusEkonomi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

lemah 32 76.2 76.2 76.2

sedang 8 19.0 19.0 95.2

berkecukupan 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Treatment

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

TIMPANOMASTOIDEKTOM I

35 83.3 83.3 83.3

INSISI ABSES RETROAURIKULAR

1 2.4 2.4 85.7

TIMPANOPLASTY 2 4.8 4.8 90.5

OBSERVASI 3 7.1 7.1 97.6

Burrhol aspirasi 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pembayaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

umum 6 14.3 14.3 14.3

JKN 5 11.9 11.9 26.2

Jamkesmas 22 52.4 52.4 78.6

Askes Wajib 2 4.8 4.8 83.3

TNI/POLRI 1 2.4 2.4 85.7

SKTM 6 14.3 14.3 100.0


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Agur, Anne & Moore, Keith 2007, Essential Clinic Anatomy, 3rd ed., Lippincott William & Wilkins, pp. 568-573

Berman S. Otitis media in developing countries.Pediatrics, viewed 17 May 2015. Available URL:

Boesoirie, TS, Lasminingrum, L 2007, Perjalanan klinis dan penatalaksanaan otitis media supuratif, viewed 17 Ma

C O’Reilly, R, Levi, J 2013, Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM): Pathogenesis, Clinical Manifestation, dan Diagnosis (Ed), viewed 28 May 2015,

Djaafar, ZA, Helmi, Restuti, RD 2007, ‘ Kelainan Telinga Tengah ‘, Dalam Soepardi EA, Iskandar, N, Bashiruddin, J, Restuti, D (Ed) Buku Ajar Ilmu Kesehatan, Telinga, Hidung Tenggorokan, Kepala & Leher, Edisi Keenam, Balai penerbit FK-UI,Jakarta.

Helmi, Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi, EA, Iskandar, N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala & leher. 5 Edn, Jakarta: FKUI, 2001.

Loy, AHC, Tan, AL, Lu, PKS 2002, Microbiology of chronis suppurativeotitis media in Singapore. Singapore Med.

Miura, MS, Krumennauer, RC, Neto, JL 2005, Intracranial complication of chronic suppurative otitis media in children, Braz J Otorhinolarygol.

Menner, A 2003, A Pocket Guide to the Ear, Thieme, pp. 17

Netter, FH 2011, Atlas of Human Anatomy 5th ed., Saunders, pp.93.

Nursiah, S 2003, Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK US / RSUP H. Adam Malik, viewed 27 May 2015. http://library .usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20nursiah.pdf.


(13)

Paulsen, F & Waschke, J 2010, Sobotta, Atlas Anatomi Manusia, Ed. 23, Jilid 3, Jakarta: EGC, pp. 140-146

Soepardi, EA, Nurbaiti, Jenny, Restuti, DR 2007, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi 6,Jakarta, pg. 69-74.

Soetirto, I, Hendarmin, H, Beshiruddin, J 2011, ‘Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga’, Dalam Soepardi, EA, Iskandar, N, Bashiruddin, J, Restuti, D (Ed) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher, Edisi Keenam, Balai Penerbit FK-UI,Jakarta.

Soetjipto, D 2007, Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Viewed 20 May

World Health Organization 2004, Chronic Suppurative Otitis Media, Burden Illness and Management Options, Child and Adolescent Health and Development, Prevention of Blindness and Deafness, Geneva, Switzerland,

viewed 16 May

2015,


(14)

BAB 3

KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

OMSK Anak-anak Umur 0-18 Tahun

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

1. Otitis Media Supuratif Kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorrhea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul. Sekret mungkin encer maupun kental, bening atau berupa nanah (Djaafar, 2007).

2. Jenis Kelamin.

3. Umur (anak usia 0 – 18 tahun).

4. Tipe OMSK (malignant atau benigna). 5. Keluhan utama.


(15)

BAB 4

MATODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan desain cross-sectional (studi potong lintang), dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi OMSK pada anak yang terdapat di RSUP HAM periode tahun 2012 – 2014.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP HAM. Adapun pertimbangan lokasi ini karena RSUP HAM merupakan rumah sakit pendidikan tipe A yang memiliki pencatatan (medical record) yang baik, dan merupakan rumah sakit puesat rujukan untuk wilayah Sumatera Utara, NAD, Riau, dan Kepulauan Riau.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Desember tahun 2015. Pemilihan waktu penelitian mempertimbangkan waktu, dana, dan sumber daya.


(16)

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Semua pasien anak umur 0 – 18 tahun yang menderita OMSK periode 2012 – 2014.

4.3.2. Sampel

Besar sampel ditentukan dengan teknik pengambilan sampel total sampling dimana sampelnya adalah seluruh pasien anak 0 – 18 tahun yang didiagnosa menderita OMSK yang berobat di RSUP HAM tahun 2012-2014.

a. Kriteria inklusi

Semua pasien anak 0 – 18 tahun yang dating ke RSUP H. Adam Malik dengan data rekam medik yang berisi keterangan umur, jenis kelamin, keluhan utama, tipe OMSK pada tahun 2012 sampai tahun 2014.

Alur Kegiatan Penelitian

Bulan

April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Penyusunan Proposal Seminar Proposal Pelaksanaan Kegiatan Analisis Hasil Menulis Draft Laporan Hasil Seminar Hasil


(17)

Teknik Pengumpulan data b. Kriteria Eksklusi

1) Data rekam medis tidak lengkap. 2) Pasien berusia diatas 18 tahun.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.4.1. Pengolahan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data sekunder penderita OMSK dari kartu status bagian rekam medis. Data rekam medis tersebut diambil di RSUP HAM periode tahun 2012 sampai 2014.

4.4.2. Analisa Data

Seluruh data yang diperoleh dianalisa dan diolah menggunakan komputer. Kemudian data diolah dengan IBM SPSS (Statistic Package for Social Science) hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan.


(18)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh dari rekam medis unit rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.1. Deskriptif Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Sesuai dengan Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah penderita OMSK pada anak 0 – 18 tahun sebesar 42 sampel yang telah memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Semua data sampel diambil dari data sekunder yaitu rekam medis pasien OMSK yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.


(19)

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Jenis Kelamin

JenisKelamin n %

Laki-Laki 24 57.1

Perempuan 18 42.9

Total 42 100

Keterangan: n= Frekuensi; % = Persentase

Dari tabel 5.1. dapat dilihat sampel yang berjenis kelamin laki-laki adalah 24 (57.1%) dan sampel yang berjenis kelamin perempuan adalah 18 sampel (42.9%).

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Kelompok Usia

Kelompok Usia n %

0 - 5 1 2.4

6 - 10 8 19.0

11 - 15 17 40.5

16 - 18 16 38.1

Total 42 100

Keterangan: Kelompok usia dalam satuan tahun, n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.2. sampel terbanyak dari kelompok umur 11 – 15 tahun sebanyak 17 orang(40.5%) dan paling sedikit dari kelompok usia 0 – 5 tahun sebanyak 1 orang(2.4%).

Tabel 5.3. Distribusi sampel Status Pendidikan

Pendidikan n %

SD 10 23.8

SMP 16 38.1

SMA 16 38.1

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.3. sampel terbanyak dari status pendidikan SMP dan SMA sebanyak 16 orang (38.1%) dan paling sedikit dari kelompok pendidikan SD sebanyak 10 orang (23.8%).


(20)

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Tipe OMSK

Tipe OMSK n %

Benigna 14 33.3

Maligna 28 66.7

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.4. sampel terbanyak dari tipe OMSK maligna sebanyak 28 orang (66.7%) dan paling sedikit dari kelompok Benigna sebanyak 14 orang (33.3%).

Tabel 5.5 Distribusi Sampel Telinga Berair

Telinga Berair n %

Ya 42 100

Tidak 0 0

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.5. bahwa semua atau sebanyak 42 orang(100%) penderita OMSK mengalami telinga berair.

Tabel 5.6. Distribusi Sampel Tinnitus

Tinnitus n %

Ya 11 26.2

Tidak 31 73.8

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.6. bahwa sebanyak 11 orang(26.2%) mengalami tinnitus(telinga berdengung) dan sebanyak 31 orang(73.8%) tidak mengalami tinnitus(telinga berdengung).


(21)

Tabel 5.7. Distribusi Sampel Vertigo

Tinnitus n %

Ya 3 7.1

Tidak 39 92.9

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.7. bahwa sebanyak 3 orang(7.3%) mengalami vertigo(rasa hilang keseimbangan) dan sebanyak 38 orang(92.7%) tidak mengalami vertigo.

Tabel 5.8. Distribusi Sampel Nyeri Telinga

Nyeri Telinga n %

Ya 15 35.7

Tidak 27 64.3

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.8. bahwa sebanyak 15 orang(35.7%) mengalami nyeri telinga dan sebanyak 27 orang(64.3%) tidak mengalami nyeri telinga.


(22)

Tabel 5.9. Distribusi Sampel Treatment

Treatment n %

Timpanomastoidektomi 35 83.3

Insisi Abses Retroaurikular

1 2.4

Timpanoplasty 2 4.8

Burrhol aspirasi 3 7.1

Observasi 1 2.4

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.9. sampel terbanyak pada pasien yg mengalami timpanomastoidektomi sebanyak 35 orang (83.3%) dan paling sedikit dari kelompok yang mengalami insisi abses retroaurikular dan observasi sebanyak 1 orang (2.4%).

Tabel 5.10. Distribusi Status Penderita

Pembayaran n %

Umum 6 14.3

Asuransi Negeri 30 71.4

SKTM 6 14.3

Total 42 100

Keterangan: n= frekuensi; % = persentasi

Dapat diketahui dari tabel 5.10. sampel terbanyak dari kelompok pembayaran menggunakan Asuransi Negeri yaitu sebanyak 30 pasien (71.4%).


(23)

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi pasien Otitis Media Supuratif Kronis pada anak di RSUP Haji Adam Malik dari tanggal 1 Januari 2012 ke 31 Desember 2014. Data penelitian ini diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Berdasarkan (Tabel 5.1) pada penelitian ini jumlah penderita Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak yang termasuk kriteria inklusi dan eksklusi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 – 2014 sebanyak 42 penderita. Jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki (57.1%) dan perempuan sebanyak (42.9%). Hal ini sesuai dengan lasisi et al(2007) terhadap 189 anak-anak berusia hingga 14 tahun dengan OMSK mendapat laki-laki sebanyak 60%. Menurut Farida et al (2006), dengan hasil penelitian yang dilakukan di RS Sardjito Yogyakarta selama 2 tahun, jenis kelamin yang terbanyak menderita OMSK adalah laki-laki sebesar (62.1%).

Berdasarkan (Tabel 5.2) penderita OMSK pada Anak yang paling banyak di temukan pada kelompok usia 11 – 15 tahun(40.5%). Menurut balqhis (2010) penderita OMSK pada anak terbanyak pada kelompok umur 0-5 tahun yaitu (46%) dan diikuti 11-14 tahun sebanyak (34%). Tingginya insidensi OMSK pada dewasa muda disebabkan oleh anatomi tuba eustachius yang relatif pendek dan lurus, status ekonomi yang rendah, hygiene dan perilaku sehat yang kurang baik, status imun yang rendah, tinggal di pemukiman yang padat, dan terpaparnya anak-anak oleh asap (Smith-Vaughan Heidi et al 2009).

Berdasarkan (Tabel 5.3) terlihat bahwa penderita OMSK pada Anak paling tinggi pada SMP dan SMA (76.2%). Menurut Ramalingan KK, (1993), tingkat pendidikan penderita otitis media supuratif kronik terbanyak adalah tamat SLTP sebanyak (69.2%) dari hasil penelitian yang dilakukan di RS Sardjito Yogyakarta. Selain itu, kebanyakan penderita OMSK mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan sudah terbukti dalam banyak penelitian (Muliaris 2002).

Berdasarkan (Tabel 5.4) didapati bahwa tipe penyakit yang lebih banyak diderita oleh penderita otitis media supuratif kronis adalah tipe maligna sebanyak


(24)

(66.7%) sedangkan tipe benigna sebanyak (33.3%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di RS Dr. Soetomo Surabaya selama 2 tahun, dimana tipe penyakit yang lebih banyak diderita oleh penderita OMSK adalah tipe maligna sebanyak 71.6% (Suharthina 2002). Hal ini tidak sesuai dengan Wijaya (2012) di mana rendahnya tingkat kejadian OMSK dengan tipe maligna disebabkan oleh tingginya tingkat kesadaran pasien OMSK dengan tipe benigna untuk mencari pengobatan awal, sehingga mengurangi angka terjadinya komplikasi.

Besdasarkan (Tabel 5.5, Tabel 5.6, Tabel 5.7 dan Tabel 5.8) dapat dilihat bahwa gejala klinis yang terbanyak yaitu telinga berair. Menurut Riska dan Rony (2010) juga didapatkan keluhan telinga berair (98.3%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nora Balqhis (2011) didapati keluhan telinga berair sebanyak (70.9%). Gejala klinis penderita OMSK berbeda-beda dan mengalami lebih dari satu gejala klinis yaitu telinga berair, nyeri telinga, gangguan pendengaran, vertigo dan tinnitus (Nursiah 2003).

Berdasarkan treatment yang dilakukan pada pasien yang terbanyak adalah Timpanomastoidektomi yaitu sebanyak (83.3%). Prinsip terapi untuk OMSK tipe bahaya (maligna) adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi apabila terdapat OMSK bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti dan tetap diberikan terapi konservatif dengan medikamentosasebelum dilakukan pembedahan (Djaafar et al 2007).

Berdasarkan Status Penderita penderita OMSK didapati yang terbanyak menggunakan Asuransi Negeri (71.4%). Hal tersebut sesuai dengan status ekonomi yang rendah pada pasien tersebut. OMSK merupakan penyakit infeksi yang secara umum berhubungan dengan status sosio-ekonomi rendah yang juga berkaitan erat dengan kondisi malnutrisi, kepadatan tempat tinggal, tingkat kesehatan dibawah standar, infeksi saluran nafas atas berulang dan kurangnya sarana kesehatan yang memadai (Adoga et al 2010).


(25)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2012-2014 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah penderita Otitis Media Supuratif Kronis pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode 2012-2014 sebanyak 42 orang.

2. Jika penderita Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak di RSUP Haji Adam Malik dikelompokkan menurut usia, didapati bahwa kelompok usia terbanyak adalah pada usia 11-15 tahun sebanyak 40.5%.

3. Berdasarkan tipe penyakit yang diderita oleh penderita otitis media supuratif kronis yang paling banyak diderita oleh pasien adalah tipe maligna sebanyak 66.7% dan benigna sebanyak 33.3%.


(26)

6.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh Penulis dalam Karya Ilmiah ini adalah: 1. Diharapkan kepada masyarakat umum jika mengalami adanya telinga

berair(ottorhea) untuk segera memeriksakan diri untuk mengetahui penyakit yang dideritanya.


(27)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Anatomi Telinga Tengah

1. Membran timpani 2. kavum timpani 3. prossesus mastoideus 4. tuba eustachius

Gambar 2.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar ini dikutip dari Netter tahun 2007.

2.1.1. Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm (Nursiah 2003).


(28)

Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membrana timpani merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo (Moore, Keith 2007).

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :

1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga. 2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

3. Stratum fibrosum ( lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.

Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastis yaitu:

1. Bagian dalam sirkuler. 2. Bagian luar radier.

Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian : 1. Pars tensa

Merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal (Paulsen, Waschke 2010).

2. Pars flasida

Letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan, yaitu :

a. Plika maleolaris anterior ( lipatan muka). b. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang).

Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut insisura timpanika ( Rivini). Permukaan luar dari membrana timpani disarafi oleh cabang n. aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n.


(29)

timpani cabang dari nervus glosofaringeal. Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior (Menner 2003).

2.1.2 Kavum Timpani

Kavum timpani berbentuk bikonkaf dan berada didalam pars pertosa dari tulang temporal. Memiliki diameter vertikal 15 mm dan transversal 2-6 mm. Kavum timpani memiliki 6 dinding, yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior dan dinding posterior (Berman 2006).

1. Atap Kavum Timpani

Dibentuk oleh lempengan tulang yang disebut tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa cranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian ini juga dibentuk oleh pars pertosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama (Berman 2006). 2. Lantai Kavum Timpani

Dipisahkan oleh tulang tipis antara lantai kavum timpani dan bulbus jugularis (Moore, Agur 2007).

3. Dinding Medial

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam (Moore, Agur 2007).

2.1.3 Prossesus Mastoideus

Rongga mastoideus memiliki bentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Batas atap mastoid adalah fossa kranii media dan batas dinding medial adalah dinding lateral fossa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah tersebut (Miura 2005).


(30)

Pneumatisasi prossesus mastoideus ini dapat dibagi atas :

1. Prossesus mastoideus kompakta (sklerotik), dimana tidak ditemukan sel-sel.

2. Prossesus mastoideus spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.

3. Prossesus mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, yang memiliki sel-sel yang besar (Loy, Tan & Lu 2002).

2.1.4 Tuba Eustachius

Berbentuk seperti huruf “S” dan disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Pada dewasa, panjang tuba sekitar 36 mm ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah, sedangkan pada anak dibawah 9 bulan hanya 17,5 mm (Djaafar, Helmi & Restuti 2007).

Tuba Eustachius terdiri dari 2 bagian :

1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian). 2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian)

(Djaafar, Helmi & Restuti 2007).

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses pendengaran diawali dari ditangkapnya gelombang bunyi oleh daun telinga dan dialirkan ke membrane timpani melalui liang telinga, yang membuat membrane timpani bergetar. Getaran ini diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan. Kemudian menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakan perilimfe yang berada di dalam skala vestibuli. Getaran ini diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria (Ganong 2007).

Rangsangan fisik tersebut berubah karena adanya ion Kalium dan Natrium menjadi aliran listrik yang dihantarkan ke cabang-cabang nervus VII, yang meneruskan rangsangan tersebut ke pusat sensorik pendengaran di otak (area 39 – 40) melalui saraf pusat yang berada di lobus temporalis (Soetirio, Hendarmin & Bashiruddin 2011).


(31)

2.3 Otitis Media Supuratif Kronis 2.3.1. Definisi

Otitis Media Supuratif Kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Djaafar, Helmi & Restuti 2007). Gejala-gejala yang dialami penderita otitis media supuratif kronis ini diantaranya adalah ottorhea purulen atau mukoid, gangguan pendengaran, otalgia, tinnitus, vertigo dan rasa penuh di telinga. OMSK dapat menimbulkan gangguan pendengaran terutama pada anak-anak. Karena dapat mengganggu proses pendengaran, perkembangan bahasa, psikososial dan perkembangan kognitif, kemajuan penidikan serta menimbulkan pengaruh jangka panjang pada komunikasi anak (Djaafar, Helmi & Restuti 2007).

2.3.2. Klasifikasi

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :

1. Tipe benigna (tipe jinak)

Disebut juga tipe rhinogen/tipe tubotimpani yang ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinis yang bervariasi dari luas dan tingkat keparahan penyakit tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut adalah patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu luas dan derajat mukosa, campuran bakteri aerob dan anaerob, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Keluarnya secret mukoid yang kronis berhubungan dengan hyperplasia sel goblet, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek (Nursiah 2003).


(32)

Secara klinis,OMSK tipe benigna dapat dibagi atas: a. OMSK tipe aktif

OMSK dengan keluarnya secret dari kavum timpani secara aktif. b. OMSK tipe tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang diterima berupa tuli konduktif ringan dengan gejala lain seperti tinnitus,vertigo dan rasa penuh di telinga (Soetirto, Hendarmin & Bashruddin 2011).

2. Tipe maligna (tipe ganas)

Disebut juga tipe atikoantral dan dijumpai adanya kolesteatom. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan memiliki cirri khas dengan terbentuknya kantong retraksi yang terjadi akibat bertumpuknya keratin menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarnaputih, terdiri atas lapisan sel epitel bertatah yang telah nekrotik (Djaafar 2007).

Bentuk perforasi maligna antara lain: a. Perforasi Sentral

Lokasi pada pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani (Soepardi, Iskandar, Bashiruddin & Restuti 2007).

b. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggiran membrane timpani dengan adanya erosi dari annulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkansebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

c. Perforasi atik

Terjadipada pars flaksida, berhubungan dengan terbentuknya primary acquired cholesteatoma. Primary acquired cholesteatoma adalah kolesteatoma yang terbentuk tanpa adanya perforasi membrane timpani. Kolesteatoma terbentuk dari proses invaginasi membrane timpani akibat adanya tekanan negative pada telinga tengah karena


(33)

adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Secondary acquired cholesteatoma terbentuk setelah terjadi perforasi pada membrane timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya kulit dari liang telinga ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia pada mukosa kavum timpani akibat terjadinya infeksi pada daerah tersebut (Djaafar 2007).

2.3.3. Epidemiologi

Prevalensi OMSK pada Negara lain dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, suku, tingkat kepadatang tempat tinggal, nutrisi dan hygene yang jelek. Kebanyakan prevalensi OMSK kurang memiliki data yang lengkap, terutama pada pasien anak yang memiliki kolesteatom.

2.3.4. Etiologi

Awal terjadinya OMSK hampir selalu dimulai karena infeksi otitis media yang berulang pada anak, dan jarang dimulai pada dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring yang mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal menjadi factor predisposisi bagi anak yang menderita down syndrome dan cleft palate. Faktor host yang berikatan dengan insidensi OMSK yang relative tinggi adalah defisiensi imun sistemik, seperti pada penderita HIV, dapat terjadi juga pada penderita gangguan humoral (hipogammaglobulinemia) dapat manifest menjadi sekresi telinga kronis (Nursiah 2003).

Beberapa faktor yang menyebabkan perforasi membrane timpani, antara lain :

1. Lingkungan

Faktor lingkungan berhubungan erat dengan sosioekonomi, dan faktor sosioekonomi sangat berperan erat terhadap insidensi OMSK tersebut. Baik diet, kepadatan lingkungan, dan tingkat hygene sangat berperan penting dalam hal ini (Nursiah 2003).


(34)

2. Otitis media sebelumnya

Otitis media kronis sering disebabkan karena otitis media akut yang sebelumnya sudah pernah diderita pasien, walaupun faktor yang memnyebabkan hal ini terjadi masih belum diketahui secara pasti (Nursiah 2003).

3. Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Infeksi virus pada saluran pernafasan dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah sehingga menurunkan daya tahan tubuh terhadap mikroorganisme yang merupakan flora normal di telinga tengah, sehingga mempermudah infeksi terjadi (Nursiah 2003).

4. Gangguan fungsi tuba eustachius

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mengembalikan tekanan negatif menjadi normal (Nursiah 2003).

2.3.5. Gejala Klinis

1. Telinga Berair (otorrhea)

Pada OMSK tipe benigna, reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi sering kali menyebabkan cairan yang keluar bersifat mukopus dan tidak berbau busuk. Sekret yang keluar bisa bersifat hilang timbul dan tidak dijumpai sekret pada penderita OMSK inaktif. Sedangkan pada penderita OMSK tipe ganas, unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang bahkan hilang karena lapisan mukosa yang rusak secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga yang merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya (Helmi 2001).


(35)

2. Gangguan Pendengaran

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. OMSK tipe maligna biasanya dapat menyebabkan tuli konduktif.

3. Otalgia (Nyeeri Telinga)

Drainase pus yang terbendung dapat menyebabkan nyeri pada pasien OMSK. Nyeri yang dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat ada hambatan pengaliran sekret, ancaman abses otak, atau terpaparnya duramater otak dan dinding sinus lateralis.

4. Vertigo

Kolesteatom seringkali dapat menyebabkan vertigo. Vertigo dapat terjadi perubahan tekanan udara yang mendadak atau dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi komplikasi serebellum juga dapat menyebabkan vertigo (Breman, 2006).

2.3.6. Komplikasi

Pada umumnya penyakit ini tidak memberikan rasa sakit kecuali bila terjadi komplikasi. Komplikasi yang didapatkan oleh penderita OMSK tipe atikoantral seperti Labirinnitis, meningitis dan abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe tubatimpani pun dapat menyebabkan suatu komplikasi (Nursiah, 2003).


(36)

2.4. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori


(37)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

OMSK merupakan salah satu penyakit pusat rujukan paling banyak yang diterima rumah sakit pendidikan di Negara berkembang, contohnya Indonesia. Prevalensi dari penyakit ini pun cenderung meningkat setiap tahunnya. Prevalensi OMSK sering terjadi pada usia produktif, sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas hidup. Tingkat ekonomi dan pengetahuan pasien terhadap penyakit OMSK juga memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan OMSK tersebut.

Mayoritas pasien (77,6%) berasal dari status ekonomi rendah. 94% pasien tidak mengetahui perbedaan OMSK benign dan maligna. 44,7% mengatakan bahwa OMSK dapat disembuhkan dengan operasi. Hanya 4,7% yang mengetahui bahwa OMSK dapat menyebar ke otak. 11,9% mengatakan dapat menyebabkan vertigo. 38,8% memilih berobat sendiri, dan tidak ada satupun yang mengetahui bahwa OMSK dapat menyebabkan facial nerve palsy sebagai komplikasinya (Res 2014).

Survei prevalensi di seluruh dunia, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta penderita dengan telinga berair, 60% diantaranya (39-200 juta) mengalami gangguan pendengaran yang signifikan. Ini menjadi masalah penting untuk mengatasi ketulian yang kini menimpa negara berkembang, diperkirakan 28.000 mengalami kematian dan <2 juta mengalami kecacatan; 94% terdapat di negara berkembang (WHO 2004).

Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993 -1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7 -18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK (Boesoirie, Lasminingrum 2007).


(38)

Data poliklinik THT FK USU/ RS.H. Adam Malik Medan, kunjungan panderita OMSK cukup tinggi yaitu pada bulan januari sampai desember 2008, sebanyak 208 penderita yang terdiri dari laki-laki 106 orang (50,96%), dan kelompok umur terbanyak pada usia 11-30 tahun dengan jumlah 86 orang (41,36%) dan kelompok umur 1-10 tahun sebanyak 40 orang (19,23%) (Aboet 2007).

Otitis media supuratif kronik merupakan suatu infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul (Helmi, & Restuti, 2007). Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna (Helmi 2001).

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012 – 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Berapakah prevalensi penderita Otitis Media Supuratif Kronis(OMSK) pada anak tahun di RSUP H Adam Malik pada tahun 2012 – 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi penderita Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak 0 – 18 tahun di RSUP H Adam Malik pada tahun 2012 – 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah penderita Otitis Media Supuratif Kronis pada anak 0 – 18 tahun yang berobat di RSUP H Adam Malik pada tahun 2012 – 2014. 2. Mengetahui kelompok usia pada penderita Otitis Media Supuratif Kronis 3. Mengetahui prevalensi penderita OMSK tipe maligna dan benigna di RSUP


(39)

1.3.3 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai OMSK.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan pada penelitian lain.


(40)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Otitis media supuratif kronis merupakan suatu infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Jenis otitis media supuratif kronis terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna.

TUJUAN: Untuk mengetahui prevalensi otitis media supuratif kronis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2012 – 2014.

METODE: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita otitis media supuratif kronis pada anak di RSUP H. Adam Malik periode 2012-2014.

HASIL: Dari penelitian yang dilakukan, berdasarkan sosiodemografi, prevalensi OMSK pada anak terbanyak pada umur 11-15 tahun sebanyak 17 orang (40.5%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (57.1%), tipe OMSK maligna sebanyak 28 orang (66.7%).

KESIMPULAN: Diharapkan untuk masa ke depan, pencatatan rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilakukan dengan tulisan yang mudah dibaca. Masyarakat juga diharapkan supaya memperhatikan status kesehatan mereka dan segera memeriksakan diri jika medapat tanda-tanda OMSK pada diri mereka.


(41)

ABSTRACT

BACKGROUND: Chronic Suppurative Otitis Media is an infection of middle ear

with a perforated tympanic membrane and a history of secretion of fluid from the ear for more than 2 month, either continuously or intermitten. There are 2 type of Chronic Suppurative Otitis Media, that is benign CSOM and malignant CSOM.

OBJECTIVE: To determine the prevalence of children with Chronic Suppurative

Otitis Media in Adam Malik hospital in the period of 2012 – 2014.

METHODS: This reasearch method is a descriptive with a cross sectional

approach. The goal of this research is to know the prevalence of child that was diagnose with CSOM in H. Adam Malik Hospital Medan in the period of year 2012-2014.

RESULTS: From the reasearch, Based on sosiodemographic, prevalence of

children with CSOM was found on the age group of 11-15 was 17 patients (40.5%), male patient accounts for 24 patients (57.1%), 28 patients (66.7%) were found to be Type malignant CSOM.

CONCLUSION: For the future, H. Adam Malik Hospital Medan medical records

should be written with a readable writing. The community should pay attention on their health status and need to check their condition immediately when symptom of CSOM occurs.


(42)

PREVALENSI PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK PADA ANAK DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK PERIODE 2012 – 2014

OLEH:

Muhammad Nasir Nasution 120100341

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(43)

PREVALENSI PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK PADA ANAK DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK PERIODE 2012 – 2014

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

OLEH:

MUHAMMAD NASIR NASUTION 120100341

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(44)

(45)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Otitis media supuratif kronis merupakan suatu infeksi kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Jenis otitis media supuratif kronis terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna.

TUJUAN: Untuk mengetahui prevalensi otitis media supuratif kronis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2012 – 2014.

METODE: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita otitis media supuratif kronis pada anak di RSUP H. Adam Malik periode 2012-2014.

HASIL: Dari penelitian yang dilakukan, berdasarkan sosiodemografi, prevalensi OMSK pada anak terbanyak pada umur 11-15 tahun sebanyak 17 orang (40.5%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (57.1%), tipe OMSK maligna sebanyak 28 orang (66.7%).

KESIMPULAN: Diharapkan untuk masa ke depan, pencatatan rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat dilakukan dengan tulisan yang mudah dibaca. Masyarakat juga diharapkan supaya memperhatikan status kesehatan mereka dan segera memeriksakan diri jika medapat tanda-tanda OMSK pada diri mereka.


(46)

ABSTRACT

BACKGROUND: Chronic Suppurative Otitis Media is an infection of middle ear

with a perforated tympanic membrane and a history of secretion of fluid from the ear for more than 2 month, either continuously or intermitten. There are 2 type of Chronic Suppurative Otitis Media, that is benign CSOM and malignant CSOM.

OBJECTIVE: To determine the prevalence of children with Chronic Suppurative

Otitis Media in Adam Malik hospital in the period of 2012 – 2014.

METHODS: This reasearch method is a descriptive with a cross sectional

approach. The goal of this research is to know the prevalence of child that was diagnose with CSOM in H. Adam Malik Hospital Medan in the period of year 2012-2014.

RESULTS: From the reasearch, Based on sosiodemographic, prevalence of

children with CSOM was found on the age group of 11-15 was 17 patients (40.5%), male patient accounts for 24 patients (57.1%), 28 patients (66.7%) were found to be Type malignant CSOM.

CONCLUSION: For the future, H. Adam Malik Hospital Medan medical records

should be written with a readable writing. The community should pay attention on their health status and need to check their condition immediately when symptom of CSOM occurs.


(47)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan berjudul “Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak di RSUP Haji Adam Malik periode 2012 - 2014”.

Penulis mendapat dukungan dan masukan dari keluarga yang penulis kasihi. Penulis berterimakasih kepada kedua orang tua penulis, ayahanda, Anwar Khalik Nasution dan ibunda Dra. Sari Ganti Siregar atas semua perhatian, doa, dan masukan yang telah diberikan selama penulisan karya tulis ilmiah ini berlangsung.

Pada kesempatan kali ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak di dalam proses menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPd, SpJP(K), selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, Sp. THT-KL (K) selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta nasihat-nasihat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat penulis susun


(48)

4. Bapak dr. Armon Rahimi, Sp.PD. KPTI, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak dr. M. Rusda M.Ked(OG), Sp.OG(K), selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Ibu dr. Tetty Aman Nasution M.Ked, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.

7. Rekan satu tim bimbingan penelitian Audri Yulianti Tiorina Hutagalung dan Chai Shi Hui yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik, dukungan materi dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2012 yang telah memberi saran, kritik, dukungan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendarah hati, penulis mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, 10 Desember 2015

Penulis,

M. Nasir Nasution


(49)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Anatomi. ... 4

2.1.1. Membran Timpani ... 4

2.1.2. Kavum Timpani ... 6

2.1.3. Prosesus Mastoideus.. ... 6

2.1.4. Tuba Eustachius ... 7

2.2. Fisiologi Pendengaran ... 7

2.3. Otitis Media Supuratif Kronis ... 8

2.3.1. Definisi ... 8

2.3.2. Klasifikasi ... 8

2.3.3. Epidemiologi ... 10

2.3.4. Etiologi ... 10

2.3.5. Gejala Klinis ... 11

2.3.6. Komplikasi ... 12


(50)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 14

3.1. Kerangka Konsep ... 14

3.2. Definisi Operasional... 14

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 15

4.1. Jenis Penelitian ... 15

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel ... 16

4.3.1. Populasi ... 16

4.3.2. Sampel ... 16

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis data ... 17

4.4.1. Metode Pengolahan ... 17

4.4.2. Analisis data ... 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1. Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Deskriptif Lokasi Penelitian ... 18

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 18

5.2. Pembahasan ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

6.1 Kesimpulan ... 26

6.2 Saran ... 27


(51)

DAFTAR TABEL

5.1. Tabel Distribusi Sampel Jenis Kelamin ... 19

5.2. Tabel Distribusi Sampel Kelompok Usia ... 19

5.3. Tabel Distribusi Sampel StatusPendidikan ... 19

5.4. Tabel Distribusi Sampel Tipe OMSK ... 20

5.5. Tabel Distribusi Sampel Telinga Berair ... 20

5.6. Tabel Distribusi Sampel Tinnitus ... 20

5.7. Tabel Distribusi Sampel Vertigo ... 21

5.8. Tabel Distribusi Sampel Nyeri Telinga ... 21

5.9. Tabel Distribusi Sampel Status Ekonomi ... 21

5.10. Tabel Distribusi Sampel treatment ... 22


(1)

ABSTRACT

BACKGROUND: Chronic Suppurative Otitis Media is an infection of middle ear with a perforated tympanic membrane and a history of secretion of fluid from the ear for more than 2 month, either continuously or intermitten. There are 2 type of Chronic Suppurative Otitis Media, that is benign CSOM and malignant CSOM. OBJECTIVE: To determine the prevalence of children with Chronic Suppurative Otitis Media in Adam Malik hospital in the period of 2012 – 2014.

METHODS: This reasearch method is a descriptive with a cross sectional approach. The goal of this research is to know the prevalence of child that was diagnose with CSOM in H. Adam Malik Hospital Medan in the period of year 2012-2014.

RESULTS: From the reasearch, Based on sosiodemographic, prevalence of children with CSOM was found on the age group of 11-15 was 17 patients (40.5%), male patient accounts for 24 patients (57.1%), 28 patients (66.7%) were found to be Type malignant CSOM.

CONCLUSION: For the future, H. Adam Malik Hospital Medan medical records should be written with a readable writing. The community should pay attention on their health status and need to check their condition immediately when symptom of CSOM occurs.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan berjudul “Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronis pada Anak di RSUP Haji Adam Malik periode 2012 - 2014”.

Penulis mendapat dukungan dan masukan dari keluarga yang penulis kasihi. Penulis berterimakasih kepada kedua orang tua penulis, ayahanda, Anwar Khalik Nasution dan ibunda Dra. Sari Ganti Siregar atas semua perhatian, doa, dan masukan yang telah diberikan selama penulisan karya tulis ilmiah ini berlangsung.

Pada kesempatan kali ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak di dalam proses menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPd, SpJP(K), selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, Sp. THT-KL (K) selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta nasihat-nasihat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat penulis susun


(3)

4. Bapak dr. Armon Rahimi, Sp.PD. KPTI, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak dr. M. Rusda M.Ked(OG), Sp.OG(K), selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Ibu dr. Tetty Aman Nasution M.Ked, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.

7. Rekan satu tim bimbingan penelitian Audri Yulianti Tiorina Hutagalung dan Chai Shi Hui yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik, dukungan materi dan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2012 yang telah memberi saran, kritik, dukungan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendarah hati, penulis mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, 10 Desember 2015 Penulis,

M. Nasir Nasution NIM: 12010034


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Anatomi. ... 4

2.1.1. Membran Timpani ... 4

2.1.2. Kavum Timpani ... 6

2.1.3. Prosesus Mastoideus.. ... 6

2.1.4. Tuba Eustachius ... 7

2.2. Fisiologi Pendengaran ... 7

2.3. Otitis Media Supuratif Kronis ... 8

2.3.1. Definisi ... 8

2.3.2. Klasifikasi ... 8

2.3.3. Epidemiologi ... 10

2.3.4. Etiologi ... 10

2.3.5. Gejala Klinis ... 11

2.3.6. Komplikasi ... 12


(5)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 14

3.1. Kerangka Konsep ... 14

3.2. Definisi Operasional... 14

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 15

4.1. Jenis Penelitian ... 15

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel ... 16

4.3.1. Populasi ... 16

4.3.2. Sampel ... 16

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis data ... 17

4.4.1. Metode Pengolahan ... 17

4.4.2. Analisis data ... 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1. Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Deskriptif Lokasi Penelitian ... 18

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 18

5.2. Pembahasan ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

6.1 Kesimpulan ... 26

6.2 Saran ... 27


(6)

DAFTAR TABEL

5.1. Tabel Distribusi Sampel Jenis Kelamin ... 19

5.2. Tabel Distribusi Sampel Kelompok Usia ... 19

5.3. Tabel Distribusi Sampel StatusPendidikan ... 19

5.4. Tabel Distribusi Sampel Tipe OMSK ... 20

5.5. Tabel Distribusi Sampel Telinga Berair ... 20

5.6. Tabel Distribusi Sampel Tinnitus ... 20

5.7. Tabel Distribusi Sampel Vertigo ... 21

5.8. Tabel Distribusi Sampel Nyeri Telinga ... 21

5.9. Tabel Distribusi Sampel Status Ekonomi ... 21

5.10. Tabel Distribusi Sampel treatment ... 22