Pneumatisasi prossesus mastoideus ini dapat dibagi atas : 1.
Prossesus mastoideus kompakta sklerotik, dimana tidak ditemukan sel- sel.
2. Prossesus mastoideus spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.
3. Prossesus mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, yang memiliki sel-
sel yang besar Loy, Tan Lu 2002.
2.1.4 Tuba Eustachius
Berbentuk seperti huruf āSā dan disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Pada dewasa, panjang tuba sekitar 36 mm ke bawah, depan dan
medial dari telinga tengah, sedangkan pada anak dibawah 9 bulan hanya 17,5 mm Djaafar, Helmi Restuti 2007.
Tuba Eustachius terdiri dari 2 bagian : 1.
Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek 13 bagian. 2.
Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang 23 bagian Djaafar, Helmi Restuti 2007.
2.2 Fisiologi Pendengaran
Proses pendengaran diawali dari ditangkapnya gelombang bunyi oleh daun telinga dan dialirkan ke membrane timpani melalui liang telinga, yang membuat
membrane timpani bergetar. Getaran ini diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan. Kemudian menggerakkan foramen ovale
yang juga menggerakan perilimfe yang berada di dalam skala vestibuli. Getaran ini diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga
menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria Ganong 2007.
Rangsangan fisik tersebut berubah karena adanya ion Kalium dan Natrium menjadi aliran listrik yang dihantarkan ke cabang-cabang nervus VII, yang
meneruskan rangsangan tersebut ke pusat sensorik pendengaran di otak area 39 ā 40 melalui saraf pusat yang berada di lobus temporalis Soetirio, Hendarmin
Bashiruddin 2011. 7
2.3 Otitis Media Supuratif Kronis
2.3.1. Definisi
Otitis Media Supuratif Kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga otorea
lebih dari 2 bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah Djaafar, Helmi Restuti 2007.
Gejala-gejala yang dialami penderita otitis media supuratif kronis ini diantaranya adalah ottorhea purulen atau mukoid, gangguan pendengaran, otalgia,
tinnitus, vertigo dan rasa penuh di telinga. OMSK dapat menimbulkan gangguan pendengaran terutama pada anak-anak. Karena dapat mengganggu proses
pendengaran, perkembangan bahasa, psikososial dan perkembangan kognitif, kemajuan penidikan serta menimbulkan pengaruh jangka panjang pada
komunikasi anak Djaafar, Helmi Restuti 2007.
2.3.2. Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :
1. Tipe benigna tipe jinak
Disebut juga tipe rhinogentipe tubotimpani yang ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinis yang bervariasi dari luas
dan tingkat keparahan penyakit tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut adalah patensi tuba eustachius, infeksi
saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu luas
dan derajat mukosa, campuran bakteri aerob dan anaerob, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Keluarnya secret mukoid yang kronis
berhubungan dengan hyperplasia sel goblet, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek Nursiah
2003. 8
Secara klinis,OMSK tipe benigna dapat dibagi atas: a.
OMSK tipe aktif OMSK dengan keluarnya secret dari kavum timpani secara aktif.
b. OMSK tipe tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang diterima berupa tuli
konduktif ringan dengan gejala lain seperti tinnitus,vertigo dan rasa penuh di telinga Soetirto, Hendarmin Bashruddin 2011.
2. Tipe maligna tipe ganas
Disebut juga tipe atikoantral dan dijumpai adanya kolesteatom. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan memiliki cirri khas
dengan terbentuknya kantong retraksi yang terjadi akibat bertumpuknya keratin menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf,
konsistensi seperti mentega, berwarnaputih, terdiri atas lapisan sel epitel bertatah yang telah nekrotik Djaafar 2007.
Bentuk perforasi maligna antara lain: a.
Perforasi Sentral Lokasi pada pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi masih ada
sisa membran timpani Soepardi, Iskandar, Bashiruddin Restuti 2007.
b. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggiran membrane timpani dengan adanya erosi dari annulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar
digambarkansebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero- superior berhubungan dengan kolesteatom.
c. Perforasi atik
Terjadipada pars flaksida, berhubungan dengan terbentuknya primary acquired cholesteatoma. Primary acquired cholesteatoma adalah
kolesteatoma yang terbentuk tanpa adanya perforasi membrane timpani. Kolesteatoma terbentuk dari proses invaginasi membrane
timpani akibat adanya tekanan negative pada telinga tengah karena 9