57
4.2.4. Ibu E
Ibu E lahir di Madiun, pada tanggal 4 Februari 1967. Ibu E saat ini menjabat sebagai dosen akuntansi dengan pangkat Penata IV A. Ibu E mempunyai
seorang suami bernama Joko Setiono yang berprofesi sebagai dokter hewan dan mempunyai dua orang anak yaitu anak pertama perempuan bernama Faluthia Fitri
Puspaningrum dan anak ke dua laki-laki bernama Ryan Reynicka Fatulla. Ibu dari 2 orang anak ini selain mengajar beliau juga memiliki banyak sekali kegiatan
sosial yang dipergunakan untuk membantu warga miskin dengan memberikan usulan membuka usaha. Pendapatan keluarga ibu E selain dari gaji ibu E sebagai
seorang dosen akuntansi dan berasal dari gaji suami yang berprofesi sebagai dokter hewan, juga berasal dari berbagai macam usaha yang dijalankan bersama
adiknya.
4.3. Hasil Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan peneliti berkaitan dengan pembahasan dan observasi diupayakan untuk menjawab permasalahan
tentang pemahaman dosen akuntansi terhadap anggaran dalam perencanaan keuangan keluarga.
Selain itu tingkat keanekaragaman kehidupan finansial keluarga, dianggap mewakili keanekaragaman yang terjadi pada banyak dosen, bukan hanya dari satu
tingkat finansial yang sama. Dengan keadaan seperti itu maka peneliti sangat tertarik untuk mengetahui cara kerja dosen akuntansi dalam merencanakan dan
mengelola keuangan keluarga. Melihat cara institusi publik mengatur,
58
merencanakan, serta mengelola keuangan juga mempunyai indikasi yang sama yaitu melakukan kegiatan praktek akuntansi dalam merencanakan dan mengelola
keuangan.
4.3.1. Pemahaman Anggaran Dalam Perencanaan Keuangan Keluarga
Anggaran adalah rencana kerja organisasi dimasa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis. Oleh karena itu
diperlukan suatu pemahaman terhadap anggaran tersebut supaya dapat menentukan perencanaan keuangannya terutama perencanaan dalam keluarga.
Berikut adalah hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pemahamannya tentang pemahaman anggaran dalam perencanaan keuangan
dalam keluarga. Menurut pak F sebagai dosen akuntansi yang terbilang masih muda,
berpendapat bahwa: “Berarti kan kita merencanakan keuangan baik untuk pemasukan
dan pengeluaran, terutama untuk pengeluaran jangka waktu pendek sudah pasti berkaitan dengan pengeluaran dan pemasukan bulanan
sedangkan jangka waktu panjang sudah ada namun biasanya kita gak spesifik untuk apa aja yang penting sekarang uangnya
ditabung dulu. Untuk jangka panjangnya kayak buat sekolah anak dan kebutuhan lainnya cuma kurang spesifiknya sekarang belum
ada tujuan kita mau kemana belum ada yang penting kita nabung dulu. Gitu aja”
Berdasarkan jawaban dari pak F tersebut dapat diketahui bahwa anggaran
merupakan perencanaan keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran, terutama pada pengeluaran jangka pendek yang berkaitan dengan pengeluaran dan
pemasukan bulanan. Sedangkan anggaran untuk jangka panjang dana pendidikan,
59
dana kesehatan, dll disimpan dalam bentuk tabungan saja. Pendapat dari pak F
tersebut didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh pak M: “Anggaran itu perencanaan keuangan untuk jangka pendek dalam 1
bulan saja, jadi untuk kegiatan belanja untuk keperluan rumah tangga. Untuk jangka panjang tidak ada jadi jalan apa adanya aja,
kalau untuk jangka pendek perlu adanya alokasi dana.”
Berdasarkan pendapat dari pak M tersebut dapat diketahui bahwa anggaran
merupakan perencanaan keuangan jangka pendek dalam satu bulan yang dipergunakan untuk belanja dalam keperluan rumah tangga, tidak termasuk
perencanaan jangka panjang. Karena perencanaan digunakan hanya dalam jangka
pendek saja, sedangkan untuk jangka panjang lebih jalan apa adanya. Sedangkan
menurut pendapat pak A mengemukakan sebagai berikut: “Kalau saya sih sederhana saja, karena istri saya dokter. Dia punya
bayaran dan saya pun jadi saya tidak pernah kasih pada istri saya untuk uang belanja. Uang saya untuk saya tabung untuk beli rumah
sampai sekarang saya punya rumah ada 10, sedangkan kebutuhan uang belanja, sekolah dan urusan rumah tangga itu dari istri saya.”
Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa anggaran
adalah perencanaan keuangan yang diatur dalam rumah tangga. Menurut pendapat ibu E anggaran adalah:
“Anggaran dalam rumah tangga, mengatur yo’opo carane minimal cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sekeluarga dan menurut
saya standarnya kita harus bikin pos-pos untuk kebutuhan- kebutuhan.”
Berdasarkan pendapat dari ibu E di atas dapat diketahui bahwa anggaran
merupakan pengaturan keuangan dalam rumah tangga mengenai cara pendapatan yang diterima bisa menutupi pengeluaran pada setiap bulannya sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Ibu E merencanakan dan mengelola keuangannya
60
dengan sangat matang, baik untuk jangka panjang dan juga untuk jangka pendek dengan mengalokasikan 10 pos amplop yang berbeda. Dan menurut beliau
standarisasi nya seseorang itu membuat rencana anggaran dalam keuangannya, tapi bukan berarti kita hanya terpaku oleh standar yang telah kita buat tanpa
melihat realita yang terjadi. Jika masih ada sisa pendapatan setelah dikonsumsi, bentuk alokasi kedua
adalah menabung saving. Contohnya adalah anda menyimpan sebagian dari pendapatan di bank secara periodik agar mempunyai sejumlah uang yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terdugamendadak. Motivasi utamanya adalah berjaga-jaga precautionary. Sedangkan alternatif terakhir yaitu
investasi merupakan suatu bentuk pengalokasian pendapatan yang dilakukan saat ini untuk memperoleh manfaat keuntungan return di kemudian hari yang bisa
melebihi modal investasi yang anda keluarkan saat ini. Dengan memperoleh return investasi, seseorang bisa berharap bahwa kemakmurannya wealth
“Saya itu punya 1 rumah ada 3 : ada daerah buduran, kebraon sama di deket lapindo, 2 mobil dan sepeda motor ada 3. Rumah
yang dideket lapindo itudapat ganti rugi Rp 164.000.000 trus dikurangi Rp 16.000.000 untuk sisa angsuran. Uang tadi saya pakai
akan bisa ditingkatkan.
Dalam setiap anggaran yang direncanakan terdapat anggaran yang dikhususkan untuk diinvestasikan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan di
luar dugaan, misalkan keperluan yang membutuhkan dana yang cukup besar sehingga anggaran yang sudah ditetapkan tidak bisa mencukupi. Oleh karena itu,
diperlukan adanya suatu investasi yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Dari hasil wawancara dengan pak M, yang menjelaskan sebgaai berikut:
61
naik haji dengan istri saya sebesar ± Rp 80.000.000 dan 1 sepeda motor beat.”
Berdasarkan pendapat dari pak M tersebut dapat diketahui bahwa pak
Munari memiliki investasi yang berupa 3 buah rumah, dimana salah satu rumah tersebut terkena lumpur Lapindo dan mendapatkan gati rugi sebesar RP.
164.000.000 yang dikemudian digunakan untuk keperluan lainnya. Sedangkan pak A juga memilih investasi dalam bentuk rumah, berikut adalah keterangan dari
bapak A: “Uang saya untuk saya tabung untuk beli rumah sampai sekarang
saya punya rumah ada 10. Di surabaya ada 8 dan diluar kota ada di lawang dan yang satu lagi di tanggulangin yang terendam
lumpur lapindo tapi dapat penggantiannya juga, dulu kita beli 32 juta dan dapat penggantian 166 juta. Itu bukan ganti rugi tapi ganti
untung sambil tertawa karena saya malah untung, dan saya dari tahun 1981 selalu beli dari YKP semua.”
Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa bapak
Achsan sependapat dengan bapak M yang lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah daripada investasi dalam bentuk yang lainnya, misalnya bapak A
yang menambahkan bahwa selain berinvestasi dalam bentuk rumah juga ada investasi dalam bentuk deposito:
“Ada, saya taruh dikoperasinya UPN. Karena dikoperasi sini UPN itu bunganya 10 per tahun, selain itu saya taruh uang disana itu
untuk tabungan kalau tabungannya sudah cukup akan saya belikan rumah lagi. Sedangkan kalau saya tabungkan di bank mungkin
akan dapat 8 per tahun dan akan dipotong pajak sekitar 3 jadi bersih kita terima akan 5 . Jadi saya lebih memilih untuk
menyimpan uang saya di koperasi UPN.”
Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa bapak
Achsan selain dalam berinvestasi dalam bentuk rumah beliau juga berinvestasi dalam bentuk deposito yang ada di koperasi UPN. Pak A lebih memilih deposito
62
di koperasi UPN karena deposito di bank bunga yang diperoleh lebih kecil. Lain halnya dengan bu E yang lebih memilih berinvestasi dalam bentuk perhiasan,
berikut adalah pendapat dari bu E: “Biasanya dana cadangannya kan berupa uang tunai tapi kalau saya
itu saya rupa kan berupa perhiasan. Karena kalau ada apa-apa bisa gampang dijual dan investasi dalam bentuk perhiasan itu nilainya
tidak akan turun. Misal dulu saya beli per gramnya 50 ribu tapi kalau sekarang jadi 300 ribu per bulan.”
Berdasarkan pendapat dari bu E tersebut dapat diketahui bahwa bu S lebih
memilih berinvestasi dalam bentuk perhiasan, karena menurutnya perhiasan memiliki nilai yang tidak akan turun dan mudah dijual kembali jika sewaktu
waktu dibutuhkan untuk suatu keperluan yang membutuhkan dana lebih dari anggaran yang diposkan. Sedangkan pak F lebih memilih investasi dalam bentuk
usaha yang sedang dirintis bersama dengan istrinya, berikut adalah pendapat dari pak F:
“Kebetulan sekarang aku buka counter pulsa. Rencananya mau buka ini sambil menunjuk spanduk loket pembayaran ya ini kan masih
awal ya jadi belum tau dan rencananya aku juga mau buka Warung Hot Spot disini.”
Berdasarkan pendapat dari pak F tersebut dapat diketahui bahwa pak F
lebih memilih anggarannya diinvestasikan dalam bentuk usaha yang sedang dirintis. Usaha yang sedang dirintis tersebut berupa counter pulsa, loket
pembayaran dan warung Hot Spot, yang rencanaanya akan dibuka bersama istri sebagai pengurus usahanya.
Bentuk-bentuk investasi tersebut digunakan untuk berjaga-jaga apabila ada keperluan mendadak. Dengan demikian, jika mengalokasikan pendapatan untuk
melakukan investasi maka berarti anda mengurangi sebagian konsumsi. Setiap
63
orang perlu berinvestasi karena nilai uang yang dimiliki akan selalu menyusut tergerus inflasi. Berikut adalah pendapat pak F mengenai pentingnya investasi:
“Investasi itu harusnya penting, karena kita punya aset untuk jaga- jaga dan sebenarnya diperlukan untuk persiapan dana yang besar.”
Berdasarkan pendapat dari pak F tersebut dapat diketahui bahwa investasi
itu sangat penting mengingat banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dan untuk jaga-jaga apabila memerlukan dana yang cukup besar sehingga diperlukan
tambahan dana. Menurut pak A investasi diperlukan untuk menutupi kebutuhan ketika pensiun:
“Iya, karena saya itu kan pegawai, nantinya kalau saya pensiun saya juga dapat uang pensiun jadi mending saya investasikan dalam
bentuk rumah saja selain itu saya dulu pernah investasi dalam bentuk saham yang mana investasi awalnya 50 juta di bank
mandiri tapi setelah 8 bulan waktu saya ambil ternyata uangnya kok menurun jadi 47 juta padahal dulu awalnya dia bank mandiri
janji jika saya menanam saham disana saya akan mendapatkan penghasilan tetap dengan bunga yang relatif rendah yang sama
dengan hasilnya deposito. Jelas saya kecewa, waktu saya komplain ke pihak mandiri katanya sebenarnya ada penghasilan untuk setiap
harinya tapi katanya kebetulan saya ini sedang sial karena harga saham sedang menurun sehingga investasi saya pun juga menurun.
Maka dari itu akhirnya saya pindah alih investasi dalam bentuk rumah saja karena selain harga rumah setiap tahunnya selalu naik
juga bisa dijadikan persiapan untuk anak-anak saya.”
Berdasarkan pendapat dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa bapak A
lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah karena berdasarkan dari pengalaman sebelumnya yang berinvestasi dalam bentuk saham, ternyata
mengalami kerugian bukan keuntungan. Oleh karena itu, pak A lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah, karena harga rumah setiap tahunnya akan
meningkat dari pada bentuk yang lainnya, apalagi dalam bentuk saham yang
64
nilainnya tidak menentu. Invetasi yang dilakukan digunakan untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan ketika pensiun, sehingga masih dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nara sumber tersebut,
maka dapat di bentuk suatu format anggaran dari pendapatan yang diperoleh pada setiap bulannya. Berikut adalah format anggaran yang diperoleh:
1. Bapak F
Penerimaan: Pendapatan suami
= Rp 1.700.000,00
Pendapatan usaha I =
Rp 1.000.000,00 Pendapatan usaha II
= Rp 300.000,00 +
Rp. 3.000.000,00 Pengeluaran:
Sekolah anak =
Rp 350.000,00 Telp, listrik, air
= Rp 600.000,00
Pembersih, keb rumah tangga = Rp 200.000,00
Susu, vitamin dan obat anak = Rp 250.000,00
Biaya kesehatan, obat =
Rp 100.000,00 Elpiji, galon
= Rp 500.000,00
PRT =
Rp 400.000,00 Tabungan
= 2.
Bapak A Rp 600.000,00 +
Rp. 3.000.000,00 Penerimaan:
Kost =
Rp. 1.386.000,00 Gaji
= Rp. 3.400.000,00
Kontrakan =
Rp. 3.708.000,00 + Rp. 8.494.000,00
Pengeluaran:
65
Sehari-hari =
Rp. 3.000.000,00 Listrik, air, telp
= Rp. 1.200.000,00
Bensin =
Rp. 750.000,00 Tabungan
= Rp. 2.544.000,00
Lain-lain =
3. Ibu E
Rp. 1.000.000,00 + Rp. 8.494.000,00
Penerimaan: Gaji
= Rp. 3.000.000,00
Suami =
Rp. 5.000.000,00 Usaha
= Rp. 6.000.000,00 +
Rp. 14.000.000,00 Pengeluaran:
Infaq =
Rp. 350.000,00 Kebth. Bulanan
= Rp. 4.550.000,00
Kesehatan =
Rp. 700.000,00 Pendidikan
= Rp. 1.400.000,00
Kartu kredit =
Rp. 700.000,00 Rekreasi
= Rp. 1.400.000,00
Asuransi =
Rp. 2.100.000,00 Investasi
= Rp. 1.400.000,00
Perumahan =
Rp. 700.000,00 Lain-lain
=
4.3.2. Perencanaan Keuangan Keluarga
Rp. 700.000,00 + Rp.14.000.000,00
Dalam penelitian ini perencanaan keuangan lebih banyak berkaitan dengan keuangan pribadi Personal Finance Financial planning sebagai ”proses
perencanaan guna mencapai tujuan-tujuan hidup melalui pengelolaan keuangan secara terampil, cerdas, dan bijaksana”. Perencanaan Keuangan secara definisi
66
menurut Certified Financial Planner, Board of Standards, Inc. adalah proses mencapai tujuan hidup seseorang melalui manajemen keuangan secara terencana.
Tujuan hidup dapat termasuk membeli rumah, menabung untuk pendidikan anak atau merencanakan pensiun.
Proses perencanaan menjadi penting sepanjang ada tujuan-tujuan hidup life goals yang ingin dicapai artinya, perencanaan yang tidak dibuat sekedar
demi perencanaan itu sendiri, tetapi untuk suatu maksud yang dianggap penting bagi perencanaannya. Tujuan kehidupan, antara lain mencakup: membeli rumah,
membeli mobil, mempersiapkan dana untuk menikah, malahirkan dan membesarkan anak, pendidikan anak, pensiun, mengantisipasi resiko dan
melindungi diri atau keluarga dari berbagai kemungkinan buruk, merencanakan liburan keluarga kemancanegara, meningkatkan penghasilan dari waktu-kewaktu,
dan sebaginya. Semua tujuan itu memerlukan perencanaan yang baik, agar peluang pencapaiannya dapat diperbesar. ”
A. SMART
Sebelum menentukan tujuan perencanaan keuangan dalam keluarga, maka harus memahami kondisi keuangan dalam rumah tangga, supaya tujuan
keuangan dapat direncanakan secara spesifik dan realistis. Penetapan tujuan hendaknya memiliki karakteristik Specific, Measurable, Attainable, Reality-
based, dan Time-bound yang disingkat SMART.
67
Berikut adalah hasil wawancara dengan informan yang menjadi subyek dalam penelitian ini mengenai cara merencanakan keuangan dalam keluarga
secara keseluruhan. 1.
Bapak F Peneliti dapat mengetahui apakah seseorang termasuk dalam kategori
smart. Pada pertanyaan mengenai perencanaan jangka panjang perencanaan keuangan keluarga, pak F menjawab:
“Untuk jangka panjangnya kayak buat sekolah anak dan kebutuhan lainnya cuma kurang spesifiknya sekarang belum
ada tujuan kita mau kemana belum ada yang penting kita nabung dulu. Gitu aja.”
Berdasarkan hasil jawaban tersebut menunjukkan bahwa pak F belum dapat menentukan secara jangka panjang mengenai anggaran
pendidikan anak. Sedangkan pertanyaan mengenai perencanaan anggaran biaya pendidikan bagi anak, pak F menjawab:
“Ya kalo sekolah, sebenarnya kita opo yo.. ya buat perbandingan aja, yang penting yang penting sekolah itu gak ada patokan ya
antara sekolah negeri atau swasta. tak pikir biayanya sama aja jadi persiapannya kurang lebih sama.”
Berdasarkan jawaban tersebut pak F tidak mengharuskan anaknya harus mengenyam pendidikan di sekolah negeri atau swasta, dan mengenai
anggaran pendidikan pak F menentukan anggaran pendidikan yang sama baik nantinya sekolah negeri ataupun di swasta. Sedangkan pertanyaan
mengenai sumber utama pendapatan yang diperoleh pak F, beliau menjawab:
68
“Gak, sebenarnya ada sumber utama buat keluarga, kebetulan sekarang aku buka counter pulsa juga. Rencananya juga mau
buka ini sambil menunjuk spanduk loket pembayaran ya ini kan masih awal ya jadi belum tau dan rencananya aku juga
mau buka Warung Hot Spot disini.”
Berdasarkan jawaban tersebut pak F menjawab bahwa sumber pendapatan dalam keluarga tidak hanya dari mengajar saja, tetapi ada dari
counter pulsa, dan rencananya akan menambah usaha lagi yang dikelolah bersama istrinya.
Ketika peneliti menanyakan mengenai masalah kesehatan, beliau menjawab:
“Kalau yang di UPN itu masih baru ya jadi masih belum jelas detailnya. Setau saya kalau hanya sakit biasa bisa dihandle poli
dikampus sudah bisa. Setau saya Cuma itu lagipula kalau dipoli kan sudah terbiasa sejak kita masih asisten dulu, itu pun kita
sudah ada kesempatan itu. Jadi bisalah mungkin yang ringan- ringan tapi kalau yang berat belum tau sampai sejauh mana.”
Berdasarkan jawaban pak F menunjukkan bahwa beliau masih belum sepenuhnya paham mengenai asuransi kesehatan dari pihak
kampus, sehingga belum mengetahui sampai sejauhmana pihak kamus menghandle masalah kesehatan bagi para tenaga pengajar. Lebih lanjut
peneliti menanyakan tentang kemungkinan terburuk jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang mengharuskan beliau untuk meninggalkan
keluarga selamanya, apa yang sudah dipersiapkan untuk keluarga yang ditinggalkan, beliau menjawab:
“Untuk sementara sih Cuma berupa tabungan aja.” Berdasarkan jawaban pak F tersebut, beliau belum terlalu
memikirkannya, sehingga jika kemungkinan itu terjadi, maka persiapan
69
yang sudah ada hanyalah berupat tabungan saja. Ketika peneliti menanyakan mengenai dana kesehatan yang sudah dipersiapkan, beliau
menjawab: “Kalau masalah alokasi itu sebenarnya sudah ada pandangan
untuk dianggarkan untuk di pos-pos kan. Ini untuk dana pendidikan.. ini untuk dana kesehatan, trus buat ini.. buat itu..
tapi kendalanya, kadang sudah aku buatkan tapi ya kadang gak jalan gitu. Aku sendiri kan kadang pulang malam, jadi gak
sempet bikin catetan dan isteri ku juga ngurus anak sendiri dan si anak juga gak ada temenin.”
Berdasarkan jawaban pak F di atas menunjukkan bahwa alokasi dana yang digunakan untuk kesehatan sudah dipersiapkan oleh pak F, akan
tetapi perencanaan tersebut kadang tidak bisa berjalan dengan lancar sesuai rencana. Hal ini disebabkan karena beliau dan istri tidak sempat
untuk membuat catatan keuangan. Untuk masalah kesehatan Pak F belum
paham betul dan belum ada kepastian yang jelas tentang masalah peng- coveran kesehatan dari pihak kampus karena beliau dari diangkat sebagai
dosen, tapi sejak Pak F menjadi asdos beliau sudah mendapatkan fasilitas berobat di poliklinik yang ada di UPN. Oleh sebab itu Pak F pun
mengalokasikan sedikit untuk dana kesehatan untuk keluarganya. Pada
saat peneliti menanyakan tentang rencana liburan keluarga, beliau menjawab:
“Itu kembali lagi, untuk jangka panjang masih di global dan pemisahan dana itu belum ada. Tabungan itu dipake’ kalau kita
perlu, kalo pas ada tawaran kayak misalnya kemaren UPN ngluarin ada liburan tapi ada ketentuan kita berlibur tapi hanya
untuk 1 orang ya yang dibiayain, nah kita ngambil uangnya dari tabungan supaya istri dan anak bisa ikut.”
70
Berdasarkan jawaban pak F di atas menunjukkan bahwa alokasi dana yang digunakan untuk rekreasi keluarga masih belum, karena
pendapatan yang diperoleh hanya untuk keperluan jangka pendek dan sisanya ditabung. Pada saat peneliti menanyakan tentang rencana
membuka warung wifi, beliau menajwab: “Buka warung wifi itu kan supaya si isteri disini ada kegiatan,
karena dirumah sama si kecil kan bosen, jadi investasi kearah sana sudah lama.”
Dari jawaban pak F tersebut menunjukkan bahwa pak F memikirkan tentang penggunaan dana untuk berinvestasi, dalam hal ini
investasi dalam bentuk suatu usaha yang nantinya dikelola oleh istrinya. Sehingga ada kegiatan di rumah selain mengurusi urusan rumah tangga.
Sebelum ada rencana untuk membuka warung wifi, dulu beliau pernah membuka sebuah usaha yang mengalami kegagalan. Untuk memanfaatkan
modal yang sudah ada sebelumnya beliau membuka usaha sejenis, berikut adalah kutipan pernyataan dari pak F mengenai pengalamannya tersebut:
“Iya kegagalan investasi, akhirnya kalau dilihat dari situ kita kan sudah punya alat dan ternyata dari pihak investornya gak mau
disalahkan juga, ya repot kita.kita juga gak mau ribut, dia solusinya satu tok, jadi dia bilang ”ini bisa ini tapi solusinya
nambah ketinggian” Pak F pun menirukan kata-kata investor. Tapi dari pihak kita, kita sudah buat planning bahwa kita
anggarkan dengan daya beli konsumen. Calon konsumen dapat membeli produk yang kita tawarkan dengan harga sekian itu
sudah cocok semuanya. Sudah balace gitu. kita puya terget dengan inves sekian berapa sih harga konsumen itu, nah kalau
harus nambah ketinggian aku gak berani karena nantinya harganya pun juga pasti naik selain itu waktunya juga sudah
gak tepat lah. Kan sekarang sudah musimnya modem-modem USB itu banyak sehingga kalau kita jual terlalu tinggi rasanya
konsumen sudah gak mau lah pastinya. jadi aku pikir, aduh. Ya sudah lah..karena kalau bermain-main dengan tekhnologi
71
seperti itu memang riskan disamping itu perkembangan tekhnologi juga semakin maju trus sembarangnya tambah maju
jadi yang lama itu drop.”
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa usaha beliau sebelumnya mengalami kegagalan yang diakibatkan ketidaktahuan kedua
belah pihak, sehingga supaya tidak terlalu banyak mengeluarkan modal lagi, maka pak F membuka usaha yang memanfaatkan modal yang sudah
ada sebelumnya. Beliau menambahkan: “Iya sambil menganggukkan kepala dari pada kita investasi
sekian itu nganggur, akhirnya kita buat investasi paling gak kan kita nyambung ya sebab kita sudah punya alat apalagi arenanya
Cuma segini menunjuk lokasi yang akan menjadi Warung HotSpot pasti nyampeknya apalagi Cuma deket dari pada
nganggur ya sudah kita pakai seperti itu. Iya investasinya tadi dialihkan kesitu karena daripada gak dipakai kan masih bisa
dipakai seperti itu.”
Menurut pernyataan tersebut menunjukkan bahwa usaha beliau yang sekarang merupakan usaha yang memanfaatkan modal dari usaha
sebelumnya sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan modal untuk usaha yang sekarang. Untuk masalah pencatatan keuangan beliau
menyatakan: “Kalau data penjualan ada,aku bisa ngomong seperti tadi karena
asumsi ku, aku dulu pasang harga itu antara harga perolehan dengan harga penjualan itu kurang lebih Rp 1.000- Rp 1.500
dan aku lebih gampang. Ambil pokonya aja segitu karena saya ambil penjualan sebulan itu berapa. Dan aku lihat langsung dari
uang yang aku keluaran buat pegawai karena disitu kita scopnya kecil hanya jual pulsa saja tanpa jual handphone atau
servis, dan asesoris.”
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pak F sangat memperhatikan mengenai pendapatan yang diperoleh, pengeluaran yang
72
harus dikeluarkan dan untung yang didapatkan dari usaha tersebut. Sehingga beliau dapat membuat perkiraan pendapatan dan pengeluaran
yang didapat pada setiap bulannya. Keuntungan dari penjualan pulsa itu ±
Rp 1.000-Rp1.500 per transaksi, diambil komisi pegawai Rp 500 per transaksi jadi setiap bulannya dapat dilihat keuntungan.
Sedangkan bentuk transaksi penjualannya pak F menyatakan:
“Ada buku transaksi, awalnya dulu sebelum ada kegiatan sih aku masih sempet bikin neraca, laba ruginya masih bisa cuma
semakin kesini semakin males, ya sudahlah.. nah ya itu yang jadi kelemahan kita akhirnya sistem itu sistem itu gak jalan.
Pokoknya aku tau jalan trus bisa bayarin karyawan dan kita tau hasilnya. Kita tau hasilnya dari transaksi untuk tau saya harus
bayar bayar pegawai, karena memang gaji pegawai gak tak bikin tetap jadi kayak sistem komisi.”
Menurut pernyataan tersebut pak F sebelumnya sempat membuatkan neraca laba rugi untuk setiap transaksi penjualannya, akan
tetapi hal tersebut tidak berjalan lama. Dari berbagai macam usaha yang
dimiliki Pak F mencatat segala sesuatu antara penjualan dan macam- macam pengeluarannya, namun hanya mencatat ala kadarnya.
Sehingga akhirnya hanya membuat buku catatan transaksi saja, karena menurut
menurutnya yang penting bisa membayar gaji pegawai dan usahanya bisa jalan terus. Usaha pak F ini berada di toko tante pak F, sehingga tidak ada
biaya sewa tempat. Sedangkan untuk pembagian komisi beliau menyatakan:
“Tapi dari pihak aku gak bisa ngasih gaji tetap kerana aku cuma ngandalin jualan pulsa aja. Ya akhirnya aku bilang ini
sistemnya komisi dari setiap transaksi mereka dapat Rp 500. Jadi dari situ keuntungan Rp 1000 dalam sebulan misalnya ada
800 transaksi trus dipotong Rp 500 kan, dari situ sudah kelihatan keuntungan berapa dan komisinya berapa.”
73
Berdasarkan pernyataan tersebut pak F sudah memperhitungkan mengenai komisi yang diperoleh pegawainya dan keuntungan yang akan
diperoleh dari setiap transaksinya. Sedangkan g aji pegawai dihitung dari
berapa banyak jumlah transaksi penjualan, dan per transaksinya Rp 500. Untuk biaya yang dikeluarkan selain gaji pegawai beliau menambahkan:
“Biasanya untuk listrik, telkom, speedy dialokasikan 400 ribu ya, yang paling besar speedynya. Untuk listriknya sendiri
biasanya 200-250 ribu, kalau telepon sekitar 40-50 ribu dan yang terbesar speedy.”
Dari jawaban tersebut pak F juga kurang memperhitungkan segala sesuatunya dalam usaha yang sedang dijalankan. Berdasarkan kutipan-
kutipan jawaban dari hasil wawancara peneliti dengan pak F salah satu dosen akuntansi di UPN Veteran “Jatim” menunjukkan bahwa beliau
merupakan salah satu dosen yang dapat dikatakan kurang SMART, karena anggaran yang beliau perhitungkan yang menyangkut usahanya tersebut
dan pengelolaan keuangan dalam keluarga kurang sepsifik. Hal ini dapat dilihat dari usahanya yang pertama gagal karena kurang perencanaan yang
matang, usaha counter pulsa yang masih menumpang di toko tantenya. Karena counter pulsa yang sedang ditempati Pak F itu milik dari tantenya
maka itu dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh Pak F dan usaha
warung Hotspot yang belum dibuka.
2. Bapak M
Bapak Munari merupakan salah satu dosen akuntansi di UPN Veteran “Jatim” yang berumur 49 tahun. Untuk melihat apakah bapak
74
Munari termasuk orang yang smart dalam menentukan tujuan keuangan keluarga berikut adalah beberapa kutipan jawaban dari hasil wawancara
dengan beliau. Pada pertanyaan mengenai perencanaan keuangan keluarga jangka
panjang dan jangka pendek pak M menjawab sebagai berikut: “Untuk jangka panjang tidak ada jadi jalan apa adanya aja, kalau
untuk jangka pendek perlu adanya alokasi dana.” Dari jawaban yang dikemukakan oleh pak M tersebut dapat
diketahui bahwa dalam jangka panjang beliau tidak memiliki rencana, menurut beliau rencana jangka panjang dijalani apa adanya.
Perencanaan digunakan hanya dalam jangka pendek saja, sedangkan untuk jangka
panjang lebih jalan apa adanya. Sedangkan yang lebih penting adalah
perencanaan jangka pendek yang lebih perlu untuk diperhatikan mengenai alokasi dana yang anggarkan. Mengenai investasi yang dimiliki oleh pak
M beliau menjawab:
“Saya itu punya 1 rumah ada 3 : ada daerah buduran, kebraon sama di deket lapindo, 2 mobil dan sepeda motor ada 3.
Rumah yang dideket lapindo itudapat ganti rugi Rp 164.000.000 trus dikurangi Rp 16.000.000 untuk sisa angsuran.
Ada tabungan itu mungkin sekitar Rp 70.000.000 sampai Rp 80.000.000. ”
Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa jumlah investasi yang dimiliki oleh pak
M adalah berupa rumah dan sepeda
motor. Sedangkan investasi dalam bentuk yang lainnya adalah asuransi yang beliau ikuti, berikut adalah jawaban dari pak M:
“Asuransi Bumi Asih Jaya. Dengan premi Rp 875.000 per tahun dengan uang pertanggungan Rp 10.000.000. Itu bisa dikatakan
rugi tapi bisa dikatakan nggak juga karena setiap 3 tahun sekali
75
saya dapat uang 1 juta. Sebenarnya saya ada satu lagi AIG Lippo. Per bulannya p 150.000 per bulan jadi kalau satu
tahunnya Rp 18.000.000 dan uang pertanggungan Rp 47.000.000 tapi berhubung saya nggak mampu bayar jadi tidak
saya lanjutkan.”
Melihat jawaban dari pak M
tersebut dapat diketahui bahwa beliau mengikuti beberapa asuransi jiwa, dimana asuransi AIG tidak dilanjutkan
lagi oleh beliau karena merasa rugi ketika mengikuti asuransi tersebut. Sedangkan masalah pendidikan beliau menganggarkan dana pendidikan
bagi anaknya, berikut adalah pernyataan yang dikemukakan oleh pak M: “Untuk anak yang pertama sudah saya siapkan dana sampai
tingkat S2, tapi kalau yang kedua masih belum dan mudah- mudahan dalam waktu dekat akan saya alokasikan. Kalau dari
S1 sampai S2 saya dudah siapkan Rp 37.000.000 dengan rincian untuk S1 Rp 17.000.000 dan S2 Rp 20.000.000 tapi
kalau anaknya nanti nggak mau neruskan untuk S2 mungkin uangnya saya berikan kepada anak saya untuk dipakai usaha.
Sedangkan anak saya yang SMA masih belum saya alokasikan karena setiap bulannya cuma bayar Rp 200.000 itu yang
menggangarkan istri saya masuk dalam pengeluaran jangka pendek, baru nanti kalau mau kuliah baru saya anggarkan.”
Dari jawaban dari pak M
tersebut menunjukkan bahwa beliau sangat memperhatikan mengenai dana pendidikan yang dibutuhkan oleh
anaknya, sehingga beliau sudah mempersiapkan dana untuk jenjang pendidikan yang selanjutnya jika anaknya tersebut berkeinginan untuk
melanjutkan sekolahnya. Akan tetapi jika anaknya tersebut tidak berniat untuk melanjutkan sekolahnya, maka dana tersebut dialokasikan untuk
usaha anaknya tersebut. Pak Munari tidak mengalokasikan dana bagi anak keduanya karena masih duduk di SMA sehingga tidak ada alokasi dana
76
tertentu. Ketika peneliti menanyakan mengenai pendapatan yang diperoleh beliau menjawab:
“Kalau maksimal itu nggak pernah saya catat, tapi kalau dari gaji sendiri sekitar Rp 4.150.000. Sementara waktu masih
cukup, walaupun terkadang nggak cukup tapi ya dicukup- cukupkan.”
Menurut jawaban dari pak M
tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan yang diterima pak M masih tergolong cukup untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangganya, walaupun terkadang juga kurang. Karena sebagian pendapatan beliau dialokasikan untuk membayar hutang, berikut
adanya pernyataan beliau: “Untuk bayar utang sambil tertawa karena 50 lebih untuk
bayar utang.” Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan
yang diterima pak M sebagian dipergunakan untuk membayar hutang yang harus dicicil, sehingga tidak terlalu membesar. Ketika peneliti
menanyakan tentang keikutsertaan istri dalam pengaturan keuangan pak M menjawab:
“Isteri itu baru diikutsertakan jikalau untuk masalah utang dan soal beli barang.”
Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa istri pak M
tidak diikutsertakan dalam keseluruhan pengaturan keuangan dalam keluarga. Istrinya baru diikutsertakan ketika menyangkut masalah hutang
dan pembelian barang yang bersifat kebutuhan jangka pendek , sedangkan
Pak M berperan sebagai pengalokasian dana untuk jangka panjang. Jika
menyangkut dana pendidikan beliau juga menambahkan:
77
“Ooo, itu pasti itu sama isteri rembukan dulu, tapi kalau masalah pengalokasian dana itu hanya saya saja.”
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa istri pak M diikutsertakan dalam pengaturan keuangan dalam pendidikan anak-anak
mereka, karena hal tersebut tidak dapat diputuskan sendiri. Selain menjadi tenaga pengajar di UPN “Veteran” Jatim beliau juga menjadi konsultan di
daerah Ngagel, berikut pernyataan beliau: “.......,tapi saya juga menjadi konsultan manajemen di daerah
ngagel digedung wanita namanya di Johnson Indonesia dan memberikan pelatihan.”
Melihat jawaban dari pak M tersebut menunjukkan bahwa beliau tidak hanya bekerja sebagai tenaga pengajar saja, akan tetapi juga sebagai
konsultan Johnson Indonesia yang terletak di gedung wanita jalan Ngagel Surabaya. Berdasarkan pada beberapa kutipan jawaban-jawaban dari hasil
wawancara peneliti menunjukkan bahwa pak M merupakan seseorang yang kurang dalam menentukan tujuan keuangan keluarga yang smart. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang dikemukakan oleh beliau pada saat wawancara. Dimana
dalam salah satu pertanyaan beliau mengatakan bahwa pak M hanya
mempersiapkan dana pendidikan untuk anaknya yang pertama saja hingga sampai jenjang S2, sedangkan untuk anak yang kedua belum
menganggarkan dana pendidikan untuk anak yang kedua.
78
3. Bapak A
Untuk menetukan seseorang memiliki tujuan keuangan yang spesifik dan realistik dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan
ketika wawancara berlangsung, berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan bapak A salah satu dosen akuntansi di UPN
“Veteran” Jatim. Pada pertanyaan mengenai arti anggaran dalam rumah tangga, pak
A menjawab sebagai berikut: “Kalau saya sih sederhana saja, karena istri saya dokter. Dia
punya bayaran dan saya pun jadi saya tidak pernah kasih pada istri saya untuk uang belanja. Uang saya untuk saya tabung
untuk beli rumah sampai sekarang saya punya rumah ada 10, sedangkan kebutuhan uang belanja, sekolah dan urusan rumah
tangga itu dari istri saya.”
Melihat jawaban dari pak A tersebut dapat diketahui bahwa keuangan dalam keluarga sepenuhnya tidak berasal dari pendapatan pak
Achsan saja, akan tetapi juga berasal dari pendapatan istri yang berprofesi sebagai seorang dokter.
Anggaran yang dalam jangka pendek atau bulanan yang mengatur dan sekaligus berasal dari istri dari Pak A, sedangkan Pak
A memiliki perencanaan investasi, perencanaan hari tua, dan perencanaan warisan bagi anak-anaknya. Sedangkan untuk urusan rumah tangga pak
achsan tidak kut campur karena semuanya itu diserahkan kepada istrinya termasuk sumber penghasilannya.
Sehingga pendapatan yang diperoleh pak A ditabung yang akan dipergunakan untuk membeli rumah sebagai
bentuk investasi masa depan. Selain itu pak A lebih memilih membeli rumah di wilayah YKP, berikut adalah pendapatnya:
79
“Di surabaya ada 8 dan diluar kota ada di lawang dan yang satu lagi di tanggulangin yang terendam lumpur lapindo tapi dapat
penggantiannya juga, dulu kita beli 32 juta dan dapat penggantian 166 juta. Itu bukan ganti rugi tapi ganti untung
sambil tertawa karena saya malah untung, dan saya dari tahun 1981 selalu beli dari YKP semua. Karena kalau menurut saya
itu biar lebih aman.”
Berdasarkan jawaban tersebut pak A lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah yang dibeli di YKP, karena menurutnya rumah di
YKP lebih aman daripada di daerah lainnya dan karena YKP adalah milik
pemkot surabaya jadi beliau merasa lebih terjamin. Selain itu alasan Pak A memilih berinvestasi dalam bentuk rumah karena adanya rasa kecewa
terhadap investasi dalam bentuk saham yang dahulu beliau mengalami kerugian dalam waktu singkat.
Investasi yang ada saat ini dipergunakan oleh pak A sebagai tabungan masa tua, berikut adalah pernyataan dari
beliau: “Iya, karena saya itu kan pegawai, nantinya kalau saya pensiun
saya juga dapat uang pensiun jadi mending saya investasikan dalam bentuk rumah saja selain itu saya dulu pernah investasi
dalam bentuk saham yang mana investasi awalnya 50 juta di bank mandiri tapi setelah 8 bulan waktu saya ambil ternyata
uangnya kok menurun jadi 47 juta padahal dulu awalnya dia bank mandiri janji jika saya menanam saham disana saya
akan mendapatkan penghasilan tetap dengan bunga yang relatif rendah yang sama dengan hasilnya deposito. Jelas saya
kecewa, waktu saya komplain ke pihak mandiri katanya sebenarnya ada penghasilan untuk setiap harinya tapi katanya
kebetulan saya ini sedang sial karena harga saham sedang menurun sehingga investasi saya pun juga menurun. Maka dari
itu akhirnya saya pindah alih investasi dalam bentuk rumah saja karena selain harga rumah setiap tahunnya selalu naik juga
bisa dijadikan persiapan untuk anak-anak saya.”
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa sebelumnya pak A pernah berinvestasi dalam bentuk saham yang akhirnya mengalami
80
kerugian 3 juta dalam kurun waktu 8 bulan saja. Oleh karena itu, beliau lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah daripada yang lainnya.
Selain rumah lebih aman juga harganya rumah yang steiap tahun selalu mengalami kenaikan. Ketika peneliti menanyakan perihal rumah- rumah
yang dimiliki oleh pak A tersebut direncanakan untuk diberikan kepada anak mereka, beliau menjawab:
“Iya, itu sudah saya rencanakan dan sudah saya buatkan surat wasiatnya, tapi saya tidak bilang kepada mereka biar mereka
kerja keras tapi ada catatannya jika keadaan mereka tetap seperti ini dan kalau keadaan mereka sudah berubah kita bisa
merubahnya juga. Kalau sekarang mereka mau menempati rumah itu, ya silakan saja.”
Melihat jawaban tersebut dapat diketahui bahwa rumah-rumah yang dibeli oleh pak A tersebut rencananya dipergunakan untuk diberikan
kepada anak-anaknya. Meskipun saat ini anak-anak pak A tersebut tidak mengetahuinya, beliau berharap anak-anaknya berusaha terlebih dahulu
sebelum mengetahuinya. Pak A telah mempersiapkan warisan dan telah
membuat surat wasiat untuk anak-anaknya. Tapi surat wasiat tersebut sewaktu-waktu dapat berubah jika Kondisi keuangan anak-anaknya
berubah. Selain rumah pak A juga memiliki beberapa kamar yang
dikostkan dan toko, berikut adalah kutipan jawabanya: “...yang sekarang saya tempati itu ada 6 kamar yang saya kost
kan. Dari itu saja, insyaallah sudah bisa untuk hidup tiap bulannya dan istri saya juga buka toko dirumah.”
Dari kutipan jawaban tersebut usaha pak A tidak hanya pada rumah saja akan tetapi juga dalam bentuk kost dan toko.
Di kediaman rumah Pak A membuka tempat praktek dokter, yang tidak lain adalah istri dari Pak A
81
dan juga membuka sebuah toko yang menjual sembako, dll yang gunanya untuk mengisi waktu luang karena beliau sudah menginjak waktu pensiun.
Dan usaha kost-kost an sebanyak 6 kamar 2 orang . Beliau juga
menambahkan bahwa beliau juga memiliki deposito yang ada di koperasi UPN, berikut adalah pernyataannya:
“Ada, saya taruh dikoperasinya UPN. Karena dikoperasi sini UPN itu bunganya 10 per tahun, selain itu saya taruh uang
disana itu untuk tabungan kalau tabungannya sudah cukup akan saya belikan rumah lagi. Sedangkan kalau saya tabungkan di
bank mungkin akan dapat 8 per tahun dan akan dipotong pajak sekitar 3 jadi bersih kita terima akan 5 . Jadi saya
lebih memilih untuk menyimpan uang saya di koperasi UPN.”
Menurut kutipan jawaban dari pak A tersebut menunjukkan bahwa pak A memiliki banyak investasi baik dalam bentuk rumah, kostan, toko
dan juga deposito yang ada di koerpasi UPN. Walaupun rumah yang di
tanggulangin itu terendam lumpur lapindo namun Pak A tidak pusing karena mengganggap bahwa ganti rugi yang diberikan oleh pihak lapindo
lebih banyak selain itu hasilnya pun beliau masukkan kedalam deposito agar uangnya tidak terbuang sia-sia dan nantinya dapat diwujudkan
kembali dalam bentuk rumah. Berdasarkan beberapa jawaban dari hasil
wawancara dengan peneliti menunjukkan bahwa pak A merupakan sesoerang yang smart dalam menentukan tujuan keuangan keluarga yang
bersifat spesifik dan realistik serta berjangaka panjang.
4. Ibu E
Salah satu kunci lain dalam menentukan tujuan keuangan keluarga adalah realitis, agar secara rasional bisa dii capai melalui pelaksanaan dan
82
usaha yang berkesinambungan. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan keempat yaitu ibu E, yang pertama
pertanyaan mengenai planning jangka pendek yang direncanakan: “Ya untuk kebutuhan untuk bulan ini seperti uang jajan anak,
makan, dan bayar-bayar untuk kebutuhan rumah.” Berdasarkan jawaban tersebut menunjukkan bahwa bu E memiliki
perencanaan keuangan jangka pendek bagi keluarganya, sedangkan untuk rencana jangka panjangnya beliau menjawab:
“Kalau jangka panjang kan kita juga butuh dan kalau saya kebetulan buat anggarannya. Misal pendapatan kita itu
dianggap 100 nah itu juga harus diakumulasikan 100 juga ke dalam pos-pos lalu dimasukkan ke dalam amplop-amplop
sesuai nama posnya.”
Melihat jawaban tersebut dapat diketahui bahwa bu E memiliki perencanaan yang rinci mengenai pengaturan keuangan dalam keluarga.
Beliau juga menambahkan mengenai pos-pos alokasi dana: “Ya banyak, ada pos rekreasi, pendidikan, infaq, asuransi,
makan, emas, perumahan, kesehatan, kebutuhan sehari-hari dan lain-lain.”
Dari jawaban bu E tersebut pos-pos alokasi dana pada setiap bulannya dari pendapatan, bu E sudah mengatur banyak sekali pos-pos
yang harus diisi. Beliau sudah merencanakan bahwa dari pendapatan yang diterima pada setiap bulannya akan diatur sedemikian rupa untuk
memenuhi kebutuhan baik kebutuhan jangka panjang maupun kebutuhan jangka pendek. Untuk pengaturan seperapa persennya dari setiap
pendapatan yang didapatkan, bu E menjawab:
83
“Kalau saya itu pisahkan 50 untuk kebutuhan jangka pendek dimana dalamnya saya sisihkan 2,5 untuk infaq dan 50
jangka panjang. tapi itu masih bisa fleksibel bisa-bisa jangka panjangnya saya kurangi untuk jangka pendek jika ada
keperluan-keperluan yang penting. Jadi setiap bulan setiap saya setelah dapat gaji saya selalu pisahkan, mungkin awalnya sih
terasa berat sekali tapi kalau sekarang karena sudah dijalani jadi sudah bisa menahan diri misalnya kaya beli baju setiap
bulannya saya juga mengalokasikan dana untuk beli baju tapi bulan ini saya tidak beli baju tapi uangnya tetap ada dia
amplop, trus untuk sekolah anak butuh bayar uang gedung berarti uang baju pun ke pakai untuk bayar sekolah. Atau
misalkan uang untuk bel baju yang belum digunakan itu tetap disimpan dan ketika lebaran dibelanjakan untuk saudara.”
Berdasarkan jawaban dari bu E tersebut dapat dikatahui bagaimanakah bu E dalam mengatur keuangannya dalam keluarga pada
setiap bulannya dari pendapatan yang diperoleh. I bu E mengasumsikan
pengalokasian dananya dengan asumsi bahwa 50 untuk jangka panjang dan 50 untuk jangka pendek.
Pengaturan yang dilakukan oleh bu E tersebut menunjukkan bahwa beliau sangat memperhatikan pembagian
keuangan dalam keluarga, karena beliau merupakan ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengatur dan mengelola keuangan dalam rumah
tangga. Untuk jangka panjangnya bu E mengalokasikan dana untuk pendidikan anak-anaknya dengan mengikutkan asuransi pendidikan,
berikut adalah kutipan pernyataannya: “Iya, tadi aku bilang asuransi itu maksud saya untuk pendidikan
untuk jangka panjang sedangkan pos sekolah adalah untuk pendidikan yang sekarang aktif.”
Melihat jawaban dari bu E tersebut dapat diketahui bahwa bu E mengikutkan anaknya dalam asuransi pendidikan, supaya biaya
pendidikan anaknya tersebut dapat tercukupi. Sedangkan alokasi dana pendidikan yang dicanangkan adalah:
84
“Biasanya 10 dari penghasilan itu meliputi uang sekolah dan uang les untuk mereka dan saya membuatkan rekening sendiri
di bank niaga yang khusus tabungan pendidikan jadi nggak kena biaya administrasi sampai usia 16 tahun.”
Berdasarkan kutipan jawaban tersebut menunjukkan bahwa bu E menyisihkan pendapatnnya untuk dana pendidikan sebesar 10,
sedangkan dana untuk les bu E mengalokasikan dana sendiri yang ada dalam bentuk rekening pendidikan di bank. Selain anggaran pendidikan,
ada juga anggaran kesehatan, berikut adalah pernyataan yang bu E ungkapkan:
“Ada tapi tidak terlalu banyak sih, karena saya dan bapak suami itu dapat fasilitas kesehatan dari kantor.”
Berdasarkan kutipan jawaban tersebut menunjukkan bahwa bu E juga mengalokasikan dana kesehatan meskipun jumlahnya tidak terlalu
besar, hanya untuk berjaga-jaga ketika diperlukan dana lebih untuk menunjang kesehatan keluarga.
Karena untuk urusan kesehatan Ibu E dan suaminya mendapatkan fasilitas kesehatan dari kantor masing-masing
sehingga beliau tidak terlalu banyak untuk mengalokasikan dana untuk kesehatan.
Sedikitnya alokasi dana kesehatan yang di berikan, karena dari tempat bu E dan suami bekerja, beliau mendapatkan asuransi kesehatan,
sehingga kesehatan sudah ada jaminannya. Untuk investasi bu E menjawab:
“Biasanya dana cadangannya kan berupa uang tunai tapi kalau saya itu saya rupa kan berupa perhiasan. Karena kalau ada apa-
apa bisa gampang dijual dan investasi dalam bentuk perhiasan itu nilainya tidak akan turun. Misal dulu saya beli per gramnya
50 ribu tapi kalau sekarang jadi 300 ribu per bulan.”
85
Dari hasil jawaban tersebut dapat diketahui bahwa investasi yang ada berupa perhiasan, karena jika ada keperluan mendadak perhiasan
tersebut lebih mudah untuk dijual kembali dan nilainya pun tidak akan mengalami penurunan. Meskipun bu E memiliki kartu kredit, beliau juga
mengalokasikan dananya untuk kartu kredit tersebut, berikut adalah pernyataan dari bu E:
“...karena walaupun saya sering pakai kartu kreditnya tapi ketika saya pakai kartu kredit itu saya harus punya anggarannya untuk
membayar biar nanti saya tidak ngutang soalnya saya pakai kartu kredit itu bukan untuk keperluan konsumtif.”
Dari hasil jawaban tersebut dapat diketahui bahwa selain untuk keperluan-keperluan lainnya, bu E juga memiliki kartu kredit yang setiap
bulannya beliau juga mengalokasikan dananya untuk membayar kartu kredit tersebut. Bu E juga memperhitungkan penggunaan kartu kredit
tersebut, sehingga tidak digunakan untuk keperluan konsumtif. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hari tua, bu E mejawab:
“Saya mainnya itu diperhiasan, dan perumahan karena saya menganggap dua investasi itu yang stabil dan nilai rupiahnya
tidak akan turun. Ya pokoknya saya itu buat standarnya untuk mengganggarkannya tapi sewaktu-waktu boleh lah kita belok
sedikit kan. Kita yang mengatur standar bukan standar yang mengatur kita misalnya saya ingin belikan baju buat keponakan
ya saya belikan saja.”
Berdasarkan kutipan hasil jawaban dari bu E tersebut menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hari tuanya, selain perhiasan bu E juga
menginvestasikan dananya dalam bentuk perumahan. Menurut bu E kedua hal tersebut memiliki nilai yang stabil sehingga nilai rupiahnya tidak akan
86
turun. Bu E juga memiliki suatu usaha yang dijalankan besama dengan saudaranya, berikut adalah kutipan jawabannya:
“Iya pertama usaha frozen food seperti nuget, burger, sosis, bakso yang matangnya saya buat rombong- rombong burger,
walaupun rombongnya tidak sebanyak sejak oktober tahun 2004 saya masuk jurusan karena saya nggak bisa ngontrol dan
ngawasin sendiri akhirnya saya limpahkan kepada adik saya buat nerusin. Yang kedua sebar brosur dan yang ketiga
bimbingan belajar matematika.”
Berdasarkan kutipan hasil jawaban dari bu E tersebut menunjukkan bahwa bu E juga memiliki suatu usaha yang dijalankan besama dengan
saudaranya yaitu usaha frozen food, sebar brosur dan bimbingan belajar matematika. Selain usaha-usaha tersebut bu E juga mengikuti kegiatan
sosial misalnya UKM: “...,biasanya saya mengeluarkan dana untuk usaha mereka
karena saya sebagai pembina UKM selain memotivasi mereka saya juga harus berusaha untuk mencari dana talangan
sementara yang mana nantinya mereka pun juga akan mengganti uangnya.”
Beliau juga menambahkan: “LP2UKM Lembaga Pendidikan dan Pembina Usaha Kecil
Menengah itu pemilik dan foundernya saya sendiri. Saya narik satu orang dosen dari perguruan tinggi lain yang mana visi dan
misi sama dengan saya yang tidak mengutamakan uang. Satu orang yang saya tarik lagi dari akuntansi UPN itu mbak Cahya.
Dia bantu saya total, saya selalu bilang kesemua bahwa ini bukan lembaga yang mengutamakan profit, jika ada uang akan
saya bagi sama rata tapi jika tidak ya sudah tidak dapat apa-apa karena sifatnya kita non profit. Keuntungan saya kalau jadi
pembina UKM itu kan selain saya bisa bantu orang, dan kalau mereka sudah jalan dan berkembang, saya selalu bilang kalau
butuh orang accounting saya yang akan carikan dan saya cari pastilah anak akuntansi UPN dan yang biasanya nyari orang itu
saya dibantu oleh bu mamik.”
87
Melihat hasil jawaban tersebut menunjukkan bahwa bu E juga mengikuti kegiatan sosial UKM yang mendirikan sendiri lembaga tersebut
yang diberi nama LP2UKM Lembaga Pendidikan dan Pembina Usaha Kecil Menengah, lembaga tersebut ditujukan untuk membantu
masyarakat kurang mampu untuk dapat membuka peluang usaha sendiri, sehingga dapat mensejahterakan taraf hidup mereka. Berdasarkan
pernyataan dan jawaban yang diberikan oleh bu E selama wawancara dengan peneliti, menunjukkan bahwa bu E merupakan sosok ibu rumah
tangga yang sangat berperan dalam mengatur dan mengelola keuangan keluarga, dan juga dapat membantu masyarakat yang ada di sekitarnya
dalam lembaga sosial yang didirikannya.
B. Jenis Perencanaan
Perencanaan keuangan pribadi adalah suatu proses pencapaian tujuan pribadi melalui manajemen keuangan yang berstuktur dan tepat. Banyak orang
yang belum mempunyai perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan keuangannya, mereka selalu berharap masa depannya selalu baik atau mereka
pasrah. Memang tidak mungkin untuk merencanakan semua, tetapi dengan perencanaan yang baik, setiap individu mempunyai kesempatan membuat
keputusan yang lebih tepat agar hasilnya lebih baik. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan yang menjadi subyek
dalam penelitian ini mengenai jenis perencanaan keuangan dalam keluarga secara keseluruhan.
88
1. Bapak F
Jenis perencanaan keuangan yang dipilih oleh bapak F adalah jenis perencanaan investasi, hal ini dapat dilihat dari kutipan jawaban dari hasil
wawancara dengan peneliti, sebagai berikut: “...,Cuma rencananya mau buka ini sambil menunjuk spanduk
loket pembayaran ya ini kan masih awal ya jadi belum tau dan rencananya aku juga mau buka Warung Hot Spot disini.”
Melihat hasil jawaban tersebut menunjukkan bahwa bentuk perencanaan keuangan yang direncakan oleh paka F adalah dalam bentuk
investasi dalam bentuk usaha salah satunya adalah membuka Warung Hot Spot yang sudah siap untuk dibuka. W
arung HotSpot rencananya akan dibuka tahun depan, usaha tersebut dibuka karena adanya kegagalan
investasi dari rencana usaha. Pak F pun berusaha memanfaatkan alat yang dimiliki menjadi suatu usaha yang baru agar dapat menutupi kerugian
yang telah di alaminya sekaligus Pak F ingin supaya istrinya mempunyai kesibukan dirumah selain menjaga anaknya.
Selain itu investasi pak F juga berupa tabungan, berikut adalah beberapa pernyataan yang diungkapkan:
“...berupa tabungan aja sih. Kalo rumah belum. Untuk sementara sih Cuma berupa tabungan aja”
Dari jawaban tersebut menunjukkan bahwa untuk sementara rumah yang ditempati Pak F adalah rumah milik orang tua beliau dan untuk saat
ini Pak F tidak tahu apakah rumah yang sedang ditempati itu akan diberikan kepadanya atau hanya disuruh menempati rumahnya untuk
sementara. Oleh karena itu pak F belum memikirkan secara rinci tentang
keuangan kelurganya yang untuk sementara ini masih berupa tabungan.
89
Dari beberapa kutipan jawaban tersebut menunjukkan bahwa bentuk investasi yang lainnya yang dimiliki pak F ada dalam bentuk
tabungan saja, sedangkan dalam bentuk lainnya masih belum ada. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pak F lebih
memilih jenis perencanaan keuangan keluarganya dalam bentuk investas yang berupa usaha yang dijalankan oleh istrinya, karena menurut beliau
untuk saat ini usaha tersebut memiliki nilai keuntungan yang besar. Sehingga dapat disimpulakan bahwa Pak F melakukan perencanaan berupa
perencanaan investasi seperti tabungan, usaha pulsa dan agen pembayaran listrik serta usaha warung Hotspot yang akan dibuka dengan
memanfaatkan modal yang sudah ada. Tabungan itu dipilih karena tabungan dapat dipakai sewaktu-waktu dan dipakai apa saja mulai dari
kebutuhan rumah tangga, kesehatan, sampai kebutuhan pendidikan anaknya. Pak F lebih cenderung mengurusi perencanaan usahanya karena
beliau ingin merintis terlebih dulu usahanya, mengingat anaknya masih satu dan masih balita sehingga tidak memerlukan banyak biaya.
2. Bapak M
Jenis perencanaan yang dimiliki oleh bapak M adalah dalam bentuk investasi dan asuransi, berikut adalah kutipan jawaban dari pak M:
“Saya itu punya 1 rumah ada 3 : ada daerah buduran, kebraon sama di deket lapindo, 2 mobil dan sepeda motor ada 3.
Rumah yang dideket lapindo itudapat ganti rugi Rp 164.000.000 trus dikurangi Rp 16.000.000 untuk sisa angsuran.
Uang tadi saya pakai naik haji dengan istri saya sebesar ± Rp 80.000.000 dan 1 sepeda motor beat.”
90
Dari kutipan yang ada tersebut menunjukkan bahwa jenis perencanaan keuangan yang ada dimiliki oleh keluarga pak M dalam
bentuk investasi rumah yang berjumlah 3 buah, mobil dan motor. Sedangkan investasi yang dimiliki oleh pak M sendiri adalah berupa
tabungan, berikut adalah pernyataannya: “Ada tabungan itu mungkin sekitar Rp 70.000.000 sampai Rp
80.000.000.” Berdasarkan kutipan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
selain yang sudah disebutkan pak M memiliki investasi sendiri yang beruta tabungan. Beliau juga menambahkan bahwa:
“...saya hanya punya asuransi aja. Asuransi Bumi Asih Jaya. Sebenarnya saya ada satu lagi AIG Lippo.”
Menurut pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pak M juga mengikuti asuransi jiwa Bumi Asih Jaya dan AIG Lippo yang digunakan
untuk jaminan hari tua nanti. Pak M memiliki 2 asuransi yang digunalan
untuk memprotek diri dan keluarganya. Namun asuransi yang satunya tidak lagi dilanjutkan oleh beliau karena Pak M sudah tidak mampu lagi
untuk membayar asuransi AIG Lippo mengingat kebutuhan-kebutuhan yang lain masih banyak.
Berdasarkan beberpaa pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pak M memiliki jenis perencanaan keuangan
keluarga dalam bentuk investasi dan asuransi jiwa, karena menurut beliau investasi dan asuransi tersebut lebih menguntungkan.
91
3. Bapak A
Jenis perencanaan keuangan yang dimiliki oleh pak A adalah dalam bentuk investasi dan deposito, berikut adalah beberapa kutipan hasil
wawancara anatar pak A dan peneliti mengenai jenis perencanaan keuangan keluarga. Pak A menyatakan bahwa beliau memiliki
perencanaan keuangan yang berupa investasi, berikut adalah kutipan pernyataannya:
“...Uang saya untuk saya tabung untuk beli rumah sampai sekarang saya punya rumah ada 10, sedangkan kebutuhan uang
belanja, sekolah dan urusan rumah tangga itu dari istri saya. ”
Menurut pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pak A merencanakan investasinya berupa rumah, karena rumah-rumah yang
dimiliki beliau direncanakan untuk anak-anak beliau, berikut adalah pernyataannya:
“Iya, itu sudah saya rencanakan dan sudah saya buatkan surat wasiatnya, tapi saya tidak bilang kepada mereka biar mereka
kerja keras tapi ada catatannya jika keadaan mereka tetap seperti ini dan kalau keadaan mereka sudah berubah kita bisa
merubahnya juga. Kalau sekarang mereka mau menempati rumah itu, ya silakan saja.”
Dari pernyataan pak A tersebut dapat diketahui bahwa rumah yang dimiliki pak A tersebut rencananya digunakan untuk diberikan kepada
anak-anak pak A. Akan tetapi saat ini rumah-rumah tersebut masih dikontrakkan. Selain itu pak A juga memiliki kost-kostan dan toko yang
ada di rumah: “Saya sudah nggak kepengen karena dirumah yang sekarang
saya tempati itu ada 6 kamar yang saya kost kan. Dari itu saja,
92
insyaalah sudah bisa untuk hidup tiap bulannya dan istri saya juga buka toko dirumah.”
Dari pernyataan pak A tersebut dapat diketahui bahwa rumah yang dimiliki pak A tersebut rencananya digunakan untuk diberikan kepada
anak-anak pak A. Selain itu pak A juga memiliki kost-kostan dan toko yang ada di rumah, dimana dari penghasilan tersebut sudah cukup untuk
mencukupi kebutuhan pada setiap bulannya. Pak A juga memiliki deposito yang ada di koperasi UPN, berikut adalah pernyataannya:
“Ada, saya taruh dikoperasinya UPN. Karena dikoperasi sini UPN itu bunganya 10 per tahun, selain itu saya taruh uang
disana itu untuk tabungan kalau tabungannya sudah cukup akan saya belikan rumah lagi. Sedangkan kalau saya tabungkan di
bank mungkin akan dapat 8 per tahun dan akan dipotong pajak sekitar 3 jadi bersih kita terima akan 5 . Jadi saya
lebih memilih untuk menyimpan uang saya di koperasi UPN.”
Melihat kutipan pernyataan pak A tersebut dapat diketahui bahwa selain rumah, kostan dan toko beliau juga memiliki investasi dalam bentuk
deposito yang ada di koperasi UPN, karena menurut beliau koperasi di UPN memiliki nilai keuntungan yang lebih besar daripada di bank yang
nilai keuntungannya yang diperoleh lebih sedikit. Berdasarkan beberapa kutipan pernyataan dari hasil wawancara peneliti dengan pak A dapat
diketahui bahwa pak A lebih memilih jenis perencanaan keuangan keluarganya dalam bentuk investasi dan deposito dari pada yang lainnya,
karena menurut beliau bentuk investasi tersebut prospeknya lebih bagus daripada yang lainnya.
93
4. Ibu E
Jenis perencanaan keuangan yang dimiliki oleh bu E adalah dalam bentuk investasi, asuransi dan usaha yang dirintis. Berikut adalah beberapa
pernyataan dari bu E saat wawancara dengan peneliti. Beliau menyatakan bahwa :
“Ada dua, untuk asuransi pendidikannya anak-anak itu di bank niaga dan kalau yang untuk sekeluarga itu saya ikut asuransi
jiwa di prudential.”
Melihat kutipan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa bu E pendapatan keluarganya sebagian dialihkan dalam bentuk asuransi
pendidikan dan asuransi jiwa yang beliau ikuti. Sedangkan perencanaan keuangan lainnya ada dalam bentuk perhiasan, berikut adalah pernyataan
yang diungkapkan: “Biasanya dana cadangannya kan berupa uang tunai tapi kalau
saya itu saya rupa kan berupa perhiasan. Karena kalau ada apa- apa bisa gampang dijual dan investasi dalam bentuk perhiasan
itu nilainya tidak akan turun. Misal dulu saya beli per gramnya 50 ribu tapi kalau sekarang jadi 300 ribu per bulan.”
Berdasarkan jawaban tersebut menunjukkan bahwa bu E lebih memilih investasi dalam bentuk perhiasan, karena menurut beliau
perhiasan memiliki nilai nominal yang tidak akan turun sehingga memiliki nilai nominal yang stabil dan mudah dijual kembali jika sewaktu-waktu
diperlukan dana yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu invetsai tersebut juga digunakan untuk kebutuhan di hari tua,
baliau menyatakan: “Saya mainnya itu diperhiasan, tanah dan diperumahan karena
saya menganggap dua investasi itu yang stabil dan nilai rupiahnya tidak akan turun. Ya pokoknya saya itu buat
94
standarnya untuk mengganggarkannya tapi sewaktu-waktu boleh lah kita belok sedikit kan. Kita yang mengatur standar
bukan standar yang mengatur kita misalnya saya ingin belikan baju buat keponakan ya saya belikan saja.”
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa investasi yang dimiliki bu E tidak hanya berupa perhiasan saja akan tetapi juga tanah dan
perumahan, karena menurut beliau investasi dalam bentuk tersebut memiliki nilai rupiah yang stabil. Bu E juga memiliki sebuah usaha yang
bergerak di bidang sosial yang diberi nama LP2UKM Lembaga Pendidikan dan Pembina Usaha Kecil Menengah.
“LP2UKM Lembaga Pendidikan dan Pembina Usaha Kecil Menengah itu pemilik dan foundernya saya sendiri. Saya narik
satu orang dosen dari perguruan tinggi lain yang mana visi dan misi sama dengan saya yang tidak mengutamakan uang. Satu
orang yang saya tarik lagi dari akuntansi UPN itu mbak Cahya. Dia bantu saya total, saya selalu bilang kesemua bahwa ini
bukan lembaga yang mengutamakan profit, jika ada uang akan saya bagi sama rata tapi jika tidak ya sudah tidak dapat apa-apa
karena sifatnya kita non profit. Keuntungan saya kalau jadi pembina UKM itu kan selain saya bisa bantu orang, dan kalau
mereka sudah jalan dan berkembang, saya selalu bilang kalau butuh orang accounting saya yang akan carikan dan saya cari
pastilah anak akuntansi UPN dan yang biasanya nyari orang itu saya dibantu oleh bu mamik.”
Berdasarkan jawaban tersebut menunjukkan bahwa bu E memiliki sebuah usaha yang bergerak di bidang sosial yang diberi nama LP2UKM
Lembaga Pendidikan dan Pembina Usaha Kecil Menengah, dimana usaha tersebut melibatkan rekan-rekan kerja bu E untuk menjalankannya.
Dari beberapa kutipan jawaban-jawaban yang diungkapkan oleh bu E tersebut menunjukkan bahwa bu E memilih jenis perencanaan keuangan
dalam bentuk investasi dan asuransi untuk menjamin masa depan anak-
95
anak dan sebagai jaminan hari tua beliau, yang menurut beliau memiliki prospek yang bagus.
Sedangkan dana cadangan yang dimiliki Ibu E itu berupa emas, tanah, perumahan karena beliau mengganggap bahwa
investasi tersebut nilai rupiahnya tidak akan mengalami penurunan rupiah untuk dimasa yang akan datang. Beliau juga sangat memperhitungkan jika
akan mengeluarkan uang-uangnya, termasuk untuk urusan kartu kredit, beliau baru akan mempergunakan kartu kredit jika beliau memang
memerlukan dan kesiapan untuk membayar cicilan per bulan.
C. Siklus Kehidupan Manusia dan perencanaan Keuangan
Perencanaan keuangan pribadi umumnya melakukan pendekatan individual. Hal ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan siklus
kehidupan manusia. Siklus kehidupan manusia ialah perjalanan hidup manusia yang selalu dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan meninggalnya individu
tersebut. Perencanaan dengan melihat pendekatan siklus kehidupan manusia dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat pertimbangan kebutuhan
dimasa yang akan datang. Berikut adalah gambaran sikuls kehidupan dan perencanaan keuangan
yang dimiliki oleh subyek dalam penelitian ini. 1.
Bapak F Pak F adalah salah satu dosen akuntansi yang terbilang masih
muda, pak F saat ini berumur 30 tahun. Dalam usia tersebut pak F
96
memiliki perencanaan keuangan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari pernyataan beliau yang menyatakan:
“..., sebenarnya ada sumber utama buat keluarga, kebetulan sekarang aku buka counter pulsa juga. Rencananya juga mau
buka ini sambil menunjuk spanduk loket pembayaran ya ini kan masih awal ya jadi belum tau dan rencananya aku juga
mau buka Warung Hot Spot disini.”
Melihat jawaban tersebut pak F menyatakan bahwa sumber pendapatan dalam keluarga tidak hanya dari mengajar saja, tetapi ada dari
counter pulsa, dan rencananya akan menambah usaha lagi. Dari usaha- usaha yang dirintis tersebut menunjukkan bahwa pak F memiliki
perencanaan yang matang dalam merintis usaha tersebut, sehingga merencanakan membuka usaha yang lainnya. Selain itu beliau juga sudah
mempersiapkan dana untuk pendidikan anaknya: “Untuk jangka panjangnya kayak buat sekolah anak dan
kebutuhan lainnya cuma kurang spesifiknya sekarang belum ada tujuan kita mau kemana belum ada yang penting kita
nabung dulu. Gitu aja.”
Berdasarkan hasil jawaban tersebut menunjukkan bahwa pak F belum dapat menentukan secara jangka panjang mengenai anggaran
pendidikan anak, akan tetapi pak F sudah mempersiapkan dana untuk pendidikan anaknya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang dungkapkan selama wawancara berlangsung dapat diketahui bahwa pak F
yang berusia 30 tahun, sudah mempersipkan dana untuk pendidikan anak dan juga sudah membuka berbagai usaha yang dikelola oleh istrinya.
97
2. Bapak M
Pak M adalah salah satu dosen yang menjabat sebagai Kapus Akademik di UPN “Veteran” Jatim yang berusia 49 tahun. Dalam usia
tersebut pak M sudah merencanakan keuangan yang cukup baik dengan memiliki beberapa investasi yang sudah disiapkan dan juga persiapan dana
pendidikan yang akan diperlukan oleh anaknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan pernyataan yang diungkapkan oleh pak M berikut ini:
Pada pertanyaan mengenai perencanaan investasi yang dimiliki oleh pak M beliau menjawab:
“Saya itu punya 1 rumah ada 3 : ada daerah buduran, kebraon sama di deket lapindo, 2 mobil dan sepeda motor ada 3.
Rumah yang dideket lapindo itudapat ganti rugi Rp 164.000.000 trus dikurangi Rp 16.000.000 untuk sisa angsuran.
Ada tabungan itu mungkin sekitar Rp 70.000.000 sampai Rp 80.000.000. ”
Melihat dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pak M sangat memeprhatikan investasinya. Sedangkan investasi dalam bentuk yang
lainnya adalah asuransi yang beliau ikuti, berikut adalah jawaban dari pak M:
“Asuransi Bumi Asih Jaya. Dengan premi Rp 875.000 per tahun dengan uang pertanggungan Rp 10.000.000. Itu bisa dikatakan
rugi tapi bisa dikatakan nggak juga karena setiap 3 tahun sekali saya dapat uang 1 juta. Sebenarnya saya ada satu lagi AIG
Lippo. Per bulannya p 150.000 per bulan jadi kalau satu tahunnya Rp 18.000.000 dan uang pertanggungan Rp
47.000.000 tapi berhubung saya nggak mampu bayar jadi tidak saya lanjutkan.”
Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa beliau juga mengikuti beberapa asuransi jiwa, dimana asuransi AIG yang tidak
98
dilanjutkan lagi. Sedangkan masalah pendidikan beliau menganggarkan dana pendidikan bagi anaknya, berikut adalah pernyataan yang
dikemukakan oleh pak M: “Untuk anak yang pertama sudah saya siapkan dana sampai
tingkat S2, tapi kalau yang kedua masih belum dan mudah- mudahan dalam waktu dekat akan saya alokasikan. Kalau dari
S1 sampai S2 saya dudah siapkan Rp 37.000.000 dengan rincian untuk S1 Rp 17.000.000 dan S2 Rp 20.000.000 tapi
kalau anaknya nanti nggak mau neruskan untuk S2 mungkin uangnya saya berikan kepada anak saya untuk dipakai usaha.
Sedangkan anak saya yang SMA masih belum saya alokasikan karena setiap bulannya cuma bayar Rp 200.000 itu yang
menggangarkan istri saya masuk dalam pengeluaran jangka pendek, baru nanti kalau mau kuliah baru saya anggarkan.”
Dari jawaban dari pak M tersebut menunjukkan bahwa beliau sangat memperhatikan mengenai dana pendidikan yang dibutuhkan oleh
anaknya, beliau sudah mempersiapkan dana pendidikan bagi anaknya terutama bagi anak pertama pak M. Akan tetapi jika anaknya tersebut tidak
berniat untuk melanjutkan sekolahnya, maka dana tersebut dialihkan untuk usaha anak yang dirintis bersama anaknya. Pak M tidak mengalokasikan
dana bagi anak keduanya karena masih duduk di SMA sehingga tidak ada alokasi dana tertentu. Melihat usia dari pak M, beliau memperhatikan
investasi yang dimiliki saat ini. Misalkan beliau memperhatikan besarnya premi pertahunnya. Selain investasi dana pendidikan bagi anak keduanya
juga diperhatikan, sedangkan dana pendidikan bagi anak keduanya tidak dispesifikan.
99
3. Bapak A
Pak A merupakan salah satu dosen di UPN “Veteran” Jatim yang saat ini berusia 65 tahun. Pada usia tersebut pak A memiliki riwayat
pangkat dan jabatan baik secara struktural maupun fungsional dan mempunyai siklus kehidupan dan perencanaan keuangan yang sangat
diperhitungkan. Hal ini dapat dilihat beberapa pernyataan yang diungkapkan oleh beliau, pak A menyatakan bahwa pendapatan yang
diperoleh diinvestasikan dalam bentuk rumah, berikut pernyataannya: “... Uang saya untuk saya tabung untuk beli rumah sampai
sekarang saya punya rumah ada 10, sedangkan kebutuhan uang belanja, sekolah dan urusan rumah tangga itu dari istri saya.”
Berdasarkan jawaban dari pak A tersebut menunjukkan bahwa pendapatan pak A diinvestasikan yang akan dipergunakan untuk membeli
rumah sebagai bentuk investasi masa depan. Investasi yang ada saat ini dipergunakan oleh pak A sebagai tabungan masa tua, berikut adalah
pernyataan dari beliau: “Iya, karena saya itu kan pegawai, nantinya kalau saya pensiun
saya juga dapat uang pensiun jadi mending saya investasikan dalam bentuk rumah saja selain itu saya dulu pernah investasi
dalam bentuk saham yang mana investasi awalnya 50 juta di bank mandiri tapi setelah 8 bulan waktu saya ambil ternyata
uangnya kok menurun jadi 47 juta padahal dulu awalnya dia bank mandiri janji jika saya menanam saham disana saya
akan mendapatkan penghasilan tetap dengan bunga yang relatif rendah yang sama dengan hasilnya deposito. Jelas saya
kecewa, waktu saya komplain ke pihak mandiri katanya sebenarnya ada penghasilan untuk setiap harinya tapi katanya
kebetulan saya ini sedang sial karena harga saham sedang menurun sehingga investasi saya pun juga menurun. Maka dari
itu akhirnya saya pindah alih investasi dalam bentuk rumah
100
saja karena selain harga rumah setiap tahunnya selalu naik juga bisa dijadikan persiapan untuk anak-anak saya.”
Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pak A lebih memilih berinvestasi dalam bentuk rumah daripada yang lainnya. Selain rumah
lebih aman juga harganya rumah yang setiap tahun akan mengalami kenaikan. Sedangkan perihal rumah-rumah yang dimiliki oleh pak Achsan
tersebut direncanakan untuk diberikan kepada anak mereka, beliau menjawab:
“Iya, itu sudah saya rencanakan dan sudah saya buatkan surat wasiatnya, tapi saya tidak bilang kepada mereka biar mereka
kerja keras tapi ada catatannya jika keadaan mereka tetap seperti ini dan kalau keadaan mereka sudah berubah kita bisa
merubahnya juga. Kalau sekarang mereka mau menempati rumah itu, ya silakan saja.”
Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa rumah-rumah tersebut rencananya diberikan kepada anak-anaknya. Beliau berharap
anak-anaknya berusaha terlebih dahulu sebelum mengetahui bahwa ayahnya sudah mempersiapkan rumah bagi mereka. Selain rumah pak A
juga memiliki beberapa kamar yang dikostkan dan toko, berikut adalah kutipan jawabanya:
“...yang sekarang saya tempati itu ada 6 kamar yang saya kost kan. Dari itu saja, insyaalah sudah bisa untuk hidup tiap
bulannya dan istri saya juga buka toko dirumah.”
Dari kutipan jawaban tersebut usaha pak A memiliki kost dan toko untuk menambah pendapatan keluarga, beliau juga menambahkan bahwa
beliau juga memiliki deposito yang ada di koperasi UPN, berikut adalah pernyataannya:
101
“Ada, saya taruh dikoperasinya UPN. Karena dikoperasi sini UPN itu bunganya 10 per tahun, selain itu saya taruh uang
disana itu untuk tabungan kalau tabungannya sudah cukup akan saya belikan rumah lagi. Sedangkan kalau saya tabungkan di
bank mungkin akan dapat 8 per tahun dan akan dipotong pajak sekitar 3 jadi bersih kita terima akan 5 . Jadi saya
lebih memilih untuk menyimpan uang saya di koperasi UPN.”
Menurut kutipan jawaban dari pak A tersebut menunjukkan bahwa pak A memiliki deposito yang ada di koperasi UPN. Berdasarkan beberapa
jawaban dari hasil wawancara dengan peneliti menunjukkan bahwa pak A memiliki pemikiran jangka panjang untuk masa depan beliau dan anak-
anaknya, sehingga masa depannya dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
4. Ibu E
Ibu E merupakan salah satu dosen akuntansi perempuan yang berusia 43 tahun memiliki perencanaan keuangan yang sangat matang dengan
suaminya. Hal ini dapat diihat dari hasil wawancara dengan peneliti yang menunjukkan bahwa beliau sangat memperhatikan pengaturan keuangan
dalam keluarga, dana pendidikan, dan dana masa depan keluarga. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
informan keempat yaitu ibu E, yang pertama pertanyaan mengenai planning jangka pendek yang direncanakan:
“Ya untuk kebutuhan untuk bulan ini seperti uang jajan anak, makan, dan bayar-bayar untuk kebutuhan rumah.”
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bu E membuat perincian tersendiri mengenai perencanaan keuangan jangka pendek bagi
102
keluarganya, sedangkan untuk rencana jangka panjangnya beliau menyatakan bahwa:
“Kalau jangka panjang kan kita juga butuh dan kalau saya kebetulan buat anggarannya. Misal pendapatan kita itu
dianggap 100 nah itu juga harus diakumulasikan 100 juga ke dalam pos-pos lalu dimasukkan ke dalam amplop-amplop
sesuai nama posnya.”
Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa bu E memiliki perencanaan yang detail mengenai pengaturan keuangan dari
pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Selain itu beliau juga menambahkan mengenai pos-pos alokasi dana:
“Ya banyak, ada pos rekreasi, pendidikan, infaq, asuransi, makan, emas, perumahan, kesehatan, kebutuhan sehari-hari dan
lain-lain.”
Melihat pos-pos alokasi dana pada setiap bulannya dari pendapatan, bu E sudah mengatur banyak sekali pos-pos yang harus diisi.
Beliau sudah merencanakan bahwa dari pendapatan yang diterima pada setiap bulannya akan diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan
baik kebutuhan jangka panjang maupun kebutuhan jangka pendek. Pengaturan yang dilakukan oleh bu E tersebut menunjukkan bahwa beliau
sangat memperhatikan pembagian keuangan dalam keluarga, karena beliau merupakan ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengatur dan
mengelola keuangan dalam rumah tangga. Untuk investasi yang dicanangkan, bu E menjawab:
“Biasanya dana cadangannya kan berupa uang tunai tapi kalau saya itu saya rupa kan berupa perhiasan. Karena kalau ada apa-
apa bisa gampang dijual dan investasi dalam bentuk perhiasan
103
itu nilainya tidak akan turun. Misal dulu saya beli per gramnya 50 ribu tapi kalau sekarang jadi 300 ribu per bulan.”
Berdasarkan jawaban tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ada berupa perhiasan, karena jika ada keperluan mendadak perhiasan
tersebut lebih mudah untuk dijual kembali dan nilainya pun tidak akan mengalami penurunan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hari tua, bu
E mejawab: “Saya mainnya itu diperhiasan, dan diperumahan karena saya
menganggap dua investasi itu yang stabil dan nilai rupiahnya tidak akan turun. Ya pokoknya saya itu buat standarnya untuk
mengganggarkannya tapi sewaktu-waktu boleh lah kita belok sedikit kan. Kita yang mengatur standar bukan standar yang
mengatur kita misalnya saya ingin belikan baju buat keponakan ya saya belikan saja.”
Melihat jawaban dari bu E tersebut menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan hari tuanya, selain perhiasan bu E juga
menginvestasikan dananya dalam bentuk tanah dan perumahan. Menurut bu E kedua hal tersebut memiliki nilai yang stabil sehingga nilai rupiahnya
tidak akan turun. Selain itu bu E juga memiliki suatu usaha yang dijalankan besama dengan saudaranya, berikut adalah kutipan jawabannya:
“Iya pertama usaha frozen food seperti nuget, burger, sosis, bakso yang matangnya saya buat rombong- rombong burger,...
Yang kedua sebar brosur dan yang ketiga bimbingan belajar matematika.”
Berdasarkan kutipan hasil jawaban dari bu E tersebut menunjukkan bahwa bu E juga memiliki suatu usaha yang dijalankan besama dengan
saudaranya. Selain usaha-usaha tersebut bu E juga mengikuti kegiatan sosial misalnya UKM:
104
“...,biasanya saya mengeluarkan dana untuk usaha mereka karena saya sebagai pembina UKM selain memotivasi mereka
saya juga harus berusaha untuk mencari dana talangan sementara yang mana nantinya mereka pun juga akan
mengganti uangnya.”
Melihat hasil jawaban tersebut menunjukkan bahwa bu E juga mengikuti kegiatan sosial UKM yang mendirikan sendiri, lembaga
tersebut ditujukan untuk membantu masyarakat kurang mampu untuk dapat membuka peluang usaha sendiri, sehingga dapat mensejahterakan
taraf hidup mereka. Berdasarkan pernyataan - pernyataan tersebut menunjukkan bahwa di usia 43 tahun bu E memiliki perencanaan
keuangan yang cukup matang bagi kehidupan keluargannya, hal ini dapat dilihat dari pengaturan pendapatan yang diatur secara rinci dan tertata
sehingga pendapatan dan pengeluaran pada setiap bulannya dapat diketahui jumlahnya.
4.4. Pembahasan