sering tidak berjalan seperti yang diharapkan, sehingga efisiensi tataniaga menjadi lemah. Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi tataniaga memang terbatas,
sementara keterampilan mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian. Belum lagi dari segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga kesempatan-
kesempatan ekonomi menjadi sulit untuk dicapai Soekartawi, 2002.
Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam menganalisis efisiensi tataniaga kubis ekpor di daerah penelitian.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Berapa saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian?
2. Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga
yang telibat dalam tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian? 3.
Bagaimana biaya tataniaga, price spread, dan share margin masing-masing lembaga tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian?
4. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis jumlah saluran tataniaga kubis ekspor di daerah
penelitian.
6
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk menganalisis fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh
masing-masing lembaga yang telibat dalam tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis biaya tataniaga, price spread, dan share margin masing-
masing lembaga tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian. 4.
Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai bahan informasi bagi para petani dalam meningkatkan efisiensi tataniaga sayuran kubis.
2. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam melakukan pembinaan
pemasaran sayuran kubis. 3.
Sebagai informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
7
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Nama kubis diduga berasal dari bahasa Inggris yaitu cabbage. Sedangkan di beberapa daerah, kubis juga sering disebut kol. Kata kol ini konon berasal dari
bahasa Belanda yaitu kool. Kubis sebagai sayuran mempunyai peranan penting untuk kesehatan manusia. Kubis banyak mengandung vitamin dan mineral yang
sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sebagai sayuran, kubis dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam, dan memperlancar buang air besar
Pracaya, 2001.
Kubis Brassica oleracia atau biasa disebut kol merupakan tanaman sayuran
yang termasuk dalam keluarga Brassica seperti brokoli, kembang kol, dan kecambah brussels. Di Indonesia, kubis mudah ditemui di berbagai rumah makan
khususnya yang menyediakan menu pecel, atau disajikan sebagai lalapan. Namun, sering juga kita lihat banyak orang yang tidak tertarik mengkonsumsi lalapan yang
mengandung kubis mentah. Hal ini patut disayangkan, karena sebenarnya kubis mengandung berbagai zat yang berguna bagi kesehatan tubuh. Manfaat positif dari
tanaman sayur kubis, yakni: mencegah pertumbuhan kanker, meningkatkan sistem imun, mengatasi radang lambung, mengurangi resiko katarak, merawat kulit, dan
mencegah sembelit. Kubis memiliki kandungan serat yang tergolong tinggi yang berfungsi sebagai perangsang sistem pencernaan dan mencegah terjadinya
sembelit Suara Merdeka, 2012.
8
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya kubis di Indonesia hanya ditanam di daerah berhawa dingin. Namun, seiring dengan ditemukannya varietas-varietas baru yang sesuai untuk
daerah dataran rendah, kubis mulai ditanam di daerah sejuk dataran tinggi sampai dataran rendah. Sebagai sayuran, kubis dapat membantu pencernaan,
menetralkan zat-zat asam, dan memperlancar buang air besar Pracaya, 2003.
Kubis Brassica olaracea adalah jenis sayuran yang mempunyai peran penting untuk kesehatan karena mengandung mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan
tubuh manusia. Mineral yang terkandung dalam kubis antara lain adalah kalsium, besi, fosfor, dan sulfur. Sedangkan vitamin yang terkandung dalam kubis
diantaranya adalah vitamin C, B1, B2, dan provitamin A. vitamin-vitamin tersebut berperan sebagai zat pengatur dan pelindung yang sangat penting dalam tubuh
serta menjaga kesehatan badan Sunarjono, 2004.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa harga produk hortikultura, baik sayuran, buah-buahan, maupun tanaman hias sangat ditentukan oleh mutunya. Penilaian
terhadap mutu sesungguhnya sangat bersifat kualitatif dan sulit untuk dikuantifikasi. Pada sayuran, mutu ditentukan oleh kesegaran, warna daun, dan
adatidaknya lubang-lubang bekas serangan hama Zulkarnain, 2009.
Kerugian yang ditimbulkan oleh gangguan hama penyakit sangat besar nilainya. Terkadang karena serangannya hebat, sehingga terjadi kegagalan panen. Oleh
sebab itu, pengendalian terhadap hama penyakit pada tanaman kubis sangat penting Pracaya, 2001.
9
Universitas Sumatera Utara
Namun, dengan meningkatnya penggunaan senyawa-senyawa kimia, baik sebagai pestisida maupun sebagai pupuk, telah membangkitkan kekhawatiran sejumlah
pihak akan keamanan konsumsi produk-produk hortikultura. Hal ini sangat nyata pada produk sayuran, karena umumnya sayuran dikonsumsi dalam bentuk segar.
Produk sayuran merupakan komoditas yang sensitif dan mudah rusak dengan resiko kerusakan yang tinggi, maka diperlukan penanganan khusus dan cepat
terhadap produk-produk yang sudah dipanen agar kualitasnya tetap tinggi. Sejalan dengan itu, pengawasan mutu dalam setiap tahapan penanganan pasca panen
seperti pengkelasan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan perlu dilakukan dengan ketat Zulkarnain, 2009.
2.2. Landasan Teori