Maria Menerima Warta Gembira

Pendidikan Agama Katolik Budi Pekerti 79 anak laki-laki dan hendaklah dinamai Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Pada awal-nya Maria ragu-ragu karena bagaimana mungkin hal itu terjadi karena ia belum bersuami tetapi kemudian Maria mendapat peneguhan bahwa semua itu terjadi karena Kuasa Allah yang Mahatinggi dan bagi Allah tidak ada yang mustahil. Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah “tidak ada yang mustahil”, maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu” lih. Luk 1:26-38. Elisabet memberi salam kepadanya: “Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana” Luk 1:45. Demi iman ini segala bangsa akan menyatakannya bahagia. Demikianlah Maria, Puteri Adam menyetujui Sabda Ilahi, dan menjadi bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa manapun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Puteranya. Untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang Mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Maka tepatlah yang dikatakan S. Ireneus “Ikatan yang disebabkan oleh ketidaktaatan Hawa telah diuraikan oleh ketaatan Maria: apa yang diikat oleh Hawa karena tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya lih. LG 56.

2. Maria dan Masa Kanak-kanak Yesus

Konsili Vatikan II dalam dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja art. 57 menjelaskan sebagai berikut: Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh Santa Perawan hingga wafat-Nya. Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elizabet dan diberi ucapan salam bahagia olehnya kemudian pendahulu melonjak gembira dalam 80 Kelas IX SMP rahim ibunya lih. Luk 1:41-45. Kemudian ketika pada kelahiran Yesus, dimana Bunda Allah penuh kegembiraan menunjukkan kepada para gembala dan para majus, Puteranya yang sulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya. Ketika ia di Kenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bundanya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata lih. Luk 2:34-35. Ketika orang tua Yesus dengan sedih hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di Kenisah sedang berada dalam perkara- perkara dengan Bapa-Nya, dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bunda-Nya menyimpan semua itu dalam hatinya dan merenungkannya lih. Luk 2:41-51.

3. Maria dan Hidup Yesus di Muka Umum

Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah bunda-Nya dengan penuh makna, pada permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak oleh belas kasihan, dan dengan pengantaraannya mendorong Yesus Almasih untuk mengerjakan tandanya yang pertama lih. Yoh2:1-11. Dalam pewartaan Yesus, ia menerima sabda-Nya ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan di atas pemikiran dan ikatan daging serta darah, dan menyatakan bahagia mereka yang mendengarkan dan melakukan sabda Allah lih. Mrk 3:35 dan Luk 11:27-28, seperti dijalankannya sendiri dengan setia lih. Luk 2:19 dan 51. Demikianlah Santa Perawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga disalib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya lih. Yoh 19:25. Disitulah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid-murid menjadi Bundanya dengan kata- kata ini: “Wanita, inilah anakmu” lih. Yoh 19:26-27.