Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding

Bilangan Grashof merupakan bilangan tak berdimensi yang menggambarkan rasio gaya apung buoyancy force terhadap gaya kekentalan viscous force yang berkerja pada fluida. Kemudian, koeffisien perpindahan panas konveksi bebas dapat diperoleh dari hubungan antara persamaan 2.16 dan 2.17 : n T g L k C h       = Δ . Pr . μ β . . ρ . 2 2 2.20 Maka besarnya konveksi perpindahan panas pada permukaan pelat adalah : - ∞ . T T hA Q s s conv = 2.21 Dimana As adalah luas permukaan perpindahan panas m 2 dan Qconv dengan satuan Watt. Pada persamaan 2.16 dapat dikembangkan khusus untuk pelat vertikal. Hubungan yang dapat dipakai untuk seluruh nilai Ra direkomendasikan oleh Churchill dan Chu dengan bentuk persamaan [ ] 2 27 8 16 9 6 1 Pr 492 . 1 387 . 825 .         + + = L L Ra Nu 2.22 Persamaan 2.22 lebih kompleks tetapi menghasilkan nilai yang lebih akurat. Untuk pelat vertikal miring maka nilai g dalam persamaan 2.18 adalah g cos θ, dimana nilai θ adalah sudut kemiringan dari sumbu y.

2.6 Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding

Perpindahan panas konduksi pada dinding bergerak dengan arah normal ke permukaan dinding dan tidak ada perubahan perpindahan panas yang signifikan dari arah lainnya. Perpindahan panas dengan arah tersebut digerakkan oleh gradien temperatur. Tidak akan ada perpindahan panas dalam suatu arah jika tidak ada perubahan temperatur didalamnya. Menghitung temperatur pada beebrapa lokasi di bagian dalam dan luar dinding dilakukan untuk memastikan permukaan dinding 23 Universitas Sumatera Utara isotermal, begitu juga pada bagian atas dan bawah permukaan dinding. Sehingga tidak akan ada perpindahan panas yang melewati dinding baik pada dari atas ke bawah ataupun dari kiri ke kaan dinding., tetapi jika diperhitungkan perbedaan temperatur antara bagian dalam dan luar dinding , akan muncul perpindahan panas yang signifikan dalam arah dari bagian dalam ke luar. Untuk dinding tipis akan mengakibatkan gradien temperatur akan menjadi besar. Jika temperatur udara di dalam dan luar dinding dijaga konstan. Maka perpindahan panas yang melewati dinding dapat dimodelkan secara steady dan satu dimensi. Jika tidak adanya panas yang ditimbulkan paad dinding , maka keseimbangan energi pada dinding dapat dinyatakan sebagai Atau dt dE dinding out in = − . . Q Q 2.23 Untuk kondisi steady dE dinding dt=0, dimana tidak ada perubahan temperatur pada setiap titik terhadap waktu. Sehingga laju perpindahan panas kedalam dinding dama dengan laju perpindahan panas ke luar dinding. Dalam kata lain, laju perpindahan panas melewati dinding harus konstan. Distribusi temperatur pada dinding dapat dilihat pada Gambar 2.13 24 Universitas Sumatera Utara Q T2 dx dT L x Gambar 2.13 Distribusi temperatur pada dinding dengan arah garis lurus [3] Dengan mempertimbangkan ketebalan dinding L dan rata-rata konduktifitas termal K. Kedua permukaan dinding dijaga konstan temperatur nya T 1 dan T 2 . Hukum Fourier untuk perpindahan panas konduksi untuk dinding dapat dinyatakan sebagai dx dT kA dinding konduksi − = , . Q 2.24 Dimana laju perpindahan panas konduksi dan luas dinding A konstan. Jika persamaan 2.24 dibaut dalam bentuk integral untuk x=0 dimana T0=T 1 , untuk x=L, dimana TL = T 2 , diperoleh kAdT dx dinding konduksi − = ∫ ∫ = = 2 1 T T T , . L x Q Dengan melakukan integral diperoleh hasilnya L T T kA L T T kA dinding konduksi 2 1 1 2 , . Q − = − − = 2.25 25 Universitas Sumatera Utara 2.6.1 Konsep Ketahanan Termal Persamaan 2.25 untuk perpindahan panas konduksi melewati sebuah dinding dapat ditulis ulang menjadi wall dinding konduksi R T T 2 1 , . Q − = 2.26 Dimana kA L R wall = o CW 2.27 Yang merupakan ketahanan termal pada dinding terhadap perpindahan panas konduksi atau disebut ketahanan konduksi pada dinding. Dimana ketahanan termal suatu medium dipengaruhi oleh gemometri dan sifat termal medium. Dengan mempertimbangkan perpindahan panas konveksi dari permukaan solid area As, dan temperatur Ts serta koeffisien perpindahan panas konveksi h. Persamaan Newton untuk laju perpindahan panas konveksi Q . ∞ − = T T hA s s konveksi dapat ditulis ulang sebagai konveksi s konveksi R T T Q . ∞ − = 2.28 Dimana s konveksi hA R 1 = 2.29 Adalah ketahanan termal pada permukaan terhadap panas konveksi, atau disebut ketahanan konveksi pada permukaan. Dengan catatan jika koeffisien perpindahan panas konveksi sangat besar, ketahanan konveksi menjadi nol dan Ts~T ∞. Sehingga tidak akan ada ketahanan konveksi dan tidak akan memperlambat proses perpindahan panas. 26 Universitas Sumatera Utara 2.6.2 Ketahanan termal dinding berlapis Dalam keseharian sering dijumpai dinding dengan beberapa lapis dengan material yang berbeda. Konsep ketahanan termal masih tetap digunakan untuk menentukan laju perpindahan panas. Rkonfeksi,1 R1 R2 Dinding 1 Dinding 2 T ∞1 T ∞2 T1 T2 Rkonfeksi,2 Gambar 2.14 Ketahanan termal dengan dinding dua lapis [3] Jika dilihat dari Gambar 2.14, merupakan dinding yang memiliki dua lapis dinding. Laju perpindahan panas yang melewati dua lapis dinding dapat dinyatakan total R T T Q 2 1 . ∞ ∞ − = 2.30 Dimana R total adalah ketahanan termal total, dinyatakan sebagai A h A k L A k L A h R R R R R conv wall wall conv total 2 2 2 1 1 1 1 , 2 , 1 , 1 , 1 1 + + + = + + + = 2.31 Subskrip 1 dan 2 dalam Rwall mengindikasikan lapis pertama dan kedua. Dari hubungan total ketahanan termal dilihat bahwa ketahanan berbentuk seri, sehingga ketahanan termal total secara arimatik sederhana langsung dijumlahkan. Hasil dari 27 Universitas Sumatera Utara kasus dua lapis dapat dianalogikan sebagai kasus satu kasus. Hasil ini juga dapat digunakan untuk dinding dengan lebih banyak lapisan dengan menambahkan tambahan tahanan untuk setiap penambahan lapisan. Sedangkan untuk tahanan termal radiasi dapat ditambahkan nilai 1h radiasi .A, dimana nilai h radiasi adalah 1 εσTsur 3 - Tsur 3 Tsur-Tsur. Nilai ε adalah emisivitas benda dan σ adalah konstanta Stefan Boltzmann yang nilainya 5,67x10 -8 .

2.7 Perhitungan Dinamika Fluida