Organologi Rapa’i Pasee

satu desa sampai kedesa lainnya. Rapa’i Pasee mempunyai dua warna suara timbre yaitu dum dan teng 16 Rapa’i Pasee mempunyai ukiran dipinggiran kayunya yang disebut larik . 17 , setiap larik mempunyai makna, larik satu bermakna siang dan malam, larik lima bermakna rukun Islam ada lima perkara, larik tujuh bermakna seminggu ada tujuh hari dan ada satu garis besar menandakan hari jumat dilarang untuk memukul Rapa’i dan larik delapan ada empat garis besar dan empat garis kecil bermakna yaitu Tuha peut dan tuha lapan orang yang dituakan atau penasehat dalam sebuah desa setempat 18

3.3.2 Organologi Rapa’i Pasee

. Dalam masyarakat Aceh kesenian Rapa’i Pasee bukan saja sekedar pertunjukan seni atau perlombaan tetapi Rapa’i Pasee sebuah ajang untuk menguatkan tali persaudaraan antar masyarakat Aceh, dan silaturahmi seperti ajaran dalam Agama Islam. Organologi mempunyai maksud sebagai gambaran tentang bentuk dan rupa susunan pembangun konstruksi suatu alat musik sehingga dapat menghasilkan suara. Organologi dalam istilah musik merupakan “Ilmu alat musik, studi mengenai alat-alat musik. Organologi muncul sejak abad 16 oleh Sebastian Virdung dalam bukunya yang berjudul Musica Getuscht und Ausgezogen 1511. Martin Agricola dalam bukunya yang berjudul Instrumentalis Deudsch 1929. Berikut gambar Rapa’i Pasee beserta penjelasan secara organologi : 16 Dum untuk suara rendah dan teng untuk suara sedang atau tinggi. 17 Larik garis melingkar dipinggiran baloh kayu yang jumlahnya berbeda –beda . 18 Hasil wawancara dengan Hasbullah, S. Pd Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Skema ukuran Rapa’i Pasee a. Baloh Kayu yang diambil dari batang kayu yang namanya tuwalang mempunyai panjang 16 inch dan lebar 15 inch, menurut sejarah dari narasumber 19 19 Hasil wawancara dengan tengku Razali pemimpin sanggar jeumpa Pasee. bahwa dahulu cara memotong kayu untuk pembuatan Rapa’i Pasee harus dengan syarat dan tata cara tertentu, melakukan puasa sunat senin kamis dan melakukan pesijuk tepung tawar berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk dan kebenaran sehingga alat musik Rapa’i dapat dipergunakan untuk jalan kebenaran. Adapun yang dipotong bukan batang kayu tuwalang melainkan akar yang besar dipinggiran pohon tersebut, oleh karena itu dahulu pohon besar dihutan tetap terjaga, karena bukan pohon yang ditebang melainkan hanya memotong pingggiran akar dari pohon tuwalang. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Baloh Kayu b. Kulet kulit membran kulit diambil dari kulit lembu pilihan mempunyai diameter 32 inch dan bervariasi dari 30 inch sampai 36 inch, pembuat Rapa’i Pasee mengumpulkan kulit dan membelinya hanya setahun sekali disaat hari Raya Idul Adha hari raya qurban pada umat Islam, kulit tersebut dijemur dan disimpan serta diolah untuk dipasang pada baloh Rapa’i Pasee. Gambar 3. Kulet Kulit BALOH kulet Universitas Sumatera Utara c. Pengapet dan Seudak Rapa’i Pasee terbuat dari bambu lentur yang fungsinya untuk mengikat kulit dengan baloh agar kuat dan menghasilkan suara yang bagus, seudak ada dipinggiran dalam kulit yang berfungsi juga sama untuk membuat kulit ketat dan menghasilkan suara nyaring. Gambar 4. Pengapet Seudak d. Larek Garis terdapat dipinggiran kayu Rapa’i Pasee untuk menjelaskan makna Larik yang ada pada Rapa’i Pasee penulis sudah mencari sumber data baik pada buku-buku diperpustakaan di Banda Aceh dan Buku-Buku karangan sekarang tidak ditemukan lagi pembahasan tentang makna larik, satu-satunya sumber sekarang adalah seorang narasumber Hasbullah yang pernah menjabat sebagai kabid kebudayaan kota Lhokseumawe beliau aktif dalam kegiatan kegiatan kesenian di Aceh dalam rentang waktu 1985-2014 dan beliau banyak mendapat wawasan seni dengan seniman senior Aceh melalui ucapan- ucapan dan cerita-cerita tradisi lisan. Rapa’i pasee mempunyai kayu yang disebut Baloh yang terbuat dari batang pohon kayu tuwalang, pada Baloh tersebut PENGAPET SEUDAK Universitas Sumatera Utara terdapat Larik garis-garis hiasan dan Larik tersebut mempunyai makna diantaranya sebagai berikut: Rapa’i Pasee mempunyai ukiran dipinggiran kayunya yang disebut larik 20 , setiap larik mempunyai makna, larik satu bermakna siang dan malam, larik lima bermakna rukun Islam ada lima perkara, larik tujuh bermakna seminggu ada tujuh hari dan ada satu garis besar menandakan hari jumat dilarang untuk memukul Rapa’i dan larik delapan ada empat garis besar dan empat garis kecil bermakna yaitu Tuha peut dan tuha lapan orang yang dituakan atau penasehat dalam sebuah desa setempat 21 Gambar 5. Larik garis . 20 Larik garis melingkar dipinggiran baloh kayu yang jumlahnya berbeda –beda . 21 Hasil wawancara dengan Hasbullah, S. Pd LARIK Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Bentuk kesenian Rapa’i Pasee