Andre Villoeau hun 1809. Periode ini dipandang sebagai awal perkembangan etnomusikologi. Masa ini pula diterbitkan Ensiklopedi Musik oleh Jean-Jaques
Rousseau, tepatnya tahun 1768, yang memberi semangat tumbuhnya etnomusikologi Bandem, 2001:1-2.
Penelitian lapangan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara dengan para tokoh seniman tradisional pelaku seni
Rapa’i Pasee, dan para pegawai pemerintah di lingkungan Dinas Pariwisata dan kebudayaan Aceh utara. Observasi adalah pengamatan dengan cara sebagai
pengamat yang terlibat dalam kegiatan seni secara langsung. Kemudian wawancara adalah dilakukan kepada terutama informan kunci untuk mengetahui
Sejarah, Fungsi Sosio budaya Rapa’i Pasee dalam konteks kebudayaan Aceh.
1.5.2.1 Observasi
Observasi digunakan untuk mengetahui secara langsung bentuk penyajian Rapa’i Pasee. Rapa’i Pasee merupakan suatu kegiatan yang dilihat langsung
dalam aspek penyajian yaitu, motif pukulan, tempo, pola ritme, variasi pukulan, dan busana pemain Rapa’i Pasee. Dalam observasi ini penulis mempersaksikan
pertunjukan Rapa’i Pasee di beberapa peristiwa budaya, terutama Rapa’i Pasee uroh doeng pertandingan, dilokasi tempat tinggal pimpinan Rapa’i Pasee desa
Jambo Aye. Pentingnya melakukan observasi ini adalah untuk melihat langsung pertunjukan dan kemudian melakukan wawancara. Selepas itu penulis akan
menganalisisnya dan melakukan penafsiran-penafsiran cultural berdasarkan ilmu dan pengalaman yang penulis peroleh selama ini.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data atau memperoleh informasi secara langsung bertatap muka dengan informan, sehingga
mendapatkan gambaran lengkap tentang objek yang sedang diteliti. Wawancara dilakukan dengan pemusik, pelatih, dan tokoh Musik di Aceh maupun di luar
Daerah Provinsi Aceh. Wawancara dilakukan sesuai dengan format yang telah penulis siapkan dengan tujuan data-data yang di inginkan akan di uraikan,
sehingga mendukung hasil penelitian. Hal-hal yang akan diwawancarai berkaitan dengan dua pokok masalah, yaitu 1 fungsi sosial dan budaya Rapa’i Pasee
dalam kebudayaan masyarakatnya; dan 2 struktur musik Rapa’i Pasee.
1.5.2.3 Kerja laboratorium
Setelah pengumpulan data di laksanakan, data penelitian ini diolah dengan menggunakan pendekatan deskrptif kualitatif yaitu, dengan mendeskripsikan
Sejarah, bentuk alat musik, busana pemusik, dan cara penyajian musik Rapa’i Pasee. Seterusnya berdasarkan fakta sosial, penulis akan menganalisis guna dan
fungsi Rapa’i Pasee dalam kebudayaan masyarakat Aceh di Provinsi Aceh. Seterusnya, sesuai dengan bidang keilmuan penulis yaitu pengkajian seni, maka
tidak lupa penulis akan mengkaji struktur musik Rapa’i Pasee. Sebelum menganalisis pertunjukan Rapa’i Pasee terlebih dahulu penulis
mendeskripsikannya, dengan menggunakan gambar dalam bentuk foto dan dijelaskan dengan kalimat demi kalimat. Ini dilakukan untuk mempermudah para
pembaca mengerti gambaran visual yang terjadi. Demikian pula untuk mengkaji
Universitas Sumatera Utara
struktur musik, penulis terlebih dahulu mentranskripsikannya dalam bentuk visual, yang merupakan pemindahan dimensi dengar ke dimensi penglihatan.
Adapun transkripsi dilakukan dengan pendekatan transkripsi preskriptif, yaitu menuliskan ritem-ritem utama, tidak serinci mungkindengan demikian Rapa’i
Pasee termasuk budaya musik yang melogenik.
11
1.6 Lokasi Penelitian
Dalam tulisan ini akan di bahas hasil penelitian tentang pertunjukan Rapa’i Pasee yang dilaksanakan di daerah Biara Timu, Jambo Aye Aceh Utara,
penetilian ini di laksanakan di desa Biara Timu,Jambo Aye Aceh Utara dengan daftar observasi terlampir serta di lengkapi dengan foto-foto mengenai
pertunjukan Rapa’i Pasee hasil penelitian tersebut dapat di paparkan sebagai berikut.
Rapa’i Pasee adalah kesenian tradisional Aceh, Rapa’i Pasee berkembang hanya di daerah Aceh Utara saja, daerah Aceh lainnya saat ini hampir tidak ada
kesenian tersebut.Semua penduduknya beragama Islam, masyarakat di desa Biara Timupada umumnya bermata pencahariannya adalah sebagai petani, pedagang,
nelayan dan sebagai pegawai negeri. Penelitian ini penulis lakukan di Biara Timu Kecamatan Jambo Aye,
Kabupaten Aceh Utara, komunikasi antara penduduk disini penulis perhatikan
11
Sebuah kebudayaan musik mengutamakan aspek melodi atau ritme saja, bukan menekankan kepada teks, maka musik seperti ini dapat dikategorikan sebagai budaya
musik melogenik. Musik seperti ini, lebih menumpukan pertunjukankepada aspek komunikasi bukan lisan terutama menggunakan dimensi waktu dan ruang. Untuk
mengkaji makna yang diungkapkan melalui ritme, melodi atau bunyi-bunyia lainnya, diperlukan pemahaman dan penafsiran dengan cara menyelidikinya, terutama apa yang
ingin dikomunikasikan pencipta musik atau senimannya, yang bisa ditelusuri melalui pikiran mereka. Melogenic pengutamaan pada musik.
Universitas Sumatera Utara