dapat mendukung pembangunan ekonomi jika mampu dikelola dengan baik tanpa merusak kelestarian alam dan lingkungan.
Sedangkan fauna, Aceh Utara juga memiliki kekayaan dengan berbagai jenis hewan liar seperti gajah, harimau, badak, rusa, indus¬ kijang, orang hutan,
babi, ular dan lain-lain sebagainya.
2.2 Tinjauan geografis desa Jambo Aye kota Panton labu Aceh Utara
Kabupaten Aceh Utara merupakan bagian dari Provinsi Aceh yang berada di sebelah utara. Berdasarkan Peta Bakosurtanal skala 1 : 50.000, maka secara
geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada posisi 96 47’ – 97
31’ Bujur Timur dan 04
43’ – 05 16’ Lintang Utara. Batas wilayah Kabupaten Aceh Utara
dengan wilayah lainnya adalah:
Universitas Sumatera Utara
- Sebelah utara - Sebelah timur
- Sebelah selatan - Sebelah barat
: :
: :
Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Timur
Kabupaten Bener Meuriah Kabupaten Bireuen
Luas wilayah Kabupaten Aceh Utara yang tercatat adalah 3.296,86 km
2
, atau 329.686 Ha. Dengan panjang garis pantai 51 km, dan kewenangan kabupaten
adalah sampai 4 mil laut, maka luas wilayah laut kewenangan ini adalah 37.744 Ha atau 3.774,4 km
2
. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
No Kecamatan
Luas Wilayah Km2 Persentase
1 Sawang
384,65 11,67
2 Nisam
42,74 3,48
3 Nisam Antara
84,38 2,56
4 Bandar Baro
42,35 1,28
5 Kuta Makmur
151,32 4,59
6 Simpang Keramat
79,78 2,42
7 Syamtalira Bayu
77,53 2,35
8 Geurudong Pase
269,28 8,17
9 Meurah Mulia
202,57 6,14
10 Matang Kuli 56,94
1,73 11 Paya Bakong
418,32 12,69
12 Pirak Timu 67,70
2,05 13 Cot Girek
189,00 5,73
14 Tanah Jambo Aye 162,98
4,94
Universitas Sumatera Utara
15 Langkahan 150,52
4,98 16 Seunuddon
100,63 3,05
17 Baktiya 158,67
4,81 18 Baktiya Barat
83,08 2,52
19 Lhoksukon 243,00
7,37 20 Tanah Luas
30,64 0,93
21 Nibong 44,91
1,36 22 Samudera
43,28 1,31
23 Syamtalira Aron 28,13
0,85 24 Tanah Pasir
20,38 0,62
25 Lapang 19,27
0,58 26 Muara Batu
33,34 1,01
27 Dewantara 39,47
1,20 Kabupaten
3.296,86 100,00
Sumber Data : Aceh Utara Dalam Angka 2012
2.3 Sistem Pemerintahan Kota Panton Labu
Kabupaten Aceh Utara dipimpin oleh seorang Bupati dan mempunyai wakil Bupati, secara admisnistrasi pemerintahan Aceh utara diatur oleh seorang
sekretatis daerah Sekda kota dengan sistim pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang pemerintah Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Masyarakat Desa Jambo Aye Kota Panton Labu 2.4.1 Stratifikasi masyarakat desa jambo aye kota Panton Labu
Berdasarkan pendekatan historis baik pada sebelum maupun sesudah kemerdekaan, stratifikasi masyarakat Aceh yang paling menonjol dapat
dikelompokkan pada dua golongan, yaitu golongan umara dan golongan ulama. Pada zaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia Umara dapat diartikan
sebagai pemerintahan atau pejabat pelaksana pemerintahan dalam satu unit wilayah kekuasaan, contonhnya seperti jabatan Sultan yang merupakan pimpinan
atau pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan, Ulee balang sebagai pimpinan unit pemerintah Nanggro negri, Panglima Sago Panglima Segi yang
memimpin unit pemerintah Segi, Kepala Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintah Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit
pemerintah gampong kampung. Kesemua mereka atau pejabat tersebut di atas, dalam struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal sebagi lapisan
pimpinan adat, pemimpin keduniawian, atau kelompok elite sekuler. Hal ini berlaku juga di Kota Panton Labu, namun dalam perkembangannya saat setelah
perang kemerdekaan usai dan Indonesia sebagi sebuah Negara Merdeka dan Berdaulat, mempunyai tata pemerintahannya sendiri dalam hal ini kedudukan
sultan, Ulee balang maupun panglima sagoe, ditiadakan karena Aceh termasuk dalam wilayah Negara kesultanan Republik Indonesia yang semuanya di atur oleh
sistem pemeritahan Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang 1945, melalui Departemen Dalam Negeri sedangkan bentuk pimpinan unit pemerintah
seperti Imeum, Mukim, Keuchik, Kepala gampong dan sebagainya merujuk pada
Universitas Sumatera Utara
undang-undang otonomi khusus dan keistimewaan daerah Aceh, sementara kedudukan geuchik, kepala mukim, tuha peut masih dipertahankan sebagai sistem
Pemerintahan tradisional dilapisan bawah masyarakat yang setara dengan lurah, kepala dusun, dan sebagainya.
2.4.2 Agama
Mayoritas penduduk kota Panton labu merupakan penganut agama Islam. Meskipun yang dominan adalah pemeluk agama Islam, namun kita juga dapat
menjumpai beberapa tempat ibadah bagi agama-agama non Muslim sepeti Gereja
dan Klenteng ditempat tertentu dan terbatas.
2.4.3. Jumlah penduduk kota Panton Labu
Menurut data dari Dinas Kependudukan dan catatan Sipil berdasarkan laporan kependudukan Kota Panton labu, menurut jumlah Kartu keluarga, jumlah
penduduk dan jumlah wajib KTP pada bulan April 2014, diperoleh data jumlah
penduduk kota Panton labu keseluruhan adalah berjumlah 41.032.
2.4.4. Masyarakat kesenian di desa Jambo Aye kota Panton Labu
Yang di maksud dengan masyarakat adalah sekumpulan manusia, yang dalam kehidupannya melakukan kerjasama secara kolektif, karena saling
ketergantungan sosial diantara mereka
12
12
M.takari,dkk, op.cit hal, 1
, kesenian merupakan hasil karya, karsa, dan cipta manusia baik berupa wujud maupun gagasan atau ide yang mengandung
Universitas Sumatera Utara
unsur keindahan yang digunakan dalam kehidupan manusia. Maka masyarakat kesenian di Kota Panton Labu adalah sekelompok masyarakat yang beraktifitas
dibidang kesenian baik sebagai pelaku maupun sebagi penontonnya, yang ada di Kota Panton labu, yang di kelompokkan menjadi dua kelompok masyarakat
kesenian diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Masyarakat kesenian yang ada pada masyarakat umum, di sekitar Kota Panton Labu gampong, desa, ataupun kecamatan seperti sanggar-sanggar,
komunitas-komunitas seni dan sebagainya, misalnya Sanggar Jeumpa Aceh dan Sanggar Pocut Meurah Insen.
2. Masyarakat kesenian yang ada di institusi sekolah SD,SMP,SMA, dan
perguruan Tinggi seperti, Sanggar seni sekolah, atau unit kegiatan mahasiswa.
2.4.5. Unsur Kesenian Masyarakat Desa Jambo Aye Kota Panton Labu 2.4.6 Tari
a. Tari Ranup Lampuan
Tari Ranup Lampuan adalah salah satu tarian tradisional Aceh yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini biasanya ditarikan untuk penghormatan dan
penyambutan tamu secara resmi. Ranup dalam bahasa Aceh yaitu Sirih, sedangkan Puan yaitu Tempat sirih khas Aceh. Ranup Lampuan bisa diartikan
Sirih dalam Puan. Sirih ini nantinya akan diberikan kepada para tamu sebagai tanda penghormatan atas kedatangannya.
Universitas Sumatera Utara
b. Tari Likok Pulo