49
Dari dua kutipan di atas dapat dilihat bahwa t ema dalam cerpen “Ibu Pergi
ke Surga” adalah rekigius yang menggambarkan kematian yang bahagia, karena Ibu sudah tidak menderita lagi dalam kesakitan. Kematian bukanlah akhir dari
sebuah kehidupan duniawi yang perlu ditangisi dan disesali melainkan kematian merupakan sebua pintu yang menjembatani antra dunia dan surga yang kekal yang
penuh kedamaian dalam kelahiran baru manusia.
4.2.6 Sudut Pandang
Sudut pandang yang dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor
Situmorang adalah, sudut pandang orang pertama, pengarang sebagai pelaku cerita. Hal ini dapat dibuktikn dalam kutipan di bawah ini;
Setelah ia meninggal, aku mengucapkan, “Syukurlah” dalam hati. Terlalu penderitaan si tua itu. Situmorang, 2015:67
Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. Situmorang, 2015:68
Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. Ketika tiba di kampong seorang diri, bapak berkata dengan
kesal, “Hanya kau sendiri?” Situmorang, 2015:68.
4.2.7 Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah bahasa sehari-hari orang batak pada masa cerpen ini dibuat, dan terpengaruh dari daerah asal si penulis
cerpen. Karakteristik bahasa yang digunakan lugas dan tidak basa basi, jadi meskipun cerpen ini menggunakan bahasa batak tetap dapat dinikmati dan dicerna
oleh awam. Karakteristik bahasa batak tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
50
37 Malamnya ketika makan, bapak bertanya, “Apa kau cekcok
dengan istrimu?” Lalu ia memberengut, pergi keluar. “Ongkos mahal, pak” kataku, tapi ia menghilang dalam gelap setelah berkata, “Kalau
ibumu mati, aku pun tidak lama lagi hidup, sedang cucuku belum pernah kulihat” Situmorang, 2015:68
Karakteristik bahasa orang batak yang terlihat lugas dan tidak basa basi tampak dalam kutipan diatas
4.3 Cerpen Ibu Pergi ke Surga Ditinjau Dari Aspek Bahasa, Psikologi Dan Latar Belakang Budaya
Karya sastra dalah media atau bahan ajar yang relevan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Cerpen dapat mengembangkan
pengetahuan siswa tentang sastra dengan cara membaca dan menganalisis unsur- unsur pembangun yang terkandung di dalamnya.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab II, bahan ajar berbentuk teks sastra hendaknya memenuhi tiga aspek penting, yakni aspek Bahasa, aspek psikologi,
dan aspek latar belakang budaya. Cerpen Ibu Pergi ke Surga dapat dijadikan bahan ajar pembelajaran siswa karena telah memnuhi aspek penting bahan ajar.
4.3.1 Aspek Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini menggunakan bahasa sehari-hari orang batak meski menggunakan bahasa penduduk batak isi dari cerpen ini tetap
bisa dipahami karena dari bahasanya yang lugas dan tidak berbelit. Penggunaan bahasa sehari-hari budaya batak dalam cerpen ini menghasilkan bentuk kalimat
yang mudah dipahami. Melalui kutipan berikut akan terlihat bagaimana bahasa yang digunakan dalam cerpen.
51
37 Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. Ketika tiba di kampong seorang diri, bapak berkata dengan
kesal, “Hanya kau sendiri?” Situmorang, 2015:68
38 Pada hari kedua saya datang, pendeta berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan
merayakan hari Natal di rumah kami Ibu setuju, dan mengangguk seperti menerima hal yang sewajarnya. Situmorang, 2015:68-69
39 Ketika hendak pulang, pendeta mengajak aku ikut ke rumahnya. Karena taka da yang dapat dilakukan di dusun lembah yang begitu
sepi, aku ikut. Lagi aku ingin juga melihat gereja yang dulu yang sudah tak kulihat sejak lepas dari sekolah dasar kira-kira dua puluh
tahun yang lalu. Situmorang, 2015:69
Selain menggunakan bahasa sehari-hari pengarang jiga menggunakan majas dalam kalimat-kalimatnya. Penggunaan beberapa majas dalam cerpen
membuat cerpen ini lebih menarik. Penggunaan majas dalam cerpen dapat dilihat dalam kutipan berikut.
40 Mereka mengembara dalam rumah seperti dalam ruang kubur besar, demikian kata ibu sendiri. Situmorang, 2015:67
41 “Seperti dada ayam,” pikirku. Tiba-tiba kusadari dadanya tak
bergerak Situmorang, 2015:71
Majas yang terdapat dalam kutipan 40 dan 41 adalah majas simile, yaitu pengungkpan dengan perbandiingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata
depan dan penghubung bagaikan, umpama, ibarat, bak, bagai, seperti, dll. Dari analisis di atas dapat disimpul
kan bahwa cerpen “Ibu Pergi ke Surga” relevan dengan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 1. Hal ini didasari dengan
penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan penggunaan majas dalam cerpen sehingga dapat membantu siswa dalam memahami gaya bahasa.
52
4.3.2 Aspek Psikologi