BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu pasti pernah mengalami suatu permasalahan atau tuntutan dalam hidupnya. Terkadang tuntutan tersebut dapat menimbulkan konflik,
frustrasi bahkan depresi yang membuat kehidupan individu tersebut menjadi tidak nyaman. Manusia dibekali kemampuan untuk menolong dirinya menghadapi
permasalahan dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarrnya. Davidoff dalam Muta’din, 2002 mendefinisikan penyesuaian diri sebagai suatu
perilaku dimana manusia dituntut untuk mencari titik temu antara keadaan yang ada di lingkungan sekitar dengan diri sendiri.
Tuntutan untuk mencari titik temu antara keadaan di sekitar dengan diri sendiri ini merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk mengubah
perilaku individu agar terjadi suatu hubungan yang sesuai atau selaras antara diri dan lingkungan. Proses untuk mendapatkan hubungan yang selaras tersebut
melibatkan respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha memenuhi kebutuhan, mengatasi konflik, serta frustrasi yang ada Semiun, 2006.
Proses dari penyesuaian diri dapat dilihat dari bagaimana respon yang ditunjukkan oleh individu dalam menghadapi tuntutan yang ada. Penyesuaian diri
berbeda menurut norma, budaya serta berbeda pada setiap tingkah laku yang ditunjukkan oleh setiap individu. Oleh karena itu, penyesuaian diri merupakan
cara individual dalam bereaksi terhadap tuntutan yang berasal dari dalam atau dari
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
luar individu tersebut. Untuk beberapa orang mungkin reaksi yang digunakan efisien dan memuaskan, sedangkan bagi orang lain justru tidak efektif. Apabila
respon yang dilakukan tidak efisien dan tidak menimbulkan kesejahteraan pada individu, maka individu tersebut dapat dikatakan tidak mampu dalam
menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang baik memiliki kemampuan untuk mengatur dan merencanakan suatu respon sehingga dapat mengatasi frustasi,
konflik dan kesulitan yang dihadapi dalam tuntutan yang ada Semiun, 2006. Tuntutan yang timbul dari lingkungan sekitar dan diri sendiri juga akan
dirasakan oleh karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Pensiun adalah suatu keadaan dimana individu telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang
biasa dilakukan Eliana, 2003. Pensiun sendiri dapat menimbulkan reaksi positif dan negatif bagi individu yang akan mengalaminya. Reaksi positif muncul ketika
individu memiliki pandangan positif terhadap pensiun. Pandangan positif ini ditandai dengan adanya pola pikir dan sikap yang terbuka. Reaksi positif ini
salah satunya muncul ketika individu merasa bahwa pensiun adalah saatnya untuk menikmati hasil kerja kerasnya selama ini dan menikmati kebersamaan dengan
keluarga, serta lepas dari tanggung jawab dalam melaksanakan tugas selama ini. Reaksi negatif muncul karena adanya pandangan negatif terhadap pensiun,
individu merasa bahwa setelah pensiun dirinya menjadi orang yang tidak berguna dan bermakna Helmi, tanpa tahun.
Saat ini masih banyak di antara karyawan yang menganggap bahwa pensiun akan membuat mereka merasa menjadi orang yang tidak berguna,
kehilangan relasi sosial yang selama ini sudah dibangun. Pandangan negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap pensiun dapat menyebabkan munculnya gejala post power syndrome yaitu gejala emosi yang kurang stabil dari individu dikarenakan hilangnya
kekuasaan atau jabatan penting, relasi sosial, serta pendapatan yang dimiliki individu tersebut Purnamasari, 2005.
Andari 2001 mengatakan bahwa post power syndrome tidak hanya dirasakan pada mereka yang telah memasuki masa pensiun, tapi juga dapat
dirasakan oleh individu yang akan memasuki masa pensiun. Hal ini dapat terjadi karena individu menolak datangnya masa pensiun yang diakibatkan adanya
perasaan takut kehilangan kekuasaan yang selama ini dimiliki. Individu tersebut menunjukkan mengalami kesulitan mengatasi tuntutan dari dalam diri maupun
lingkungan sekitarnya. Kesulitan yang dialami terjadi karena keadaan emosi dan fisik yang tidak stabil sehingga membuat individu menunjukkan keadaan fisik
misalnya penyakit, perilaku dan perasaan yang merugikan baik untuk diri sendiri ataupun orang lain misalnya pikiran negatif terhadap orang lain, mudah marah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri sangat penting dilakukan oleh individu yang berada pada masa pra pensiun untuk mempersiapkan
dirinya memasuki masa pensiun yang bahagia. Dinsi 2006 juga menambahkan bahwa memasuki masa pensiun tidaklah
mudah, apalagi bila individu yang bersangkutan memiliki kedudukan atau jabatan yang cukup penting di tempat ia bekerja. Persiapan untuk memasuki masa pensiun
ini sangat penting, baik secara mental ataupun finansial, apalagi dalam masa transisi dimana individu tersebut harus meninggalkan tugas dan tanggung jawab
yang diemban selama masa bertugas, karena hal ini dapat menimbulkan perasaan kehilangan identitas dan perasaan tidak berguna.
Djaini dalam Purnamasari, 2005 mengatakan terdapat fakta yang memperlihatkan bahwa karyawan Pertamina yang menolak masa pensiun
menunjukkan sikap yang negatif, misalnya mudah tersinggung, berprasangka negatif terhadap orang lain saat individu tersebut memasuki masa pra pensiun.
Djaini 1997 juga menambahkan bahwa hal ini dapat terjadi pada karyawan
golongan pimpinan yang berada pada puncak karirnya. Hal ini disebabkan adanya perasaan kecewa karena harus melepaskan segala atribut jabatan,
kekuasaan, status sosial yang dimiliki saat pensiun nanti. Adanya fakta penolakan pensiun pada karyawan menunjukkan bahwa
penyesuaian diri yang dimiliki kurang baik. Fakta tersebut menunjukkan bahwa
proses penyesuaian diri berkaitan dengan gejala post power syndrome. Jika hal ini terjadi pada karyawan golongan pimpinan mungkin gejala yang ditunjukkan akan
lebih parah, karena rasa kehilangan terhadap pendapatan, kekuasaan dan jabatan saat menjelang pensiun akan lebih besar. Selain itu karyawan golongan pimpinan
juga akan merasa kehilangan berbagai fasilitas yang selama ini mereka dapatkan
dari perusahaan. Fasilitas tersebut antara lain mulai dari rumah dinas hingga
fasilitas kesehatan yang diperoleh sampai mereka pensiun. Secara umum karyawan yang tinggal di perumahan dinas Pertamina selama masa aktif kerjanya
akan mendapatkan berbagai kemudahan karena menerima sarana dan prasarana dari perusahaan yang memadai selama bertahun-tahun. Bisa dikatakan bahwa
selama bekerja, mereka berada pada zona aman karena pendapatan dan berbagai fasilitas yang diterima tersebut.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengangkat tema yang berhubungan dengan penyesuaian diri dan pensiun. Namun, belum ada data atau
penelitian yang dapat membuktikan pendapat di atas. Penelitian yang telah dilakukan selama ini berkaitan dengan pensiun adalah dihubungkan dengan
tingkat harga diri Hanayanthi, 2003 dan kecemasan Prastiti, 2005. Sedangkan yang berkaitan dengan penyesuaian diri antara lain dikaitkan dengan efikasi diri
Sudiro, 2004 dan perilaku asertif Pasauran, 2002. Oleh karena itu penelitian
mengenai penyesuaian diri pada karyawan golongan pimpinan ini penting untuk dilakukan.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini mencoba untuk melihat penyesuaian diri yang dilakukan karyawan pada golongan pimpinan yang
memasuki masa pra pensiun.
B. Rumusan Masalah