6. Tulisan yang tidak dapat dibaca
Siswa tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk- bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis sehingga
siswa mengalami kekeliruan karena tidak dapat membaca tulisannya sendiri.
D. Faktor Penyebab Kesalahan
Secara umum faktor penyebab kesalahan dalam belajar matematika dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor kognitif dan faktor
nonkognitif.
a. Faktor kognitif
Suwarsono 1982 berpendapat bahwa, faktor-faktor kognitif
adalah faktor-faktor
yang berhubungan
dengan kemampuan intelektual siswa dan cara memproses atau mencerna
dalam pikirannya materi-materi matematika seperti soal-soal, argumen-argumen, dan lain-lain.
Marpaung 1986 mengatakan bahwa kognitif digunakan pada dasarnya untuk membicarakan hal-hal yang tak dapat diamati
secara langsung. Pengertian kognitif menyangkut hal-hal yang bersifat
internal dalam
hal penerimaan,
pengelolaan, penyimpangan dan pemanggilan informasi dari ingatan kita.
Aspek-aspek kognitif itu meliputi proses, produk, serta syarat-
syarat yang
menyertainya. Setiap
individu mempunyai
kecenderungan yang berbeda dalam hal memberi arti dan mengklasifikasikan informasi-informasi yang mereka terima dari
lingkungannya. Banyak siswa tidak dapat memahami dengan baik matematika
karena mempunyai kemampuan mental yang kurang. Kemampuan mental yang kurang juga dapat menjadi penyebab kesalahan yang
sering terjadi pada siswa. Menurut Marpaung 1986 ada 9 kemampuan mental yang hendaknya dikuasai siswa, yaitu:
1. Kemampuan membandingkan
Kemampuan membandingkan adalah kemampuan untuk melihat
kesamaan atau
perbedaan masalah-masalah
matematika yang dihadapi. 2.
Kemampuan mengatur Kemampuan mengatur adalah kemampuan untuk menaati
aturan-aturan yang ada dalam matematika. 3.
Kemampuan melakukan abstraksi Kemampuan melakukan abstraksi adalah kemampuan melihat
kesamaan pokok dan mengabaikan perbedaan-perbedaan atau sifat-sifat yang tidak mendasar. Untuk mencapai kemampuan
ini siswa harus mempunyai tingkat operasional formal tentang pendewasaan mental. Jika seseorang gagal melakukan
pendewasaan mental, kemungkinan anak akan banyak
mengalami masalah dalam pemahaman konsep-konsep matematika secara umum.
4. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses memperoleh sifat yang sama yang dimiliki oleh sejumlah obyek berdasarkan pengamatan
terhadap himpunan bagian dari obyek tersebut. 5.
Kemampuan klasifikasi Kemampuan klasifikasi adalah kemampuan menggolongkan
obyek atau menetapkan hubungan antar kelas. 6.
Kemampuan konkritisasi atau partikulasi Kemampuan konkritisasi atau partikulasi adalah kemampuan
mentransfer atau mengaplikasikan prinsip umum atas hal-hal khusus.
7. Kemampuan formalisasi
Kemampuan formalisasi adalah kemampuan untuk melihat bentuk dan berfikir secara formal dan menghilangkan makna
atau konteks untuk memperoleh sesuatu yang lebih abstrak. 8.
Kemampuan analogisasi Kemampuan analogisasi adalah kemampuan untuk melihat
hubungan yang sama atau sifat yang sama dalam dua situasi yang berbeda.
9. Kemampuan representasi
Kemampuan representasi
meliputi kemampuan
untuk merepresentasikan ide-ide dalam berbagai modus dan bentuk
representasi enaktif, okonik dan simbolik. Modus enaktif adalah
salah satu
cara merepresentasikan
ide atau
pengetahuannya melalui aktivitas, perbuatan, dan benda-benda konkrit. Merepresentasikan ide dalam modus ikonik dapat
diwujudkan melalui gambar, skema, bagan, grafik dan sejenisnya. Sedangkan representasi dalam modus simbolik
dilakukan melalui lambang-lambang atau simbol-simbol. Dari kesembilan kemampuan yang harus dimiliki siswa
dalam memahami matematika, nampak bahwa diperlukan kemampuan intelektual yang cukup untuk bisa memenuhi
kemampuan-kemampuan tersebut. Apabila seseorang mempunyai kemampuan intelektual terbatas, maka akan ada banyak
kemungkinan kemampuan-kemampuan mental yang seharusnya dikuasai menjadi tidak dikuasai. Hal inilah yang menjadi penyebab
kesalahan sering terjadi pada siswa. b.
Faktor nonkognitif Menurut Burton yang telah dirumuskan Entang 1984:13-14,
menyelusuri latar belakang siswa kesulitan belajar yang membuatnya melakukan kesalahan adalah faktor yang terdapat
dalam diri siswa dan faktor yang terletak di luar diri siswa.
1. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain
kelemahan secara fisik suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna, luka atau cacat, atau sakit,
sehingga sering membawa gangguan emosional, yang menghambat
usaha-usaha belajar
secara optimal.
Kelemahan-kelemahan secara mental baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman
yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, misalnya taraf kecerdasannya
memang kurang atau sebenarnya hanya kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah,
kurang semangat dan sebagainya, juga kurang menguasai ketrampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar.
Kelemahan-kelemahan emosional, misalnya penyesuaian yang salah adjusment terhadap orang-orang, situasi dan
tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan. Kelemahan yang disebabkan oleh karena kebiasaan dan sikap-sikap yang
salah, antara lain: malas belajar atau sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran. Tidak memiliki ketrampilan-
ketrampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti ketidakmampuan membaca, berhitung, kurang
menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi
yang sedang diikutinya secara sekuensial meningkat dan beruntun.
2. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa, antara lain:
kurikulum yang seragam uniform, bahan dan buku-buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat
kematangan dan
perbedaan-perbedaan individu;
ketidaksesuaian standar administratif sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar
mengajar, dan sebagainya; terlalu berat beban belajar siswa dan atau mengajar guru; terlalu banyak kegiatan
di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan extra-curricular.
E. Analisis Kesalahan Matematika