E. Bank
Bank menurut Undang-undang RI no.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang-undang no.7 tahun 1992
adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank di Indonesia menurut jenisnya terdiri dari: Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Umum merupakan bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lal
u lintas pembayaran sedangkan “Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam la
lu lintas pembayaran” UU RI no.10 tahun 1998.
F. Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang no.10 tahun 1998 pasal 21 berkaitan dengan bentuk hukum, bentuk hukum bank
perkreditan rakyat dalam ayat 2 dapat berupa salah satu dari: Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas, dan Bentuk lain yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah. Usaha yang dapat dijalankan oleh bank perkreditan rakyat juga turut
diatur dalam undang-undang. Usaha bank perkreditan rakyat berdasarkan pasal 13 undang-undang republik Indonesia no.10 tahun 1998 meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka,
tabungan danatau
bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; 4.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, danatau tabungan pada bank lain.
Ketentuan mengenai usaha yang tidak diperbolehkan dilarang dijalankan oleh bank perkreditan rakyat terdapat dalam pasal 14, berbunyi:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran; 2.
Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing; 3.
Melakukan penyertaan modal; 4.
Melakukan usaha perasuransian; 5.
Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 13.
G. Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan truth atau faith.
“Kredit dan kepercayaan trust adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Karena tidak akan
mungkin adanya pemberian pinjaman tanpa adanya bangunan kepercayaan di sana dan kepercayaan itu adalah sesuatu yang sangat mahal
harganya” Fahmi
2010: 2. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit kreditur percaya bahwa penerima
kredit debitur di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang
akan datang, menggambarkan bahwa kredit dalam arti ekonomi merupakan penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam
bentuk barang, uang, maupun jasa Suyatno 2003: 12. Berbagai macam penafsiran tentang kredit berkembang seturut
perkembangan ilmu pengetahuan seperti Susatyo Reksodiprojo dalam Rachmat 1987: 1-2 mengemukakan
, “Kredit adalah lalu lintas pembayaran dan penukaran barang dan jasa di mana pihak kesatu memberikan prestasi,
baik berupa uang, barang, jasa ataupun prestasi lain, sedangkan imbangan prestasinya akan diterima kemudian”.
Sedangkan menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa kredit terdiri atas kepercayaan, pihak pemberi kredit kreditur, pihak
penerima kredit debitur dan terdapat kontraprestasi di masa yang akan datang akibat adanya transaksi sekarang.
H. Jenis-jenis Kredit