7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengendalian Intern
Pengendalian intern dalam buku standar profesional akuntan publik yang ditulis oleh Ikatan Akuntan Indonesia 2001: 319.2 didefinisikan sebagai
suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris manajemen dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Definisi pengendalian intern di atas serupa dengan yang diungkapkan oleh Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati 2010: 221, mereka mengartikan
pengendalian intern sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai tujuan- tujuan tertentu yakni: 1 keandalan pelaporan keuangan, 2 menjaga
kekayaan dan catatan organisasi, 3 kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, dan 4 efektivitas dan efisiensi operasi.
Pengendalian intern dapat disimpulkan sebagai suatu proses. Proses ini meliputi serangkaian tindakan yang berkaitan dan terintegrasi, bukan
ditambahkan, dengan infrastruktur suatu entitas. Pengendalian intern tidak hanya berupa pedoman-pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi juga
meliputi unsur manusia pada setiap level organisasi, termasuk dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya.
B. Pentingnya Pengendalian Intern
Alasan pentingnya pengendalian intern bagi manajemen dan auditor adalah karena semakin besarnya luas lingkup dan ukuran entitas bisnis maka
akan semakin kompleks permasalahan internal yang akan timbul dalam entitas tersebut. Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam sistem yang baik
diharapkan akan mampu memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan ketidakberesan yang
terjadi. Beban pelaksanaan audit dapat berkurang sehingga dapat mengurangi biaya audit dengan adanya pengendalian intern yang baik Halim 1995: 162.
Pengendalian intern yang diterapkan dapat membantu auditor untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dalam melakukan
penilaian risiko pengendalian untuk asersi dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.
Jenis bukti audit digunakan auditor untuk memahami perancangan dan implementasi pengendalian intern menurut Hery 2011: 104 dapat berupa
dokumentasi, tanya jawab dengan personel entitas, mengamati personel yang melakukan proses pengendalian, dan melakkan penelusuran kembali atas satu
atau beberapa tansaksi melalui sistem akuntansi dari awal hingga akhir. “Auditor biasanya menggunakan tiga jenis dokumen untuk memperoleh dan
mendokumentasikan pemahamannya atas pengendalian internal, yaitu: naratif,
bagan arus dan kuesioner” Hery 2011: 104.
Naratif merupakan uraian tertulis yang berisi tentang pengendalian intern klien, yang menjelaskan asal-usul setiap dokumen atau catatan dari seluruh
transaksi dan proses yang berlangsung, petunjuk pemisahan tugas, otorisasi serta verifikasi internal. Jenis bukti audit yang lebih mudah dibaca dan
diperbaharui dibandingkan dengan bentuk naratif adalah bagan arus flow chart, yang merupakan diagram yang menunjukkan dokumen klien dan
aliran urutannya dalam organisasi serta sangat bermanfaat karena memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistem klien. Sedangkan
dokumen yang terakhir yang digunakan auditor untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern klien adalah kuisioner.
“Kuesioner berisi serangkaian pertanyaan tentang pengendalian dalam setiap area audit sebagai sarana untuk menemukan kelemahan dalam
pe ngendalian internal klien” Hery 2011: 104 dan biasanya berisi
pertanyaan-pertanyaan terkait kelima komponen pengendalian lingkungan pengendalian, penilaian risiko manajemen, aktivitas pengendalian, informasi
dan komunikasi akuntansi, dan pemantauan atau keenam tujuan audit atas transaksi keterjadian, kelengkapan, keakuratan, posting dan pengikhtisaran,
klasifikasi, dan penetapan waktu transaksi dicatat.
C. Komponen Pengendalian Intern