Sistematika Penulisan Subjek Penelitian

teknologi yang menjadi sarana pendukung bagi pihak bank dalam melakukan penjualan produk asuransi yang telah disepakati. Hal ini memudahkan masyarakat dalam mengefisiensikan waktunya. Tentu dapat dikatakan bahwa dengan daya dukung yang ada akan membuat penetrasi masyarakat terhadap usaha perasuransian di Indonesia lebih meningkat dari sebelumnya. Cukup dengan melalui pihak bank, maka masyarakat yang telah menjadi peserta asuransi ataupun yang belum menjadi peserta asuransi dapat mempersingkat waktu dalam menjalin hubungan dengan peruahaan asuransi terkait.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teoritis dan konseptual, hipotesis dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab ini berisikan tinjauan-tinjauan teori yang digunakan dalam peneltian ini dan mempunyai hubungan dengan penelitian. Adapun teori-teori yang dijabarkan adalah mengenai Strategi, Tingkatan-Tingkatan Strategi, Perumusan Strategi, Konsep Penjualan, Konsep Pemasaran, Hubungan Antara Strategi Dengan Pemasaran, Perencanaan Strategik, Mendefinisikan Misi Perusahaan, Tinjauan Mengenai Asuransi yang mencakup kepada Gambaran Umum Mengenai Sejarah Asuransi serta Konsep Asuransi, dan membahas Tinjauan Mengenai Bancassurance yang merujuk pada Gambaran Umum Mengenai Sejarah Bancassurance dan Konsep Bancassurance. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi mengenai metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan data-data bagi penelitian ini. BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan gambaran mengenai gambaran umum dari PT. BNI Life Insurance sebagai subjek penelitian dan pembahasan yang menyangkut rumusan masalah pada penelitian ini. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Inti dari bab ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijalankan dan saran-saran yang merupakan pandangan objektif dari peneliti. 18 BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Mengenai Strategi

1. Strategi

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi perusahaan diartikan juga sebagai rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya.

a. Tingkatan-Tingkatan Strategi

Dalam kaitannya dengan sebuah strategi perusahaan, terdapat tiga tingkatan strategi dalam perusahaan, yaitu: 1. Strategi Korporat Perusahaan Oleh para pimpinan puncak akan didefinisikan industri dimana perusahan akan bersaing dan juga dikembangkan suatu rencana jangka panjang dari organisasi. Strategi ini berhubungan dengan pengalokasian dan pengelolaan sumbersumber daya untuk mencapai misi dan tujuan organisasi dengan menyatukan unit-unit bisnis yang berbeda menjadi suatu strategi organisasi yang menyeluruh. 2. Strategi Bisnis Lebih menitikberatkan pada pembuatan keputusan-keputusan strategik yang melibatkan posisi bersaing dari sebuah produk atau pangsa pasar tertentu pada sebuah divisi. 3. Strategi Fungsional Berhubungan langsung dengan pembuatan keputusan- keputusan yang menyangkut divisi-divisi pendukung dalam rangka memproduksi dan memasarkan produk hingga sampai di tangan pelanggan.

b. Perumusan Strategi

Dalam merumuskan strategi ada empat 4 hal yang harus diperhatikan, yaitu misi baik luas ataupun sempit, tujuan, strategi, dan kebijakan. Sedangkan pada pengartian lainnya bahwa proses pembuatan strategi terdiri dari empat 4 elemen, yaitu: 1 Identifikasi masalah-masalah stretegik yang dihadapi oleh organisasi. 2 Pengembangan alternatif-alternatif stretegi yang ada dengan mempertimbangkan strategi generik serta variasinya. 3 Evaluasi dari tiap alternatif. 4 Penentuan atau pemilihan strategik yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia 12 . B. Tinjauan Penjualan Dan Pemasaran 1. Konsep Penjualan Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen dan bisnis, jika ditinggalkan sendiri, biasanya tidak akan membeli cukup banyak produk- produk organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep penjualan dipraktikkan paling agresif pada barang-barang yang tidak dicari, barang-barang yang biasanya tidak dipikirkan oleh pembeli untuk dibeli, seperti asuransi ataupun ensiklopedia. Perusahaan mempraktikkan konsep penjualan ketika mereka memiliki kapasitas berlebih. Tujuannya adalah untuk menjual apa yang mereka buat 13 . Konsep penjualan adalah salah satu kecenderungan bisnis yang umum. Konsep penjualan menganggap bahwa konsumen umumnya menunjukkan kelambanan atau penolakan untuk membeli dan harus diyakinkan untuk membeli. Konsep ini juga menganggap bahwa perusahaan memiliki 12 Fitriadi, Barkah, STRATEGI BERSAING: SUATU KAJIAN PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN GUNA MERAIH KEUNGGULAN KOMPETITIF Studi pada PT. Ongkowidjojo, Malang, Vol. 5, No. 1, 2013, h.2-3 13 Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Penerjemah Benyamin Molan, Ed.12, Jilid 1, PT. INDEKS, 2009, h.18-19 seperangkat alat penjualan dan promosi efektif untuk merangsang pembelian yang lebih banyak 14 . Penjualan merupakan tujuan dari pemasaran, artinya perusahaan akan berupaya melakukan kegiatan penjualan untuk menghabiskan produk yang dihasilkan 15 . Karena penjualan merupakan salah satu fungsi dari pemasaran. Penjualan dalam konteks pemasaran begitu urgen, karena dapat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pemasaran. Keberhasilan dalam program pemasaran sangat ditunjang oleh penjualan. Karena penjualan memegang posisi sentral untuk meraih keberhasilan. Penjualan yang dilakukan secara positif memberikan efek jangka panjang dan dapat mempertahankan eksistensi usaha dimasa yang akan datang 16 .

2. Konsep Pemasaran

Pemasaran sering diartikan sebagai proses penjualan barang dan jasa, tetapi apabila dilihat lebih mendalam pengertian pemasaran mempunyai aspek yang lebih luas. Dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan suatu sistem dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan dan ditujukan untuk merencanakan, mendistribusikan dan mempromosikan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan dan 14 Kotler, Philip, dkk, Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia, h.23 15 Zulkarnain, Ilmu Menjual Pendekatan Teoritis dan Kecakapan Menjual, Ed.1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h.10 16 Ibid., h.12-13 kebutuhan konsumen. Kegiatan pemasaran haruslah dikoordinasikan dan dikelola dengan baik 17 . Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Pemasaran sendiri berfokus pada kebutuhan pembeli, serta mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana-sarana produk 18 . Pada umunya setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep-konsep tersebut sifatnya dinamis, karena berkembang atau berevolusi seiring dengan perjalanan waktu 19 . Pada aspek lain, orientasi pemasaran memiliki arti bahwa perusahaan atau pengorganisasian berencana operasinya sesuai dengan kebutuhan pasar. Tujuan perusahaan harus memenuhi kebutuhan pelanggan bukan hanya untuk menggunakan fasilitas produksi yang ada, namun dengan cara menganalisis kebutuhan pelanggan melalui pegungkapkan, 17 Sukotjo, Hendri dan Sumanto Radix A., Analisa Marketing Mix-7P Produk, Price, Promotion, Place, Partisipant, Process, dan Physical Evidence terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di Surabaya, Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1, No. 2, Oktober 2010, h.216 18 Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, h.19 19 Tjiptono, Fandy, Pemasaran Jasa Prinsip, Penerapan, Penelitian, Ed.1, Yogyakarta: ANDI, 2014, h.4 pegembangan produk yang akan memenuhi kebutuhan mereka, dan menunjukkan kualitas kebutuhan 20 . Orientasi strategis mengacu pada bagaimana suatu organisasi menggunakan strategi untuk beradaptasi danatau mengubah aspek sebuah lingkungan untuk keselarasan yang lebih menguntungkan 21 .

a. Hubungan Antara Strategi Dengan Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, di mana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hubungan strategi dan pemasaran menjadi penting dalam dunia bisnis, Karena pada hakikatnya hubungan ini merupakan langkah-langkah kreatif yang berkesinambungan yang diupayakan oleh sebuah perusahaan guna mencapai target pemasaran yang baik 22 . Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi, hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa-jasa, untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya. Perencanaan dan eksekusi menunjukan bahwa pemasaran membutuhkan strategi dengan kemungkinan memperoleh keuntungan, kelancaran penerimaan 20 Gronroos, Christian, Designing a Long Range Marketing Strategy for Services, Long Range Planning, Vol. 13, April 1980, page 36 21 Manu, Franklyn A. and Ven Sriram, Innovation, Marketing and Performance Strategy, Environment, Journal of Business Research 35, 1996, page 79 22 Hermawan, Agus, Komunikasi Pemasaran, Jakarta: PENERBIT ERLANGGA, 2012, h.33 pembayaran, investasi yang dibutuhkan, produk yang ingin dibuat, dan sebagainya 23 .

b. Perencanaan Strategik

Perencanaan formal memberikan sejumlah manfaat, yakni, mendorong perusahaan memperbaiki kebijakannya dan mempertajam sasarannya, memungkinkan terkoordinasikannya langkah-langkah perusahaan secara lebih baik, dan menyediakan kinerja baku yang lebih jelas untuk pengendalian. Dan perencanaan yang baik membantu perusahaan mengantisipasi dan dengan cepat menanggapi perubahan lingkungan serta kesiapsiagaan yang lebih baik untuk menghadapiperkembangan-perkembangan mendadak. Perencanaan strategik mengandalkann pada pengembangan suatu misi perusahaan yang jelas, sasaran pendukung, sebuah portfolio bisnis yang sehat, dan strategi-strategi fungsional yang terkoordinasi 24 .

c. Mendefinisikan Misi Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan didirikian adalah untuk mencapai sebuah tujuan, yang dipikul secara bersama-sama dengan para anggotanya untuk mencapai suatu tujuan yang hendak di capai. Tujuan tersebut tertuang dalam visi dan misi yang di emban oleh sebuah perusahaan atau organisasi, agar dalam perjalanannya tetap 23 Kasali, Rhenald, Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targeting, dan Positioning, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, h.53-54 24 Kotler, Philip Gary Amstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, Ed.6, h.51-52 poada jalur yang dikehendaki secara kolektif. Pernyataan misi merupakan pernyataan paling baik ketika pernyataan itu mencerminkan visi yang memberikan arah bagi perusahaan. Pernyataan misi yang baik mempunyai lima karakteristik utama. Pertama, memfokuskan diri pada jumlah tujuan yang terbatas. Kedua, pernyataan misi menekankan kebijakan dan nilai utama perusahaan. Ketiga, pernyataan misi mendefinisikan bidang kompetitif utama tempat perusahaan akan beroperasi. Karakteristik keempat dari pernyataan misi adalah bahwa pernyataan misi mengambil pandangtan jangka panjang. Pernyataan misi harus dapat bertahan, pengubahan pernyataan misi hanya ketika misi tersebut sudah tidak relevan lagi. Terakhir, pernyataan misi yang baik adalah pernyataan misi yang pendek, mudah diingat dan mempunyai arti 25 . C. Tinjauan Mengenai Asuransi 1. Gambaran Umum Mengenai Sejarah Asuransi Secara bahasa, kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, ‘insurance’, yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi populer dan diadopsi dengan padanan kata ‘pertanggungan’ 26 . Sedangkan dalam bahasa lainnya, kata ‘asuransi’ berasal dari bahasa Belanda ‘assurantie’ yang dalam hukum Belanda disebut verzekering bermakna ‘pertanggungan’. Dari peristilahan 25 Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, h.43-45 26 Ningrum, Ririn Tri Puspita, ASURANSI SYARIAH Analisa Historis Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah Perspektif Manhaj Al-Kully, El-Wasathiya Jurnal Studi Agama, Vol. 1, No. 1, 2013, h.50 assurantie, kemudian muncul istilah assuradeur bagi ‘penanggung’ dan greassureerde bagi’ tertanggung’. Dalam bahasa Inggris asuransi diistilahkan dengan insurance , ‘penanggung’ diistilahkan dengan insurer dan ‘tertanggung’ diistilahkan dengan insured 27 . Secara konsep, asuransi telah dipraktekkan sejak lama oleh manusia, khususnya dalam aspek perdagangan. Hal ini disebabkan karena dalam wilayah perdagangan memuat ketidakpastian dalam berbagai hal. Yang pada akhirnya dapat membuat kerugian bagi manusia atau kelompok manusia yang berkecimpung didalamnya. Sejarah panjang asuransi merupakan usaha manusia untuk saling membantu menanggulangi risiko antara satu dengan lainnya. Sebuah usaha bersama agar tetap menjaga stabilitas keadaan yang ada. Adapun diketahui bahwasannya sejarah asuransi tertua dapat ditelusuri sampai sekitar 4.000 tahun silam dalam bentuk upaya para pemilik kapal atau para pedagang bangsa Babylonia yang hidup di antara sungai Euphrat dan Tigris untuk melindungi usaha mereka terhadap ketidakpastian. Dengan cara bahwa mereka dapat meminjam uang dari pedagang lain yang bertindak sebagai kreditur dengan menggunakan kapalnya atau barang dagangan sebagai sebuah jaminan. Pemilik kapal atau pedagang 27 Puspitasari, Novi, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ASURANSI ISLAM SERTA PERBEDAANNYA DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol. X, No. 12011, h.36 akan membayar utangnya setelah kapal selamat sampai tujuan beserta sejumlah tambahan biaya kepada kreditur yng bertindak sebagai penanggung risiko. Peminjam dibebaskan dari utangnya apabila kapal atau barang dagangan tidak selamat samapai di tujuan. Di sisi lain, pada masa pemerintahan Alexander The Great di Yunani, sebagai upaya untuk mengumpulkan dana, pemerintah memberikan jaminan untuk menangkap setiap budak yang melarikan diri atau memberikan penggantian atas harga beli budak yang hilang dengan imbalan pembayaran sejumlah uang. Perjanjian pemberian manfaat tersebut pada dasarnya sama dengan perjanjian asuransi umum dan imbalan uang yang dibayar oleh peserta dapat disebut premi 28 . 2. Konsep Asuransi Dalam asuransi dikenal adanya Tertanggung dan Penanggung. Tertanggung adalah konsumenpeserta asuransi yang segala risiko atas perjanjiannya dilindungi oleh Penanggung. Penanggung disini ialah perusahaan asuransi yang menjadi pelindung bagi para peserta asuransinya dari segala bentuk risiko. Asuransi merupakan suatu kemauan untuk menetapkan kerugian- kerugian kecil sedikit yang sudah pasti sebagai pengganti subtitusi kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Orang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang, agar bisa menghadapi 28 Ganie, A. Junaidi, Hukum Asuransi Indonesia, h.31-32 kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu mendatang. Dapat diartikan bahwa segala kerugian yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, di transfer atau dipindahkan shift kepada perusahaan asuransi 29 . Dalam asuransi tidak dikenal istilah menang dan kalah layaknya dalam sebuah perjudian. Munculnya pemikiran untuk menyandingkan asuransi dengan perjudian bisa dikatakan hal yang wajar karena asuransi menanggung hal-hal yang tidak pasti terjadi, namun perkiraan-perkiraan untuk sebuah kejadian buruk sudah diprediksi melalui pembayaran premi. Namun dalam asuransi lebih mengenal pada aspek kerugian. Tertanggung membayar premi sebagai biaya dan bila terjadi klaim akan menerima ganti rugisantunan sebesar kerugian yang diderita. Apabila tidak terjadi klaim berarti tidak ada kerugian, karena harta benda yang dipertanggungkan tetap ada dan menjadi miliknya. Di asuransi juga terdapat kontrak atau perjanjian asuarnsi, dimana kontrak asuransi dibuat atas dasar prinsip saling percaya dan itikad baik antara Tertanggung dan Penanggung utmost good faith principles. Kontrak atau perjanjian asuransi itu disebut polis yang menjadi perikatan antara kedua belah pihak. Isi dari polis itu sendiri mencakup : a. Luas jaminan pertanggungan. b. Hal-hal atau risiko yang tidak dijamin atau dikecualikan. 29 Salim, Abbas, Asuransi Manajemen Risiko, Ed.2, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.1 c. Persyaratan umum dan persyaratan khusus 30 . D. Tinjauan Mengenai Bancassurance 1. Gambaran Umum Mengenai Sejarah Bancassurance Aktifitas Bancassurance pertama yang tercatat adalah pada tahun 1860, ketika CGER sebuah bank tabungan dari Belgia mulai menjual produk asuransi hipotek-linked. Bancassurance sebagai istilah pertama kali muncul di Perancis pada tahun 1980, untuk menentukan penjualan produk asuransi melalui saluran distribusi bank. Ini adalah pengaturan dimana cabang-cabang dari bank mendistribusikan produk asuransi atau Cabang dari bank mendistribusikan produk yang dikembangkan oleh perusahaan asuransi. Bentuk dari konglomerasi keuangan ini telah berkembang pesat sejak tahun 1980-an ketika margin bunga pinjaman menurun terus dan bank mulai menggali sumber-sumber pendapatan baru. Seperti dari awal 1990-an, Bancassurance telah menjadi saluran distribusi utama di banyak pasar asuransi. Eropa adalah pusat dari praktek Bancassurance. Ini telah menjadi model yang sukses di negara-negara Eropa dengan kontribusi 35 dari pendapatan premi di pasar asuransi jiwa Eropa. Lalu memberikan kontribusi lebih dari 65 pada pendapatan premi asuransi di Spanyol 60, di Perancis 50, di Belgia dan Italia 31 . 30 Sendra, Ketut, Klaim Asuransi: Gampang, Jakarta: BMAI dan Penerbit PPM, 2009, h. 4-6 Sedangkan di Asia sendiri, khususnya negara-negra Asia Timur yaitu di Korea Selatan dan Taiwan, Bancassurance dikenal sebagai cross-selling produk asuransi ke pelanggan bank. Meskipun pola Bancassurance terlambat masuk ke negara-negara ini, kemunculan Bancassurance menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam dekade terakhir, terutama yang dipimpin oleh Korea digabungkan dengan kinerja penjualan yang tinggi di Taiwan. Pada tahun 2008 pasar Bancassurance Korea tumbuh dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 16 dari tahun 2005. Di Taiwan, pasar Bancassurance meraih 69 dari usaha perasuransian. Tren ini telah mengakibatkan dampak yang signifikan pada negara-negara Asia Timur. Negara-negara ini tidak hanya telah menjadi pemain utama di Timur Asia, akan tetapi mereka juga diharapkan untuk bermain dalam peran utama di ekonomi global dan pasar keuangan 32 . Sedangkan, keberadaan Bancassurance sebagai praktek ekonomi yang diperankan oleh bank dan perusahaan asuransi sesungguhnya belum lama hadir di Indonesia. Praktek Bancassurance ini mulai diperkenalkan pada pertengahan tahun 1990-an. Pada awalnya hanya bank dan perusahaan asuransi tertentu yang menerapkan penjualan berbasis Bancassurance. 31 Ghimire, Rabindra, Bancassurance: A Tool of Integrating Insurance and Banking Industries, Mirmire Monthly, Year 42, issue 3, Vol. 322, 2013, page 2 32 Jung Kee Hong and You-il Lee, Bancassurance in East Asia: Cultural impact on customers’ cross- buying behavior, Journal of Financial Services Marketing, Vol. 19, No. 3, 2014, page 234-235 Belum banyak yang mengenal mengenai Bancassurance karena memang pengimplementasiannya pada saat itu masih sangat jarang. Namu, sejalan dengan perkembangan masyararakat Indonesia dari waktu ke waktu maka dewasa ini telah banyak bank dan asruansi di Indonesia yang menawarkan produk bersama berupa Bancassurance 33 . Kehadiran Bancassurance di beberapa bank dengan hasil kerjasama dengan perusahaan asurnsi merupakan respon dari kebutuhan ataupun permintaan masyarakat akan jasa asuransi dengan keterbatasan akses dan waktu.

2. Konsep Bancassurance

Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan Bancassurance adalah aktivitas kerja sama antara Perusahaan Asuransi dengan bank dalam rangka memasarkan produk asuransi melalui bank yang dapat diklasifikasikan dalam 3 tiga model bisnis yaitu: a. Referensi Dalam model bisnis ini, bank berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada calon pemegang polistertanggung. Model bisnis referensi dapat dibedakan menjadi: 1 Referensi dalam rangka produk bank. Dalam model bisnis ini bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi kepada calon pemegang 33 Irsyad, M., Bancassurance, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, September 2001 polistertanggung, yang merupakan persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan. 2 Referensi tidak dalam rangka produk bank. Dalam model bisnis ini bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi kepada calon pemegang polis yang tidak menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan. b. Kerja Sama Distribusi Dalam model bisnis ini bank berperan memasarkan produk asuransi dengan cara memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut secara langsung kepada calon pemegang polistertanggung melalui tatap muka danatau menggunakan sarana komunikasi jarak jauh. c. Integrasi Produk Dalam model bisnis ini bank berperan memasarkan produk asuransi kepada calon pemegang polistertanggung dengan cara menggabungkan produk asuransi dengan produk bank 34 . 34 Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan SEOJK NomorSEOJK.052016 Tentang Saluran Pemasaran Produk Asuransi Melalui Kerja Sama Dengan Bank Bancassurance 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Dalam sebuah penelitian perlu adanya subjek penelitian dari sumber tertentu untuk mendapatkan data yang dibutuhkan terkait hubungannya dengan penelitian yang sedang dijalankan. Data dari subjek penelitian inilah yang akan menjadi bahan penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Karena penelitian kali ini mengangkat mengenai industri asuransi, maka Peneliti menetapkan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. BNI Life Insurance, yang beralamat di BNI Life Tower Lantai 21 The Landmark Center, Jl. Jenderal Sudirman, No. 1, 12910.

B. Jenis Penelitian