18 infeksi patogenik dan oportunistik dipengaruhi kuat oleh kemampuan
imunostimulasinya. Penggunaan bakteri probiotik berdasarkan pada mekanisme kompetisi dan
perannya sebagai imunostimulasi sistem imun merupakan dua metode pencegahan yang dikembangkan dalam melawan penyakit selama beberapa tahun terakhir ini
Fuller 1992. Tiga isolat bakteri probiotik yaitu: Pseudoalteromonas 1Ub Tepu 2006, V. alginolyticus SKT-b Widanarni et al. 2003 dan Bacillus sp. telah diuji
mampu menghambat pertumbuhan V. harveyi secara in vitro dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva udang pada uji in vivo. Bakteri probiotik
V. alginolyticus 13G1, Vibrio sp.13B dan Vibrio sp. 8A diketahui mampu
menghambat pertumbuhan V. harveyi pada larva udang Sasanti 2007. Namun belum diketahui kemampuan imunostimulasi dari bakteri-bakteri tersebut,
sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji kemampuan imunostimulasinya.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menapis isolat bakteri probiotik yang memiliki sifat imunostimulasi pada sistem imun udang dan memproteksi terhadap
infeksi patogen pada udang vaname Litopenaeus vannamei.
19
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pertahanan Tubuh Udang
Mekanisme pertahanan pada krustasea sebagian besar bergantung pada sel- sel darah dan proses hemolim. Darah udang tidak mengandung haemoglobin,
sehingga darahnya tidak berwarna merah. Peran haemoglobin digantikan oleh haemosianin yaitu suatu protein mengandung Cu yang berfungsi untuk transport
oksigen dan sebagai buffer dalam darah krustasea Maynard 1960. Hemosit memainkan peranan penting pada pertahanan tubuh krustasea yaitu
dapat menghilangkan partikel asing yang masuk ke tubuh udang, meliputi tahap- tahap pengenalan, fagositosis, melanisasi, sitotoksis dan komunikasi sel
Johansson et al. 2000. Pada krustasea dekapoda ada tiga tipe sirkulasi hemosit. Tipe ini didasarkan
pada keberadaan sitoplasma granula yaitu hialin, semi granular setengah berisi butir kecil dan sel granular berisi butir kecil masing-masing memiliki morfologi
dan fisiologi tertentu. Hialin berukuran 6-13 μm merupakan sel dengan
perbandingan inti lebih tinggi dari sitoplasma dan memiliki sedikit granul sub- mikron. Semi granular berukuran 10-20
μm merupakan sel dengan perbandingan inti lebih rendah dari sitoplasma dan memiliki granul sub mikron dan mikron serta
adanya granul refractile. Semi granular memperlihatkan kapasitas mengenali dan merespons partikel unsur atau molekul asing Ramu and Zacharia 2000 atau
dikenal sebagai sel aktif dalam enkapsulasi Johansson et al. 2000. Granul berukuran 12-25
μm merupakan sel dengan perbandingan inti lebih rendah dari sitoplasma berisi butiran halus dan bertanggung jawab mengaktifkan sistem
prophenoloksidase sistem proPO Ramu and Zakaria 2000. Sel semi granular dan granular melakukan fungsi sistem proPO sedangkan sel hialin melakukan
fagositosis dalam imunitas krustasea Wang and Chen 2006. Udang penaeid memiliki pertahanan internal terhadap patogen seperti virus,
bakteri, fungi dan metazoa Sindermann 1990. Menurut Ramu and Zacharia 2000, mekanisme pertahanan krustasea bersifat non spesifik atau kurang bisa
mengembangkan sistem kekebalan spesifik dimana memorinya sangat lemah tidak memiliki sel memori, dibandingkan vertebrata tingkat tinggi lainnya yang
20 mempunyai antibodi spesifik atau komplemen. Soderhall and Cerenius 1992
menyatakan bahwa invertebrata seperti udang tidak mempunyai immunoglobulin yang berperan dalam mekanisme kekebalan tubuh. Udang memiliki respons
imunitas yang meliputi respons seluler dan humoral yang bersifat nonspesifik Mori 1990; Johansson and Soderhall 1985; Itami et al. 1994. Sistem pertahanan
selular meliputi fagosit sel-sel hemosit, nodulasi dan enkapsulasi. Sistem pertahanan humoral mencakup phenoloksidase PO, prophenoloksidase proPO,
letin, dan aglutinin. Kedua sistem ini bekerja sama memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi organisme patogen dari lingkungan Itami 1994. Menurut
Johansson and Soderhall 1989; Liu et al. 2004, PO terdapat dalam hemolim sebagai inaktif pro-enzim yang disebut proPO proPO adalah non-self recognation
sistem yang terdapat pada arthropoda dan invertebrata lain. Transformasi proPO menjadi PO melibatkan beberapa reaksi yang dikenal sebagai proPO aktivating
sistem. Prophenoloksidase proPO dan phenoloksidase dilibatkan dalam enkapsulasi, melanisasi dan berfungsi sebagai sistem non self regonition. proPO
diaktifkan oleh prophenoloksidase activating enzim PPA. Sedangkan PPA ini bisa diaktifkan oleh lipopolisakarida seperti
β-1,3 glukan, lipopolisakarida atau peptidoglikan dari mikroorganisme melalui pola pengenalan protein. PPA
merupakan protein yang berlokasi di granulosit. Akibat pengaktifan proPO menjadi PO maka dihasilkan protein faktor opsonin yang merangsang fagositosis
hialosit Johansson and Soderhall 1989. Udang apabila mengalami luka maka akan muncul suatu titik berpigmen hitam. Hal ini disebabkan karena kerja
phenoloksidase PO, yang mendukung hidroksilasi phenol dan oksidasi 0-phenol menjadi quinones yang diperlukan untuk proses melanisasi sebagai respon
terhadap penyerang asing dan selama proses penyembuhan. Quinone selanjutnya diubah melalui suatu reaksi non-enzimatik menjadi melanin dan sering disebut
deposit pada benda yang dienkapsulasi dalam nodule hemosit dan pada daerah kulit yang terinfeksi jamur. Sritunyalucksana et al 2001. Skema mekanisme
bagaimana faktor-faktor pada sistem pertahanan udang berperan penting dalam respon terhadap partikel non self dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar ini
terlihat bahwa hemosit yang bersirkulasi memainkan peranan penting tidak hanya
21 secara langsung menghambat dan membunuh agen infeksi tetapi juga melalui
sintesis dan eksositosis sejumlah molekul bioaktif yang aktif.
β-1,3 Glukan Peptidoglikan
Live Bacteria Bacterial antigen
Gambar 1 Mekanisme sistem pertahanan pada krustasea Smith et al. 2003
Semigranular haemocyte Hialinocyte
granular haemocyte β-1,3 Glukan binding protein
βGBP
Phagositosis Degranulation
Prophenoloksidase proPO
Antiacterial peptides peroxinectin
Phenoloksidase PO Degranulation
Aktive serine protease ppa
Phenolic coumpount Quinones
Melanios Cell adhesion
Release of reactive Opsonosation
Encapsulation Inactive serine protease
proppa
22 Terdapat dua tipe pengenalan protein dalam plasma udang, yaitu LPS-
binding aglutinin berperan sebagai opsonin untuk meningkatkan indeks fagositosis dan
β-glukan binding protein yang dapat merangsang degranulasi dan aktivasi dari sistem prophenoloksidase Soderhall et al. 1988.
AglutininLektin adalah protein yang biasanya tanpa aktivasi katalitik yang mempunyai kemampuan mengikat spesifik karbohidrat yang terdapat pada
permukaan sel serta melakukan aglunitasi berbagai tipe sel seperti sel bakteri dan sel patogen lainnya. Lektin adalah bivalent molekul yang mempunyai paling
sedikit dua spesifik binding site, sehingga dapat mengikat sel dan reaksi aglutinasi terjadi. Lektin terdapat pada hampir semua organisme hidup. Secara
normal aglutinin tidak meningkatkan aglutinasi haemosit, tetapi jika aglutinin bereaksi dengan LPS yang mengandung partikel, protein ini mampu bereaksi
dengan permukaan hemosit dan meningkatkan aktifitas proPO sistem Marques and Barracco 2000.
Meningkatnya pertahanan tubuh dapat diketahui dengan meningkatnya aktifitas sel-sel fagosit dari hemosit. Sel-sel fagosit ini berfungsi untuk melakukan
fagositosis terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh inang. Fagositosis merupakan mekanisme pertahanan non spesifik yang secara umum mampu
melindungi adanya serangan penyakit. Hemosit dikenal sebagai faktor yang sangat penting dalam sistem pertahanan seluler yang bersifat non spesifik. Untuk
mengetahui bahwa hemosit merupakan pertahanan tubuh yang bersifat seluler dapat dilihat dari kemampuannya dalam aktifitas fagositosis yang dapat
meningkat pada kejadian infeksi. Dengan adanya infeksi akan merangsang sistem pertahanan non spesifik seluler sehingga diharapkan dapat menangkal serangan
penyakit Fountain et al. 1974. Fagositosis merupakan reaksi yang paling umum dalam pertahanan seluler.
Jumlah sel fagositik bervariasi dari 2 – 28 dari jumlah total sel darah. Fagosit dapat terjadi pada luka, didalam organ penyaringan, jaringan sistem peredaran dan
dalam cairan tubuh. Kemampuan fagosit dalam membinasakan serangan mikroba bervariasi tergantung pada jenis mikroorganisme. Selama proses fagositosis,
partikel atau mikroorganisme dimasukkan ke dalam sel yang kemudian sel membetuk digestive vacuola yang disebut fagosome. Le Moullac et al. 1997.
23 Eliminasi partikel yang difagosit melibatkan enzim pengurai yang dilepaskan ke
dalam fagosom dan pembentukan ROI Reaktive Oxygen Intermediate yang dikenal sebagai respirotory burst. ROI pertama yang dihasilkan adalah superoxide
anion O
2 -
. Reaksi berikutnya menghasilkan hydrosuperoxide H
2
O
2
, hydroxyl radicals OH
-
dan singlet oksigen O
-
. Hydrosuperoxide dapat diubah menjadi hypochlorous acid HOCl
-
melalui myeloperoxide sistem membentuk sistim antibakterial potensial Munoz et al. 2000.
2.2 Bakteri Probiotik Pada Udang Budidaya