Diferensial hemosit Uji kerentanan udang yang diberi bakteri probiotik terpilih terhadap infeksi patogen.

38 20 40 60 80 2 4 6 Waktu Hari S el H ia lin 13G1 8A SKT-b Kontrol b c a b b b a b a b c b a a a a 20 40 60 2 4 6 Waktu Hari Se l Se m i G r a nul a r 13G1 8A SKT-b Kontrol a ab b ab a a c b a b ab ab a b b b 20 40 60 2 4 6 Waktu Hari S el G ran u lar 13G1 8A SKT-b Kontrol c c a b b a b b b a b b a c bc a b c

4.2.2 Diferensial hemosit

Persentase sel hialin, semi granular dan granular secara nyata berbeda diantara perlakuan Gambar 3. Gambar 3. Differensial hemosit pada udang L. vannamei 39 Sel hialin merupakan sel dengan perbandingan inti sel lebih tinggi dari sitoplasma dan memiliki sedikit granula. Sel hialin melakukan fungsi dalam imunitas sebagai fagositosis Johansson et al. 2000. Persentase sel hialin berkisar antara 31-81. Persentase sel hialin memperlihatkan perbedaan yang nyata pada hari ke-0 sebelum uji tantang, dimana udang yang diberi bakteri probiotik V. alginolyticus 13G1 lebih tinggi dari kontrol. Setelah uji tantang perbedaan sel hialin terdeteksi pada hari ke-4 dimana kontrol lebih tinggi dari bakteri probiotik lainnya dan setelah hari ke-6 sel hialin untuk semua perlakuan sama. Sel semi granular merupakan sel dengan jumlah inti sel yang lebih rendah dibandingkan sitoplasmanya. Sel semi granular berperan dalam enkapsulasi, sitotoksis dan melepaskan sistem proPO Johansson et al. 2000. Persentase sel semi granular berkisar pada 13-49. Tidak terdapat perbedaan yang nyata untuk semua perlakuan sebelum diuji tantang. Setelah uji tantang terdapat perbedaan yang nyata pada hari ke-2 dimana bakteri probiotik V. alginolyticus SKT-b lebih tinggi p0,05 dari bakteri probiotik lainnya dan kontrol. Sel Granular merupakan sel dengan perbandingan inti sel lebih rendah dari sitoplasma. Sel ini berfungsi dalam menyimpan dan melepaskan sistem proPO maupun sebagai sitotoksis bersama-sama dengan sel semi granular Johansson et al . 2000. Persentase sel granular berkisar 6-42. Persentase sel granular secara nyata berbeda diantara perlakuan. Pada hari ke-0 persentase sel granular secara nyata lebih tinggi pada udang yang diberi bakteri probiotik V. alginolyticus SKT-b. Setelah uji tantang perbedaan sel granular terdeteksi pada hari ke-2, 4 dan ke-6 dimana semua udang yang diberi bakteri probiotik lebih tinggi p0,05 dari kontrol. Peningkatan sel hialin sebelum uji tantang menyebabkan kemampuan fagositosis dari sel ini juga meningkat sehingga ketika diuji tantang udang dapat bertahan dari serangan mikroorganisme. Penurunan sel hialin setelah uji tantang merupakan implikasi dari peningkatan sel-sel granulosit. Dalam hal ini sel-sel hialin dan semi granular merupakan bakal atau prekusor dari sel-sel granulosit. Dengan demikian sel-sel granulosit yang terbentuk pada dasarnya merupakan sel-sel matang dari kedua jenis sel lainnya. Peningkatan sel-sel granulosit setelah 40 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 2 4 6 Waktu Hari P O O D 49 n m 13G1 8A SKT-b Kontrol c c b a a c b b b b b a b a b c perlakuan dengan pemberian probiotik menunjukkan bahwa bakteri probiotik mampu mempercepat proses pematangan sel-sel granulosit. Peningkatan sel granular dalam penelitian ini menyebabkan kemampuan sel ini untuk melepaskan sistem proPO juga meningkat. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengukuran phenoloksidase gambar 4 dimana terjadi peningkatan aktifitas phenoloksidase pada semua udang yang diberi bakteri probiotik.

4.2.3 Aktifitas Phenoloksidase PO