2.7 Karakteristik Aus Mata Pisau
Keausan atau penumpulan mata pisau pengerat kayu secara umum merupakan suatu proses yang menyebabkan pisau tersebut tidak layak digunakan
lagi dalam pengerjaan kayu. Keausan atau penumpulan mata pisau pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor mekanis dan faktor kimiawi.
Keausan mata pisau secara kimiawi ditandai dengan adanya korosi pada permukaan mata pisau yang digunakan untuk memotong kayu.
Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah perkaratan. Perkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam yang pada
dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan yang mengandung air dan oksigen. Faktor
yang cukup besar pengaruhnya terhadap peristiwa korosi adalah gerakan dari logam di dalam suatu media Susanti 2008. Penumpulan pisau pengerat kayu
dapat terjadi secara cepat dimana bagian kontak pisau mengalami kerusakan serius dalam tempo singkat, atau secara berangsur melalui pengikisan mikroskopis
partikel logam oleh kayu yang berlangsung secara kontinu Balfas 1994. Aus mata pisau secara mekanis terjadi karena adanya gesekan antara kayu
dengan bahan pisau pada saat pemotongan yang menyebabkan pengikisan partikel logam pada pisau. Darmawan 2000 menyatakan bahwa aus pisau secara mekanis
disebabkan karena adanya gesekan pada proses pemotongan akibat adanya bahan- bahan abrasif seperti silika, pasir, debu, dan semen. Semakin tinggi kandungan
silika yang terdapat pada kayu atau papan komposit maka semakin tinggi pula laju keausan pisau. Klamecki 1979 dalam Balfas 1994 menyatakan bahwa
penumpulan yang terjadi pada pisau memiliki pengaruh yang langsung terhadap kualitas permukaan kayu yang dikerjakan. Hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan cara untuk menentukan penumpulan pada pisau tersebut. Namun demikian pengukuran penumpulan pisau umumnya dilakukan dengan mengukur
besarnya rompal nicks yang tejadi pada bagian mata pisau. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat fotografi seperti yang dilakukan oleh
Chardin dan Froidure 1969, Edamatsu dan Ihira 1957, dan Neusser dan Schall 1970. Cara lain yang digunakan adalah dengan pengukuran perubahan geometri
pada mata pisau dengan menggunakan mikroskop.
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu
Kayu dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan