Tujuan Manfaat Karakteristik Aus Mata Pisau Pengerjaan Kayu karena Ekstraktif dan Bahan Abrasif pada Kayu Solid dan Kayu Komposit

Keausan bahan pisau High Speed Steel dan Tungsten Carbide secara kimia dan mekanis juga telah diteliti oleh Darmawan et al. 2006 pada beberapa jenis kayu tropika yaitu kayu kelapa, kelapa sawit, pasang, meranti merah, dan jati. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ektrakstif kayu memiliki peranan yang penting dalam keausan bahan pisau secara kimia sedangkan silika pada kayu menyebabkan keausan bahan pisau secara mekanis. Beragamnya jenis-jenis kayu tropika Indonesia dan beragamnya kandungan ekstraktif dan silika pada kayu serta semakin berkembangnya produk kayu komposit seperti papan partikel, kayu lapis, Oriented Strand Board OSB, papan serat dan papan semen, maka diperlukan penelitian lanjutan mengenai karakteristik keausan mata pisau yang disebabkan oleh ekstraktif dan bahan abrasif pada kayu solid dan kayu komposit.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik keausan mata pisau High Speed Steel dan Tungsten Carbide karena ekstraktif maupun bahan abrasif pada kayu solid dan produk kayu komposit.

1.3 Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat dalam pengembangan ilmu pemesinan kayu dan juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi industri pengolahan kayu dalam menentukan jenis pisau yang efektif dalam memotong jenis-jenis kayu dan produk kayu komposit tertentu. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekstraktif dan Bahan Anorganik Zat ekstraktif adalah komponen kayu yang bukan merupakan komponen struktural, yang hampir semuanya terbentuk dari senyawa-senyawa ekstraseluler dan berbobot molekul rendah Sjostrom 1995. Zat ekstraktif kayu dibagi menjadi 3 sub golongan yaitu senyawa alifatik terutama lemak dan lilin, terpena dan terpenoid, serta senyawa fenolik Achmadi 1990. Kandungan ekstraktif pada kayu bervariasi dari 3 sampai 30. Bahan- bahan ini pada kayu dapat memberi pengaruh pada kerapatan. Secara umum kekuatan dan kekakuan kayu meningkat seiring dengan naiknya kerapatan Haygreen dan Bowyer 1996. Ekstraktif kayu meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan menggunakan pelarut polar dan non polar. Dalam arti sempit ekstraktif merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik Fengel dan Wegener 1983. Senyawa kimia berbobot molekul rendah diklasifikasikan menjadi dua yaitu bahan organik dan anorganik. Bahan organik biasa disebut ekstraktif dan bahan anorganik biasa disebut abu Fengel dan Wegener 1983. Komponen utama abu kayu adalah kalsium, kalium dan magnesium. Dalam banyak kayu, jumlah Ca hingga 50 atau lebih dari unsur total dalam abu kayu. K dan Mg masing-masing menduduki tempat kedua dan ketiga, diikuti Mn, Na, P dan Cl Ellis 1962 dalam Fengel dan Wegener 1983. Kayu tropika banyak yang menonjol karena persentase silikonnya yang tinggi dibandingkan dengan kayu asal daerah sub tropika dimana dapat melebihi kandungan kalsium dalam spesies tertentu Hillis, de Silva 1979 dalam Fengel dan Wegener 1983. Menurut Haygreen dan Bowyer 1996 kandungan silika berpengaruh terhadap sifat pengolahan kayu utuh karena kandungan silika lebih dari 0,3 dapat menumpulkan alat-alat pertukangan. Kandungan silika melebihi 0,5 relatif umum terdapat pada kayu-kayu teras tropika. Pada sejumlah jenis kayu tropika kandungan ini mungkin lebih dari 2 . Zat ekstraktif memiliki arti penting bagi kayu karena dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau, dan rasa jenis kayu. Selain itu ekstraktif dapat digunakan untuk mengenal jenis kayu, namun menyulitkan dalam pengerjaan serta mengakibatkan kerusakan pada alat-alat pertukangan Dumanauw 1982. Silika dalam ilmu kimia adalah suatu senyawa yang mengandung satu anion dengan satu atau lebih atom silikon pusat yang dikelilingi oleh ligan elektronegatif. Jenis silikat yang sering ditemukan umumnya terdiri dari silikon dengan oksigen sebagai ligannya. Anion silikat, dengan muatan listrik negatif, harus mendapatkan pasangan kation lain untuk membentuk senyawa bermuatan netral. Silika, atau silikon dioksida SiO 2 sering dianggap sebagai silikat, walaupun senyawa ini tidak bermuatan negatif dan tidak memerlukan ion pasangan. Silika ditemukan di alam dalam bentuk mineral kuarsa Anonim 2008.

2.2 Nilai pH kayu