signifikan terhadap manajemen laba dan tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.
1.2 Rumusan Masalah
Sejauh mana laba dimanipulasi sudah lama menarik bagi pengamat, pengawas, peneliti, dan profesional investasi lainnya, Beneish 1999. Tindakan
manajemen laba mengurangi relevansi dan keandalan dari laporan keuangan dan dapat mengurangi tingkat kepercayaan terhadap laporan keuangan itu sendiri
kemudian menyesatkan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemakai laporan keuangan.
Legalisasi manajemen laba membuat praktek ini sulit dihilangkan dalam kegiatan perusahaan. Upaya untuk mengurangi manajemen laba tersebut yaitu
melakukan koreksi terhadap standard akuntansi melalui implementasi IFRS. IFRS diharapkan dapat meminimalisir tingkat manajemen laba melalui aturan-aturan
yang ketat dalam penyajian, pengungkapan, pengakuan, dan pengukuran instrument keuangan yang ketat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Apakah implementasi IFRS mempengaruhi penurunan manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI ?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk:
Mengetahui pengaruh implementasi IFRS terhadap tingkat manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
1. 3. 2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Bagi pembaca, memberikan pengetahuan mengenai pengaruh penerapan IFRS di Indonesia terhadap manajemen laba.
2. Bagi penelitian yang akan datang, sebagai acuan bagi penelitian yang
berkaitan dengan pengaruh penerapan IFRS di Indonesia terhadap manajemen laba
3. Bagi akademisi, memeberikan kontribusi pada literatur-literatur terdahulu
mengenai pengaruh penerapan IFRS di Indonesia terhadap manajemen laba
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Landasan Teori 2. 1. 1 Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam kerangka hubungan keagenan agency theory, adanya masalah keagenan disebabkan karena konflik
kepentingan antara principal dan agent, kontrak yang tidak lengkap serta adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Munculnya potensi konflik antara
principal dan agent dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Kepentingan manajer dan pemilik tidak selalu secara sempurna bisa diselaraskan
karena terdapat perbedaan preferensi tingkat risiko, perbedaan diversifikasi serta adanya asimetri informasi.
Macey dan O’Hara 2003 mengemukakan perbedaan karakteristik industri perbankan dengan industri lain, meliputi: pertama, bank adalah sektor usaha yang
“tidak transparan”. Kedua, bank merupakan sektor usaha yang memiliki tingkat regulasi tinggi dibanding dengan sektor usaha lain karena kondisi perekonomian
sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan industri keuangan. Karakteristik bank yang “tidak transparan” dapat menimbulkan masalah
keagenan. Kondisi seperti ini dinamakan asimetri informasi dimana agen lebih banyak mengetahui informasi mengenai perusahaan dari pada pihak lainnya
principal. Adanya asimetri informasi mendorong agen melakukan perilaku yang tidak seharusnya dysfunctional behavior. Menurut penelitian Furfine dalam
Levine 2004 asimetri informasi yang lebih besar terjadi pada industri perbankan
Universitas Sumatera Utara
dibanding industri lain. Misalnya, kualitas kredit yang diberikan tidak dapat diobservasi secara langsung dan dapat disembunyikan dalam waktu yang lama.
Bank dapat dengan cepat mengganti komposisi resiko aset mereka dengan memperpanjang kredit klien yang sebenarnya tidak dapat memenuhi kewajiban
sebelumnya Levine, 2004. Bank beroperasi pada lingkungan yang sangat teregulasi. Regulator
mewakili kepentingan penabung karena para penabung tidak mampu mengawasi bank secara optimal. Bentuk perlindungan tersebut diantaranya melalui aturan
kewajiban pemenuhan kecukupan modal minimum capital adequacy ratio, cadangan wajib bank reserve requirement, kebijakan pengungkapan disclosure
serta kewajiban pembentukan cadangan kerugian aktiva produktif. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah menerbitkan berbagai regulasi
termasuk mengatur prosedur akuntansi bank, untuk melindungi kepentingan publik. Namun pada kondisi tertentu, regulasi justru memberikan insentif kepada
pengelola bank untuk mengambil tindakan yang merugikan stakeholder lain Supriyatno, 2006.
Asimetri informasi merupakan salah satu faktor penting penyebab terjadinya agency cost di industri perbankan dan semakin menyuburkan praktek
manajemen laba. Semakin tinggi asimetri informasi mengakibatkan semakin tinggi tingkat manajemen laba. Menurut Hendriksen dan Van Breda 2002,
asimetri informasi memunculkan dua masalah yaitu adverse selection dimana para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak
tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
moral hazard dimana kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar
pengetahuan pemegang saham. Bank sentral sebagai regulator berusaha menciptakan disiplin pasar dan meminimalkan tindakan penyimpangan moral
hazard dan adverse selection pengelola bank yang dapat menimbulkan resiko tinggi bagi para pemilik dana. Sejak 1 Januari 2014 pengawasan bank-bank
diseluruh Indonesia telah beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan OJK.
2. 1. 2 Manajemen Laba
Menurut Fishcer and Rosenzweig dalam Narendra, 2013, manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan manajer divisi yang bertujuan meningkatkan
menurunkan pendapatan yang dilaporkan saat ini tanpa kesesuaian peningkatan penurunan dalam keuntungan ekonomik jangka panjang divisi tersebut.
Manajemen laba merupakan cara yang digunakan manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara pemilihan
kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara ilmiah dapat memaksimumkan utilitas mereka atau
nilai pasar perusahaan Scoot, 1997. Laporan keuangan menjadi lebih merefleksikan keinginan manajemen
daripada mengungkapkan kinerja keuangan yang sesungguhnya. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen untuk mencapai
tujuan khusus. Dari defenisi tersebut manajemen laba merupakan suatu proses
Universitas Sumatera Utara
yang disengaja, menurut batasan standar akuntansi keuangan, untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu.
Manajemen laba menjadi realitas yang sulit dihindari karena merupakan imbas dari disepakatinya penggunaan dasar akrual sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan. Cara akrual yang dapat dilakukan dalam pengolahan transaksi dengan jumlah besar mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan
perbankan Gray, 2004. Ketika bank tidak mengidentifikasi secara cermat kemungkinan munculnya asset bermasalah, neraca dan laporan laba rugi tidak lagi
merefleksikan kondisi keuangan bank sesungguhnya. Wilson 1996 menyatakan bahwa tujuan akrual sesungguhnya adalah untuk menjadikan laporan keuangan
menjadi lebih informatif dan mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. Dasar akrual merupakan suatu cara mengomunikasikan inside and private informations
dan sekaligus meningkatkan kemampuan laba dalam menggambarkan nilai ekonomi yang mendasarinya. Dasar akrual mewajibkan perusahaan mengakui
pendapatan dan biaya yang sudah menjadi hak atau kewajiban dalam periode berjalan meskipun transaksi kas baru akan terjadi dalam periode berikutnya.
Manajemen laba terdiri atas discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual hasil rekayasa
manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Sedangkan, nondiscretionary accruals merupakan
komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan dengan mengikuti standar akuntansi Sulistyanto, 2008:164. Kajian-kajian mengenai
manajemen laba sering difokuskan pada penggunaan discretionary accruals
Universitas Sumatera Utara
karena mengekspresikan keinginan dan pilihan kebijakan manajer dalam menginformasikan kepada pihak eksternal.
Ahmed dkk 1999 mengemukakan bahwa motif manajer melakukan manajemen laba di perbankan meliputi :
1. Signaling hypothesis menjelaskan bahwa manajer menggunakan
manajemen laba akuntansi untuk menyediakan inside information tentang kondisi fundamental perusahaan saat ini dan prospek kinerja mendatang
kepada para stakeholder supaya keputusan ekonomi yang mereka pilih menjadi lebih tepat.
2. Opportunistic behavior hypothesis menjelaskan bahwa pengelola
perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk membuat pertumbuhan laba kelihatan stabil.
3. Capital regulation hypothesis menjelaskan bahwa salah satu tujuan
manajer melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi regulasi permodalan dalam rangka menghindari sangsi terutama pada industri
dengan tingkat regulasi tinggi.
Menurut Scott 1997:343 terdapat empat pola manajemen laba : 1.
Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim
rendah rugi atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelum atau sesudahnya. Taking a bath terjadi selama periode
adanya tekanan organisasi atau pada saat terjadinya reorganisasi, seperti pergantian CEO baru.
2. Income minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan
cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Income minimization dilakukan pada saat
profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa
penghapusan atas barang modal aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, pengeluaran R D, dan lain-lain.
3. Income maximization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan
cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Income maximization dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan keuntungan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka
panjang. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya, dan memindahkan biaya untuk
periode lain.
4. Income smoothing atau perataan laba adalah salah satu bentuk manajemen
laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten
Universitas Sumatera Utara
dari periode ke periode. Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam
pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak beresiko tinggi.
Para akademisi Haryono, 2008 juga telah mengidentifikasi lima cara yang umumnya digunakan oleh perusahaan untuk melakukan manajemen laba:
1. Big bath charges dimana perusahaan yang berada dalam tahap
restrukturisasi membuat “lubang” dalam neraca dengan cara menghapus sejumlah earnings assets, membuat kewajiban substansial, dan cadangan
kerugian aktiva produktif.
2. Creative acquisition accounting, kondisi ini terjadi ketika perusahaan
ingin mengakuisisi perusahaan lain tetapi biaya harga beli di atas nilai buku substansial sehingga perusahaan harus mengamortisasi goodwill
yang terjadi pada periode mendatang. Tindakan tersebut akan menurunkan laba. Untuk menghindari itu, perusahaan memilih untuk mengklasifikasi
bagian kelebihan biaya tersebut sebagai penelitian dan pengembangan.
3. Cookie jar reserves, yaitu mencatat jumlah cadangan dengan jumlah yang
lebih besar overstate reserves dari pada jumlah seharusnya cadangan untuk aktiva produktif yang meragukan, aktiva produktif macet atau
cadangan untuk garansi produk selama periode tingkat profitabilitas tinggi. Ketika bank mengalami masa buruk, cadangan-cadangan tersebut
akan dikurangi untuk meningkatkan angka laba.
4. Materiality, perusahaan kadang memasukkan banyak pendapatan yang
tidak material yang akan terakumulasi dan dapat meningkatkan jumlah laba, untuk mencapai tingakt tertentu.
5. Revenue recognition, cara ini paling populer untuk melakukan manjemen
laba, dengan cara mengakui pendapatan dan laba yang sebenarnya masih premature.
Allen 1992 berpendapat bahwa salah satu motif manajemen laba di perbankan adalah tujuan window dressing. Window dressing adalah penggunaan
transaksi keuangan jangka pendek yang digunakan untuk memanipulasi nilai akuntansi pada sekitar tanggal neraca. Manajer kadang melakukan overstated
secara permanen dengan cara meningkatkan tren ukuran aset bank upward window dressing untuk meningkatkan manfaat yang diterima manajer. Pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham justru lebih suka manajer melakukan downward window dressing untuk menurunkan kewajiban pajak.
Teknik yang biasanya dijumpai dalam praktik manajemen laba adalah mengubah metode akuntansi, membuat estimasi akuntansi, mengubah periode
pengakuan pendapatan dan biaya, mereklasifikasi akun current dan noncurrent, serta mereklasifikasi akrual diskresioner accrual discretionary dan akrual
nondiskresioner accrual nondiscretionary Wolk, Dodd, dan Tearney;2006.
2. 1. 3 International Financial Reporting Standard IFRS 2. 1. 3. 1 Implementasi IFRS
IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap transparansi informasi keuangan.
Pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Namun sampai akhir 2008 jumlah
IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standard IFRS dari total 33 standard. Minimnya sumber daya untuk mendukung anggota DSAK-IAI yang semua
anggotanya adalah paruh waktu bekerja untuk pengembang standar pelaporan, IFRS yang sangat cepat berubah sehingga DSAK-IAI sulit untuk mengejarnya,
dan masalah translasi bahasa menjadi kendala dalam penerapan IFRS ke dalam PSAK.
Kesiapan pelaku industri juga menjadi pertanyaan. Ketidakpastian industri keuangan khususnya perbankan dalam mengadopsi standar akuntansi instrumen
keuangan PSAK 50 dan PSAK 55 revisi 2006 membuat banyak pihak
Universitas Sumatera Utara
meragukan apakah Indonesia siap dalam mengadopsi IFRS. PSAK 50 dan PSAK 55 revisi 2006 adalah standar akuntansi instrumen keuangan yang diadopsi dari
IAS 39 Recognation and Measurement of Financial Instrumen dan IAS 32 Presentation and Disclosure of Financial Instruments yang sedianya berlaku
efektif mulai 1 Januari 2009 dengan terpaksa diundur menjadi 1 Januari 2010 akibat dari desakan pelaku industri yang belum siap menerapkannya. PSAK 50
dan 55 revisi 2006 yang mengacu pada IAS 32 dan IAS 39 merupakan PSAK yang kontroversial karena dampaknya yang besar pada industri perbankan
Indonesia dimana instrumen keuangan adalah komponen utama dari aset dan liabilitas bank.
2. 1. 3. 2 Dampak Implementasi IFRS
Menurut Caratri 2011 implikasi berlakunya PSAK No. 50 revisi 2006 sebagai pengganti PSAK No. 50 1998 dalam industri perbankan Indonesia
terkait dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN atau loan loss provisioning. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN merupakan salah satu
komponen akrual yang sangat besar di bank. Perhitungan CKPN menggunakan PSAK 50 dan 55 revisi 2006 lebih ketat dan objektif dibandingkan PSAK
sebelumnya, namun demikian mengandung unsur penilaian judgment yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan kecenderungan manajemen laba melalui CKPN
Santy dkk, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Myer 1990, Beatty et al. 1995, dan Collins et.al 1995 menemukan bukti manajemen melakukan manajemen laba untuk memenuhi kecukupan modal
menggunakan loan charge off penghapusan loan loss provision. Kanagaretnam et al. 2004 menemukan bahwa manajer melakukan perataan laba melalui loan
loss provision LLP untuk mengurangi variabilitas laba. Keuntungan atau kerugian dari instrument keuangan adalah salah satu celah untuk melakukan
manajemen laba selain melalui CKPN. Namun PSAK 50 dan 55 Revisi 2006 melarang reklasifikasi antarkelompok instrumen keuangan, sehingga
meningkatkan kecenderungan manajemen laba melalui CKPN. Nilai ekonomi dari portofolio kredit dan pendanaannya funding dapat
naik atau turun disebabkan karena adanya perubahan dengan kualitas kredit yaitu jika terjadi masalah terhadap itikad baik willingness to pay dan kemampuan
debitur untuk melunasi kredit beserta pinjamannya ability to pay. Penyisihan kerugian dilakukan sehingga laporan keuangan bank mencerminkan keadaan yang
sebenarnya representation faithfullness. Selama ini kalau mengacu pada PSAK yang lama, penentuan cadangan memakai konsep ekspektasi kerugian kredit
expectation loss sehingga bank bisa menumpuk cadangan besar-besaran kalau bankir merasa default kreditnya besar. Celah ini yang banyak dimanfaatkan bank
untuk memoles laporan keuangannya dan melakukan window dressing. Namun, dengan diterapkannya PSAK 50 55 revisi 2006 dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia PAPI tahun 2008 yang menyesuaikan PSAK tersebut, bank dituntut untuk menentukan CKPN berdasarkan data historis
kerugian kredit yang sudah terjadi incurred loss dari pengalaman kerugian yang
Universitas Sumatera Utara
sudah terjadi berdasarkan data historis setiap jenis kredit bank tersebut minimal selama 3 tahun terakhir.
Sekalipun penerapan kedua PSAK revisi IFRS ini terlihat cukup ekstrim, tetapi dapat menggambarkan kondisi bank yang sesungguhnya. Adanya aturan
yang tegas mengenai penentuan CPKN akan mengurangi kesempatan manajemen bank untuk melakukan window dressing. Bila dulu bank dapat menumpuk
pencadangan besar dengan alasan kehati-hatian, meski kualitas kredit tidak mengkhawatirkan sehingga laba ikut turun. Tujuannya menghindari pajak atau
mengatur ritme kinerja. Namun dengan diberlakukan PSAK revisian ini, bank tidak bisa lagi melakukan hal itu. Dan bank sebetulnya memiliki kesempatan
untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya dengan mendapatkan kredit yang memiliki kualitas yang baik.
Menurut Ng Eng dan Wahyuni 2012:5, IFRS memiliki banyak kelebihan sebagai berikut :
1. IFRS dihasilkan oleh suatu lembaga internasional yang independen
sehingga pengaruh kekuatan politik dalam penyusunan standar dapat minimal.
2. Proses pembuatan IFRS lebih komprehensif melalui riset yang
mendalam. Komentar untuk discussion paper maupun exposure draft keluaran IASB datang dari seluruh dunia sehingga standar yang
dihasilkan lebih mencerminkan kebutuhan global dari pada kebutuhan suatu negara tertentu.
3. IFRS adalah standard yang berbasis prinsip principle based sehingga
pengaturannya lebih sederhana dibandingkan dengan standar pelaporan keuangan keluaran Amerika Serikat yang lebih terperinci dan rumit
rule based.
4. IFRS mensyaratkan pengungkapan informasi disclosure yang lebih
detail dan terperinci sehingga membantu pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi yang relevan.
Universitas Sumatera Utara
5. IFRS semakin diterima oleh banyak negara, terlebih setelah terbukti
standar akuntansi Amerika Serikat tidak mampu membentengi skandal-skandal perusahaan besar seperti kasus Enron dan Worldcom.
2. 2 Penelitian Terdahulu
Wang dan Campbell 2012 menyatakan IFRS menurunkan manajemen laba tetapi bukti ini belum cukup kuat dan masih harus dilakukan penelitian lebih
lanjut. Barth et al. 2008 meneliti kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalnya
IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS dari tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan
bukti bahwa setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian
menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan masa sebelum transisi dimana akuntansi masih berdasarkan local GAAP.
Penelitian Rudra 2011 mengenai apakah adopsi IFRS memengaruhi manajemen laba pada perusahaan perbankan dan sector keuangan di India
menunjukkan bahwa IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Santy dkk 2012 meneliti apakah adopsi IFRS mempengaruhi manajemen laba pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan
Narendra 2013 mengenai pengaruh pengadopsian IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur menunjukkan IFRS berpengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
terhadap manjemen laba dan terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan seudah adopsi IFRS.
Ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Nama peneliti tahun
Judul Variabel
penelitian Hasil penelitian
1 Ying Wang and
Michael Campbell 2012
Perbandingan manajemen
laba : IFRS vs. China GAAP
Variable Independen:
IFRS vs. China GAAP
Variabel Dependen:
Manajemen Laba
Adopsi IFRS
menurunkan manajemen laba,
bukti ini belum kuat dan perlu
penelitian lebih lanjut.
2 Rudra 2012
Apakah IFRS mempengaruhi
manajemen laba? Bukti
dari India Variabel
independen : IFRS
Variabel dependen :
manajemen laba Variabel control
: size, financial leverage,
market to book ratio, dan
foreign institutional
investor Manajemen laba
meningkat secara signifikan dengan
adanya IFRS. Financial
leverage berpengaruh
positif, market to book value
berpengaruh negatif, size tidak
berpengaruh secara signifikan,
dan tidak ditemukan
hubungan pada foreign
institutional investor.
3 Santy dkk 2012
Pengaruh IFRS terhadap
manajemen laba pada
perusahaan Variabel
independen : IFRS
Variabel Adopsi IFRS
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
perbankan di Bursa Efek
Indonesia dependen :
manajemen laba Variabel control
: size, financial leverage,
market to book ratio, dan
institutional investor
manjemen laba dan tidak terdapat
perbedaan manajemen laba
signifikan sebelum dan
sesudah IFRS. Size dan leverage
berpengaruh positif, market to
book value berpengaaruh
negative, dan institutional
investor tidak berpengaruh.
4 Rohaeni dan Aryati
2012 Pengaruh
konvergensi IFRS terhadap
income smoothing
dengan kualitas audit
sebagai variabel
moderasi Variabel
independen : IFRS
Variabel dependen :
income smoothing
Variabel moderasi :
kualitas audit IFRS
berpengaruh negatif terhadap
income smoothing dan
interaksi antara IFRS dengan
kualitas audit berpengaruh
positif terhadap income
smoothing.
5 Narendra 2012
Pengaruh pengadopsian
IFRS terhadap manajemen
laba. Studi empiris pada
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011
dan 2012 Variabel
independen : IFRS
Variabel dependen :
manajemen laba Variabel control
: size, financial leverage,
market to book ratio, dan
institutional investor
IFRS berpengaruh
positif terhadap manjemen laba
dan terdapat perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan
seudah adopsi IFRS. Financial
leverage berpengaruh
positif, market to book value
berpengaruh negative, size dan
institutional investor tidak
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh.
2. 3 Kerangka Konseptual
Kejatuhan perekonomian Amerika Serikat mulai dari kasus Enron hingga kegagalan investasi properti menyebabkan krisis global yang membuat
kepercayaan dunia terhadap US GAAP memudar. IFRS menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. IFRS merupakan standard
penyusunan pelaporan keuangan yang dilaksanakan oleh banyak negara di dunia dalam rangka konvergensi menuju terwujudnya penggunaan satu standar yang
sama. Cai dkk 2008 mengungkapkan salah satu isu dari IASB adalah bahwa
standar internasional bertujuan untuk menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan diharapkan untuk membatasi
pertimbangan kebijakan manajemen management’s discretion terhadap manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba. Faktor-faktor lain
seperti ukuran perusahaan size, financial leverage, market to book ratio dan institutional investor perlu diperhatikan dalam meneliti manajemen laba Rudra,
2011. Penelitian ini tidak memasukkan institutional investor sebagai variabel kontrol.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan konsep teori diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian, yaitu sebagai berikut:
H1
Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual Hipotesis
2. 4 Hipotesis 2. 4. 1 Implementasi IFRS Merpengaruhi Penurunan Manajemen Laba
Sulistyanto 2008 mengemukakan bahwa keberadaan aturan dalam standard akuntansi dapat merupakan suatu alat yang mengakomodasi dan
memfasilitasi perusahaan melakukan kecurangan. Wang dan Campbell 2012 menyatakan adopsi IFRS menurunkan manajemen laba sedangkan Jeanjean dan
Stolowy 2008 menemukan bukti bahwa manajemen laba tidak mengalami penurunan setelah implementasi IFRS dan bahkan meningkat untuk Prancis.
Pernyataan IAI tahun 2009 yang menyebutkan bahwa IFRS dapat mempersulit tindakan manajemen laba melalui penerapan fair value dan balance
sheet approach. Penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak semakin Variabel Independen X:
Implementasi IFRS Variabel Dependen
Y: MANAJEMEN
LABA
Universitas Sumatera Utara
sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik-praktik kecurangan. Penerapan IFRS juga berdampak pada
pengungkapan yang lebih banyak dan lebih terinci sehingga akan mengurangi tingkat asimetri informasi.
IFRS dengan pendekatan principled based dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value
dalam penyajian laporan keuangan. Namun principled based yang menekankan pada konsep, pada penerapannya dapat memberikan ruang yang lebih bagi
manajemen untuk melakukan manajemen laba melalui penggunaan professional judgement yang ditumpangi kepentingan untuk mengatur laba.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut :
H1 : Implementasi IFRS mempengaruhi penurunan manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian penjelasan atau explanatory yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis. Yang dijelaskan di sini adalah tentang pengaruh variabel- variabel terhadap praktik manajemen laba. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif yang menghasilkan data riil berupa angka.
3. 2 Batasan Operasional
Atas pertimbangan-pertimbangan efisensi, minat, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan
konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya: 1.
Penelitian ini dibatasi hanya selama 4 tahun yaitu dari tahun 2009- 2012.
2. Penelitian dilakukan hanya terbatas pada perusahaan perbankan yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 3.
Penelitian ini meneliti pengaruh pengadopsian IFRS baik secara parsial maupun simultan terhadap praktik manajemen laba.
3. 3 Definisi Variabel Operasional
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel terikat dependent, variabel bebas independent, dan variabel kontrol control.
Universitas Sumatera Utara
3. 3. 1 Variabel Terikat Dependent Variable
Variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Model penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu
manajemen laba earnings management yang diproksikan dengan discretionary accruals, dikarenakan discretionary accruals saat ini telah dipakai secara luas
untuk menguji hipotesis manajemen laba. Penelitian sebelumnya Rudra, 2011 menggunakan model pendekatan aggregate accrual modifikasi Jones, sedangkan
pada penelitian ini menggunakan model pendekatan specific accrual Beaver dkk. 1996.
Discretionary accruals merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai
dengan yang mereka inginkan. Discretionary accruals menggunakan komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak memerlukan bukti kas
secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen akrual tidak disertai kas yang diterima atau dikeluarkan Sulistyanto, 2008.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Loan Loss Provision terdiri dari komponen diskresioner DLLPit dan nondiskresioner NDLLPit. Mengikuti
penelitian terdahulu Beaver dan Enjel, 1996 dan Kanagaretnam et al., 2004 berikut adalah model yang digunakan untuk mengestimasi komponen
nondiskresioner dari CKPN: LLPit = α1 + α2NPLit-1 + α3∆NPLit + α4∆NLOANit + eit……model 1
Dimana :
Universitas Sumatera Utara
LLPit = saldo CKPN dibagi total asset awal tahun
NPLit-1 = saldo awal non performing loan kredit yang bermasalah
dibagi total asset awal tahun. Kredit yang bermasalah terdiri dari Kredit yang Diberikan berdasarkan tingkat
kolektibilitasnya digolongkan menjadi a dalam perhatian khusus, b kurang lancar, c diragukan, dan d macet.
∆NPLit = selisih NPL t dengan NPL t-1 dibagi total asset awal
tahun. ∆NLOANit
= perubahan nilai kredit yang diberikan dibagi total asset awal tahun.
Pada model satu independen variabel adalah komponen diskresioner CKPN NDLLP sedangkan komponen diskresionernya DLLP adalah nilai
residunya.
3. 3. 2 Variabel Bebas Independent Variable
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pengaruh implementasi IFRS. Dalam menganalisis pengaruh implementasi IFRS terhadap manajemen laba menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang
menerapkan adopsi IFRS diberi nilai 1 dan yang belum diberi nilai 0. Penerapan IFRS yang dimaksud dalam penelitian ini berkenaan dengan PSAK No. 50 revisi
2006 mengenai penyajian dan pengungkapan instrument keuangan dan PSAK No. 55 revisi 2006 mengenai pengakuan dan pengukuran instrument keuangan.
Universitas Sumatera Utara
3. 3. 3 Variabel Kontrol Control Variabel
Dalam menganalisis pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba yang harus
dikendalikan. Oleh sebab itu penelitian ini menyertakan sejumlah variabel kontrol ke dalam analisis untuk mengontrol faktor-faktor lain yang diduga ikut
berpengaruh terhadap variabel dependen. Tujuan penyertaan variabel kontrol adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan spesifikasi model empiris yang
digunakan dalam penelitian dan menghindari adanya hasil perhitungan yang bias. Adapun variabel kontrol yang digunakan yaitu ukuran size perusahaan,
financial leverage DE, dan market to book ratio MB. 1.
Ukuran size Perusahaan Ukuran size perusahaan merupakan logaritma dari total asset.
Size = Ln Total Aset 2.
Financial Leverage Financial leverage menggambarkan ketergantungan perusahaan terhadap
hutang dalam pembiayaan operasinya. Rasio ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat DER debt
to equity ratio tinggi menunjukkan komposisi total hutang semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar kreditur. Financial leverage DE,
dihitung dari total liabilitas dibagi dengan total ekuitas Rudra, 2011. DER =
����� ���������� ����� �������
Universitas Sumatera Utara
3. Price to Book Value
Price to Book Value adalah rasio nilai pasar ekuitas saham perusahaan dengan nilai akuntansi ekuitas itu. Bila price to book value relatif tinggi
dibanding rata-rata industri maka hal itu menunjukkan bahwa perusahaan dapat lebih efisien menggunakan asetnya untuk menciptakan nilai. Price to
book value, dihitung dari market value of equity dibagi dengan book value of equity Rudra, 2011.
PBV =
����� ����� �������� ���� ����� �� ������
3. 4 Skala Pengukuran Variabel
Operasional Variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Skala Operasional Variabel
Jenis Variabel
Variabel Defenisi Variabel
Rumus Skala
Variabel Dependen
Manajemen Laba
Cara manajer untuk
mempengaruhi angka laba secara
sistematis dan sengaja dengan
cara pemilihan kebijakan dan
prosedur akuntansi tertentu
DLLPit = LLPit - NDLLPit
Rasio
Variabel Independen
IFRS Implementasi IFRS ke
PSAK Dummy variable:
1= sudah adopsi IFRS; 0= belum
adopsi IFRS Nominal
Variabel Kontrol
Size Kemampuan suatu
perusahaan dalam melakukan operasi dan
berinvestasi guna mencari keuntungan bagi
Size = Ln Total Aset
Rasio
Universitas Sumatera Utara
perusahaan
Financial Leverage
Menggambarkan ketergantungan
perusahaan terhadap hutang dalam
pembiayaan operasinya.
DER =
����� ���������� ����� �������
Rasio
Price to Book Value
Rasio nilai pasar ekuitas saham
perusahaan dengan nilai akuntansi ekuitas
itu PBV =
����� ����� �������� ���� ����� �� ������
Rasio
3. 5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian. Populasi di dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI pada tahun 2009-2012. Pertimbangan untuk memilih populasi perusahaan perbankan adalah karena penerapan IFRS khususnya PSAK 5055 revisi 2006
memiliki dampak yang sangat besar pada industri perbankan. Sampel adalah bagian dari populasi yang dinilai dapat mewakili karakteristiknya. Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria tertentu. Ada pun kriteria yang
digunakan dalam penelitian sampel adalah : 1.
Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 hingga 2013 2.
Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit secara lengkap pada tahun 2009-2013.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel sebanyak 29 perusahaan dari 38 perusahaan.
Tabel 3. 2 Sampel
Kriteria No
Kode Nama Perusahaan
1 2
3 Sampel
1 AGRO Bank Rakyat Agro Niaga Tbk
√ √ √ Sampel 1 2 BABP
Bank ICB Bumi Putera Tbk √ √ √ Sampel 2
3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk
√ √ √ Sampel 3 4 BAEK
Bank Ekonomi Raharja Tbk √ √ √ Sampel 4
5 BBCA Bank Central Asia Tbk
√ √ √ Sampel 5 6 BBKP
Bank Bukopin Tbk √ √ √ Sampel 6
7 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk X X
X 8 BBNI
Bank Negara Indonesia Persero Tbk √ √ √ Sampel 7
9 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk
√ √ √ Sampel 8 10 BBRI
Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk √ √ √ Sampel 9
11 BBTN Bank Tabungan Negara Persero Tbk
√ √ √ Sampel 10 12 BCIC
Bank Mutiara Tbk √ √ √ Sampel 11
13 BDMN Bank Danamon Tbk √ √ √ Sampel 12
14 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk
√ √ √ Sampel 13 15 BJBR
Bank Jabar Banten Tbk X X
X 16 BJTM
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk X X X
17 BKSW Bank Kesawan Tbk √ √ √ Sampel 14
18 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk
X X X
19 BMRI Bank Mandiri Persero Tbk
√ √ √ Sampel 15 20 BNBA
Bank Bumi Arta Tbk √ √ √ Sampel 16
21 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
√ √ √ Sampel 17 22 BNII
Bank International Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 18
23 BNLI Bank Permata Tbk
√ √ √ Sampel 19 24 BSIM
Bank Sinar Mas Tbk X X
X 25 BSWD Bank Swadesi Tbk
√ √ √ Sampel 20 26 BPTN
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk √ √ √ Sampel 21
27 BVIC Bank Victoria International Tbk
√ √ √ Sampel 22 28 INPC
Bank Artha Graha Internasional Tbk √ √ √ Sampel 23
29 MAYA Bank Mayapada International Tbk √ √ √ Sampel 24
30 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk √ √ √ Sampel 25
31 MEGA Bank Mega Tbk √ √ √ Sampel 26
32 NAGA Bank Mitraniaga Tbk X X
X 33 NISP
Bank NISP OCBC Tbk √ √ √ Sampel 27
34 NOBU Bank Nationalnobu Tbk
X X X
Universitas Sumatera Utara
35 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
√ √ √ Sampel 28 36 PNBS
Bank Pan Indonesia Syariah Tbk X X
X 37 SDRA
Bank Himpunan Saudara Tbk √ √ √ Sampel 29
38 BINA Bank INA Perdana Tbk
X X X
3. 6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik, dan merupakan data sekunder
yaitu “sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain” Nur Indriantoro,
1999:147. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
diambil dari laporan tahunan annual report dan laporan keuangan perusahaan dari tahun 2009 sampai tahun 2012 di Bursa Efek Indonesia BEI. Data tersebut
diperoleh dengan mengakses situs www.idx.co.id. Selain itu, informasi yang digunakan berasal dari media massa berupa jurnal dan referensi lain yang
mendukung penelitian ini.
3. 7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan studi dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah
data, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Studi dokumentasi adalah metode pengumpulan
data dengan mengumpulkan data sekunder yang digunakan untuk menyelesaikan
Universitas Sumatera Utara
masalah dalam penelitian ini seperti laporan tahunan yang menjadi sampel penelitian.
3. 8 Teknik Analisis
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif berasal dari data yang diperoleh dari laporan
keuangan. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik angka. Kesesuaian dalam menggunakan metode kuantitatif biasanya
menghasilkan solusi yang tepat, ekonomis, dapat diandalkan, cepat, mudah untuk digunakan dan dimengerti.
Metode analisis data menggunakan model analisis regresi berganda multiple linear regression, untuk menguji pengaruh adopsi IFRS terhadap
manajemen laba menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows. Hasil penelitian berupa analisis statistik deskriptif dan teknik pengujian hipotesis.
DLLPit = a + β1IFRS + β2SIZE + β3DER + β4PBV + e Keterangan :
DLLPit = Discretionary Accruals dari Loan Loss Provission
IFRS = Adopsi IFRS, 1 bila mengadopsi IFRS dan 0 jika tidak
mengadopsi Size
= ukuran perusahaan DER
= debt to equity ratio PBV
= price to book value a
= konstanta
Universitas Sumatera Utara
b1-b4 = koefisien yang diestimasi
e = standard error
3. 8. 1 Statistik Deskriptif
Profil perusahaan secara kuantitatif dalam penelitian ini akan digambarkan dengan metode statistik deskriptif. Penggunaan metode statistik deskriptif
memiliki tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data, yang diantaranya dilihar dari rata-rata, dan standar deviasi, dan sebagainya. Analisa ini
mendeskripsikan data sampel yang telah terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
3. 8. 2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik terdiri atas uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas data Ghozali, 2011.
3. 8. 2. 1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian ini sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Apabila signifikan
5 maka hal itu berarti data terdistribusi secara normal. Sebaliknya apabila nilai signifikan 5 maka hal tersebut berarti data tidak terdistribusi secara normal.
Supaya data terdistribusi normal maka data yang mempunyai nilai di luar batas
Universitas Sumatera Utara
normal harus dihilangkan. Pengujian normalitas dilakukan dengan grafik normal P-P Pot dan Kolmogorov – Smirnov.
3. 8. 2. 2 Uji Multikolonearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor VIF dari tiap-tiap variabel independen bebas. Jika nilai tolerance value 0,001
dan VIF 10 maka tidak terjadi multikolinearitas Ghozali, 2011.
3. 8. 2. 3 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali 2011 uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu periode t-1 sebelumnya. Untuk menguji autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi
maka dikatakan residual adalah acak atau random.
3. 8. 2. 4 Uji Heteroskedastisitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika varian residual suatu pengamatan lain tetap maka disebut
Universitas Sumatera Utara
homokesdastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas, Ghozali 2011. Dalam penelitian ini
cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas, yaitu dengan menggunakan metode grafik.
Metode ini mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan ktiteria sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang terukur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan adanya heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. 8. 3 Uji Hipotesis 3. 8. 3. 1 Uji Signifikansi Simultan F Test
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap nilai variabel dependen. Jika nilai F-hitung F-tabel maka variabel independen secara serentak berppengaruh terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
3. 8. 3. 2 Uji Koefisien Regresi Parsial Uji-t
Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
Jika nilai t-hitung + t-tabel atau t-hitung - t-tabel maka variabel secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4. 1 Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan linier berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda dengan
menggunakan software SPSS Versi 20. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output
sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, didapat 29 perusahaan perbankan yang memenuhi
kriteria sampel dan dijadikan sampel dalam penelitian ini selama periode pengamatan 2008-2013.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul Sugiyono, 2008. Pengujian statistik deskriptif penting dilakukan sebelum melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian
hipotesis. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, dan nilai standar
Universitas Sumatera Utara
deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen. Hasil pengujian statistik deskriptif pada sampel penelitian yang berjumlah 29
perusahaan ditunjukkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Mean Std.
Deviation LN_DLLPit
82 -8.49
-2.48 -5.1768
1.14055 IFRS
82 1
.82 .389
SIZE 82 28.076746 34.228303
31.2332866 3
1.815003813 DER
82 4.800000 15.450000 8.74885287 2.183850616 PBV
82 .503888
5.890000 2.05314693 1.173033562 Valid N
listwise 82
Sumber : Output SPSS. Diolah oleh penulis 2014 Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa :
1. Variabel dependen yaitu manajemen laba yang diukur dengan
discretionary accrual Cadangan Kerugian Penurunan Nilai DLLPit memiliki jumlah sampel N sebanyak 82, dengan nilai minimum
sebesar -8,49 dan nilai maksimum sebesar -2,48. Nilai negatif pada discretionary accrual berarti mengindikasikan tidak adanya upaya
manajemen dalam melakukan manajemen laba. Sedangkan nilai
Universitas Sumatera Utara
positif atau semakin tingginya nilai discretionary accrual mengindikasikan terjadinya tindakan manajemen laba. Nilai rata-rata
mean sebesar -5,1768 dan standard deviasi sebesar 1,14055. Nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata mean
menunjukkan bahwa simpangan data pada variabel manajemen laba DLLPit dapat dikatakan tidak baik.
2. Variabel independen yaitu IFRS yang diukur menggunakan variabel
dummy, nilai 1 digunakan jika perusahaan menerapkan IFRS dan nilai 0 jika perusahaan belum menerapkan IFRS. Variabel IFRS memiliki
nilai rata-rata sebesar 0,82 dan nilai standar deviasi sebesar 0,389. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata mean
menunjukkan bahwa simpangan data pada variabel IFRS ini dapat dikatakan baik.
3. Variabel Ukuran perusahaan SIZE memiliki jumlah sampel N
sebanyak 82, dengan nilai minimum sebesar 28,076746 dan nilai maksimum sebesar 34,228303. Variabel SIZE memiliki nilai rata-rata
sebesar 31,23328663 dan nilai standar deviasi sebesar 1,815003813. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata mean
menunjukkan bahwa simpangan data pada variabel SIZE ini dapat dikatakan baik.
4. Variabel Debt to Equity Ratio DER memiliki jumlah sampel N
sebanyak 82, dengan nilai minimum sebesar 4,8 dan nilai maksimum sebesar 15,45. Variabel DER memiliki nilai rata-rata sebesar
Universitas Sumatera Utara
2,05314693 dan nilai standar deviasi sebesar 1,173033562. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata mean
menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio DER ini dapat dikatakan baik.
5. Variabel Price to Book Value PBV memiliki jumlah sampel N
sebanyak 82, dengan nilai minimum sebesar 0,503888 dan nilai maksimum sebesar 5,89. Variabel PBV memiliki nilai rata-rata
sebesar 2,05314693 dan nilai standar deviasi sebesar 1,173033562. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata mean
menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio PBV ini dapat dikatakan baik.
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas