BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter dan memberikan banyak informasi yang berguna bagi para investor Kieso, 2008:2.
Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, informasi yang berguna dalam menilai arus
kas masa depan, dan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahannya Kieso, 2008:5. Prinsip pengungkapan
penuh berlaku bagi pelaporan keuangan atas setiap fakta keuangan yang cukup signifikan agar tidak menyesatkan stakeholders.
Menurut Warren 2005:24, laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan matching
concept. Laporan ini berisi kinerja perusahaan dalam satu periode, umumnya satu tahun. Laba merupakan salah satu informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pengguna laporan keuangan sering mengaitkan laba perusahaan sebagai indikator
prestasi dan kinerja manajemen. Perhatian para investor yang terpusat pada informasi laba membuat manajemen berpotensi untuk memanipulasi data.
Manajemen dapat memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk modifikasi laba yang
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan. Salah satu cara yang digunakan manajemen untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan yakni melalui manajemen laba earnings management.
Levit 1998 mendefinisikan manajemen laba sebagai area “abu-abu” sehingga akuntansi dan laporaan keuangan menjadi tidak wajar karena manajer
menggunakan teknik akuntansi untuk mencapai kepentingannya. Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar untuk dihindari karena merupakan dampak dari
penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. Pada accrual basis pencatatan disusun berdasarkan pada saat
transaksinya, bukan pada saat menerima atau mengeluarkan kas. Standard akuntansi merupakan pedoman yang dibuat oleh badan pembuat
standard untuk mengakomodasi tata cara penyusunan laporan keuangan yang baik dan berkualitas. Keruntuhan Enron pada tahun 2001 menyebabkan anjloknya
pasar saham secara keseluruhan. Kecurangan Enron dengan memanipulasi laporan keuangan dan kegagalan investasi properti di Amerika tahun 2008, menyebabkan
menurunnya kepercayaan global terhadap standard akuntansi Amerika generally accepted accounting principles-GAAP.
Banyak negara di dunia kini telah beralih dari US GAAP ke International Financial Reporting Standard IFRS. Permasalahan akan kebutuhan standar yang
berkualitas menuntun akan pengadopsian IFRS ke dalam standar akuntansi domestik. Keseragaman standar akuntansi akan memudahkan investor di negara
lain memahami laporan keuangan. Penggunaan praktik akuntansi yang sama di berbagai negara akan memudahkan investor dalam mendeteksi manajemen laba.
Fleksibilitas memilih metode akuntansi memotivasi manajer untuk memilih
Universitas Sumatera Utara
metode akuntansi yang digunakan untuk memanipulasi laba. Penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode
akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisasi praktik-praktik kecurangan akuntansi. IFRS dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen
laba yang dilakukan oleh manajemen dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value dalam penyajian laporan keuangannya.
Secara teori implementasi IFRS dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pengadopsian IFRS secara keseluruhan di Indonesia
berlaku efektif dan wajib bagi perusahaan yang go public terhitung mulai 1 Januari 2012. Namun, masih menjadi bias apakah penerapan IFRS dapat
mengurangi perilaku manajemen laba pada perusahaan. Lin dan Paanaen 2006 meneliti perubahan pola aktivitas manajemen laba dimana IASB tidak efektif
mengurangi aktivitas manajemen laba secara keseluruhan. Callao dan Jarne 2010 membandingkan diskresioneri akrual perusahaan yang listing di 11 pasar
saham Eropa setelah pengadopsian IFRS, mereka menemukan bahwa IFRS mendukung diskresioneri akuntansi dan perilaku oportunistik. Rudra dan
Bhattacharjee 2011 menemukan bahwa IFRS tidak berpengaruh terhadap manjemen laba. Penelitian yang dilakukan Wang dan Campbell 2012
menyatakan adopsi IFRS menurunkan manajemen laba tetapi bukti ini belum cukup kuat dan masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian yang
dilakukan di Indonesia oleh Santy dkk 2012 tentang pengaruh pengimplementasian IFRS terhadap tingkat manajemen laba pada sektor
perbankan, menghasilkan kesimpulkan bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap manajemen laba dan tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.
1.2 Rumusan Masalah