Strategi Pengembangan Perikanan Pelagis di Kabupaten Bangka

Menurut Suharso et. al 2006, sumberdaya perikanan dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Oleh karena itu, prinsip yang perlu dipahami adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada di Kabupaten Bangka Selatan untuk kehidupan masyarakat secara lestari dan berkelanjutan. Walaupun sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui, tetapi jika pengelolaannya salah, maka sumberdaya tersebut akan mengalami kepunahan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia. Menurut Yulistyo et al. 2006, salah satu upaya pengembangan usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial adalah melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Motorisasi tersebut diarahkan untuk kapal penangkap ikan berukuran antara 5-10 GT, 10-30 GT dan 30 GT untuk menjangkau wilayah perairan diatas 12 mil yang sebagian besar belum dieksploitasi under exploited. Selain itu, adanya konsep pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis komunitas yang partisipatif dapat dijadikan solusi maupun masukan yang berharga dalam bidang pemanfaatan perikanan pantai Murdiyanto 2002.

5.6 Strategi Pengembangan Perikanan Pelagis di Kabupaten Bangka

Selatan Penentuan strategi pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan ditentukan oleh kondisi faktor internal dan eksternalnya. Kedua faktor tersebut dianalisis melalui pendekatan analisis SWOT Strengths, Weakness, Opportunites dan Threats. Lingkungan internal dalam SWOT adalah kekuatan Strengths dan kelemahan Weakness, sedangkan lingkungan eksternalnya adalah peluang Opportunites dan ancaman Threats. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunity, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weakness dan Ancaman Threats. Hasil identifikasi faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman berdasarkan data dan informasi dari hasil analisis serta rujukan dari beberapa sumber literatur terkait dengan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Tabel 24 dan Tabel 25. Tabel 24 Urutan kepentingan faktor-faktor strategi untuk aspek kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan Faktor-Faktor Strategi Bobot Rating Nilai Kekuatan  Usaha penangkapan ikan pelagis bagan tancap, bagan perahu, pancing, jaring kembung dan jaring millenium masih menguntungkan secara ekonomi S1 0,20 4 0,8  Komitmen dan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sektor perikanan di Kabupaten Bangka Selatan S2 0,10 3 0,3  Potensi sumberdaya ikan pelagis belum dimanfaatkan dengan optimal S3 0,22 3 0,66 Kelemahan  Kemampuan jelajah armada penangkapan nelayan yang masih terbatas W1 0,12 2 0,24  Sistem pemasaran hasil tangkapan nelayan yang masih tergantung pada tengkulak W2 0,08 3 0,24  Sarana dan prasarana pendukung perikanan masih terbatas pabrik es, TPI, SPDN W3 0,12 1 0,12  Keterbatasan nelayan dalam penguasaan teknologi penangkapan W4 0,08 2 0,16  Kapasitas pemodalan nelayan masih sangat terbatas dan belum didukung oleh kelembagaan pemerintah dan swasta W5 0,08 2 0,16 Total 1,00 2,68 Tabel 25 Urutan kepentingan faktor-faktor strategi untuk aspek peluang dan ancaman dalam pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan Faktor-Faktor Strategi Bobot Rating Nilai Peluang  Permintaan terhadap ikan pelagis yang terus meningkat dan pengembangan pasar yang masih terbuka O1 0,14 4 0,56  Penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi melalui pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan O2 0,14 3 0,42  Peningkatan kapasitas dan ukuran armada penangkapan nelayan O3 0,09 2 0,18  Introduksi teknologi penangkapan yang memiliki produktivitas lebih tinggi bagi nelayan O4 0,14 3 0,42 Ancaman  Penangkapan ikan tanpa izin yang semakin sering terjadi T1 0,15 1 0,15  Degradasi sumberdaya ikan dan biota di kawasan pesisir akibat dari adanya penambangan timah dengan kapal hisap T2 0,12 2 0,24  Ketidakmampuan nelayan lokal dalam mengadaptasi introduksi teknologi penangkapan dapat menimbulkan potensi konflik antar nelayan T3 0,09 3 0,27  Adanya nelayan andon yang memiliki teknologi penangkapan lebih baik dan kapal yang lebih besar dapat T4 0,13 3 0,39 Total 1,00 2,63 Hasil dari analisis faktor internal dan eksternal dilakukan penyusunan strategi dengan membuat matriks sehingga dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dengan demikian akan diperoleh empat alternatif strategi yaitu strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan dan strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. Strategi tersebut disajikan pada Tabel 26. Hasil matrik analisis yang didasarkan faktor internal dan eksternal kemudian diurutkan berdasarkan prioritas strategi yang akan direkomendasikan dalam upaya pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan. Urutan prioritas strategi disajikan pada Tabel 27. Tabel 26 Strategi pengelolaan perikanan menurut kombinasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancam an DALAM LUAR KEKUATAN  S1  S2  S3 KELEMAHAN  W1  W2  W3  W4  W5 PELUANG  O1  O2  O3  O4 STRATEGI KEKUATAN-PELUANG  Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis sesuai potensi lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium  Pengembangan jalur pemasaraan hasil perikanan  Peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada penangkapan 20 GT STRATEGI KELEMAHAN-PELUANG  Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan pabrik es, cold storage, tpi, dermaga, SPDN  Introduksi teknologi baru melalui penyuluhan dan pendampingan  Peningkatan akses pemodalan bagi masyarakat nelayan ANCAMAN  T1  T2  T3  T4  T5 STRATEGI KEKUATAN-ANCAMAN  Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut oleh instansi terkait Dinas PK, Nelayan dan Keamanan  Perbaikan lingkungan pesisir dan laut melaui kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan terumbu karang STRATEGI KELEMAHAN-ANCAMAN  Penyusunan peraturan daerah tentang pemanfaatan dan pengelolaan perikanan tangkap  Modernisasi teknologi perikanan tangkap nelayan lokal Tabel 27 Urutan strategi berdasarkan nilai skoring faktor internal dan faktor eksternal No. Strategi Skor 1. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis sesuai potensi lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium S1+S2+S3+O2+O4+O3 2,45 2. Peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada penangkapan 20 GT S1+S3+O2+O3 2,06 3. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan pabrik es, cold storage, tpi, dermaga, SPDN W3+W1+W4+O2+O3+O4 1,54 4. Peningkatan akses pemodalan bagi masyarakat nelayan W1+W5+O1+O3+O4 1,42 5. Penyusunan peraturan daerah tentang pemanfaatan dan pengelolaan perikanan tangkap W3+W2+T1+T2+T4 1,14 6. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut oleh instansi terkait Dinas PK, Nelayan dan Keamanan S2+T1+T2+T4 1,08 7. Modernisasi teknologi perikanan tangkap nelayan lokal W1+W4+T3+T4 1,06 8. Pengembangan jalur pemasaraan hasil perikanan S2+O1+O3 1,04 9. Introduksi teknologi baru melalui penyuluhan dan pendampingan W1+W4+O3+O4 1,00 10. Perbaikan lingkungan pesisir dan laut melaui kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan terumbu karang S2+S3+T3+T1 0,69 Berdasarkan Tabel 24 Jumlah skor pembobotan pada matrik IFAS menunjukkan nilai sebesar 2,68. Nilai tersebut mengandung arti bahwa reaksi masyarakat di Kabupaten Bangka Selatan terhadap faktor-faktor internal menunjukkan hasil pada tingkat rata-rata. Hal tersebut mengandung arti masih ada kesempatan memperbaiki manajemen serta kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Bangka Selatan untuk mengurangi kelemahan yang ada di wilayah tersebut jika dilakukan dengan tekad yang kuat serta kerjasama antar semua pihak. Jumlah skor pembobotan matriks EFAS menunjukkan nilai sebesar 2,63 Tabel 25. Nilai tersebut mengandung arti bahwa kondisi masyarakat Bangka Selatan mampu merespons situasi eksternal secara rata-rata. Artinya kemampuan masyarakat Bangka Selatan memanfaatkan peluang yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari luar dalam kisaran rata-rata. Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS secara keseluruhan dapat dilihat bahwa masyarakat nelayan Bangka Selatan mampu merespons segala kegiatan pengembangan perikanan pelagis yang nantinya akan dilaksanakan asal diimbangi dengan pendampingan yang dilakukan baik olah pemerintah maupun stakeholders lainnya. Setelah memperhatikan segala potensi sumberdaya dan aktivitas perikanan pelagis di Bangka Selatan dan digabungkan dengan faktor internal dan eksternal dari analisis SWOT yang terdapat di Bangka Selatan, selanjutnya disusun rencana strategi dalam pengembangan perikanan pelagis di Bangka Selatan. Prioritas strategi pengembangan perikanan pelagis seperti disajikan pada Tabel 27 menunjukkan bahwa strategi yang menempati prioritas utama adalah pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis secara lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium. Jaring millenium dipilih karena memiliki keunggulan baik dari segi produktivitas maupun daya tahan. Selain itu, hasil pengalokasian armada penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan menunjukkan bahwa armada penangkapan jaring millenium masih dapat ditingkatkan. Strategi kedua adalah peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada perikanan 20 GT. Kondisi armada perikanan yang dimiliki nelayan lokasl masih berada pada kisaran 10 GT sehingga daya jelajahnya masih terbatas pada perairan dekat pantai yang sudah padat tangkap. Oleh karena itu dengan peningkatan ukuran armada penangkapan diharapkan mampu mencapai perairan yang lebih jauh 4-12 mil sehingga peluang mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak akan lebih tinggi. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan menjadi prioritas ketiga. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan dukungan bagi pengembangan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Bangka Selatan. Stok BBM dan es yang belum mencukupi kebutuhan nelayan menjadi penyebab utama tidak optimalnya kegiatan perikanan tangkap di wilayah ini. Selain itu, kurangnya ketersediaan es dan BBM menyebabkan nelayan harus mengeluarkan biaya lebih tinggi sehingga keuntungannya menjadi berkurang. Ketiga strategi tersebut merupakan titik penentu dalam upaya pengembangan perikanan pelagis di Bangka Selatan. Selain itu, tentunya kebijakan pemerintah terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan, introduksi teknologi baru, pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan, peningkatan akses permodalan serta pengembangan jalur pemasaran menjadi strategi yang tidak terpisahkan. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan terutama tempat pemasaran hasil tangkapan sangat penting artinya bagi perkembangan pusat perikanan di wilayah pesisir. Hal ini senada dengan ungkapan Saridewi 2006 yang menyatakan bahda salah satu prioritas dalam pengembangan desa pantai yang berbasis perikanan adalah dengan pengembangan fasilitas pelelangan ikan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam pengembangn kawasan perikanan, pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan sudah seharusnya memberikan sumbangsih dan peran aktif dalam mengoptimalkan pemanfaatan SDI baik melalui introduksi teknologi penangkapan yang lebih efektif dan selektif, pendampingan nelayan dan penguatan kelembagaan. Melalui penguatan kelembagaan dan pendampingan diharapkan dapat mengangkat derajat kesejahteraan nelayan dan sekaligus menjadikan sektor perikanan tangkap sebagai leading sector dalam perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan. Selain itu, keberadaan sumberdaya perikanan bagi masyarakat pesisir yang sangat penting hendaknya menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam merancang pola pengelolaan yang rasional. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat berlanjut sustainable dan memberi nilai ekonomi bagi pengembangan kawasan Bangka Selatan Gaffar et al. 2007. Secara rinci, strategi dan program pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan adalah sebagai berikut: Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis sesuai potensi lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium 1 Pengembangan teknologi alat tangkap jaring millenium melalui sosialisasi dan penyuluhan kepada nelayan 2 Melakukan pendataan hasil tangkapan ikan pelagis dengan mewajibkan nelayan mempunyai log book dan melaporkan ke TPI. 3 Membuat suatu sistem pendataan hasil tangkapan nelayan yang terintegrasi. Peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada penangkapan 20 GT 1 Penambahan armada penangkapan ikan berukuran 20 GT. 2 Membangun dan mengembangkan galangan kapal rakyat. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan pabrik es, cold storage, tpi, dermaga, SPDN 1 Peningkatan jumlah infrastruktur perikanan tangkap seperti pelabuhan perikanan, Pabrik es, TPI, depot BBM, depot alat tangkap, fasilitas perbaikan kapal dock yard di Kabupaten Bangka Selatan. 2 Pembangunan dermaga bagi pendaratan ikan hasil tangkapan yang sesuai dengan kondisi pasang surut dan gelombang di perairan Bangka Selatan. 3 Penyediaan sumber listrik bagi pemukiman nelayan. Peningkatan akses pemodalan bagi masyarakat nelayan 1 Fasilitasi antara lembaga keuangan bank dengan nelayan dalam penyusunan kelayakan usaha. 2 Menyusun strategi kemitraaan antara pengusaha dan nelayan yang dilindungi oleh pemerintah daerah. 3 Pembinaan terhadap lembaga keuangan yang telah ada ditingkat nelayan. 4 Pembentukan BPR khusus untuk melanyani masyarakat nelayan dengan persyaratan ringan dan bunga pinjaman rendah. 5 Pembentukan koperasi perikanan dan sebagai lembaga keuangan mikro yang mandiri. Penyusunan peraturan daerah tentang pemanfaatan dan pengelolaan perikanan tangkap 1 Melakukan penelitian dan pengkajian yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan 2 Penyusunan PERDA yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan wilayah pesisir dalam pengelolaan sumberdaya perikanan 3 Mensinergikan peraturan daerah Kabupaten Bangka Selatan dengan daerah lain maupun Provinsi Bangka Belitung serta peraturan pusat yang telah ada. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut oleh instansi terkait Dinas PK, Nelayan dan Keamanan 1 Penambahan jumlah dan peningkatan kualitas aparat penegak hukum. 2 Mengadakan sarana operasional pengawasan laut dengan menambah armada kapal pengawas perikanan. 3 Melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengawasan. 4 Menggalang partisipasi masyarakat pesisir dalam pengawasan kegiatan di kawasan pesisir dan laut melalui SISWASMAS. Modernisasi teknologi perikanan tangkap nelayan lokal 1 Introduksi teknologi alat dan armada penangkapan melalui penyuluhan dan pendampingan. 2 Menginventarisasi jenis teknologi penangkapan yang masih layak dikembangkan. 3 Mensosialisasikan kepada nelayan tentang jenis teknologi penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Pengembangan jalur pemasaran hasil perikanan 1 Pembangunan pasar ikan di Kabupaten Bangka Selatan 2 Memperluas jaringan pasar bagi produk perikanan melalui kerjasama 3 Pengembangan sistem pemasaran terpadu, utamanya untuk komoditi perikanan, yang dilakukan melalui Pusat Pasar Ikan Hiegienis. 4 Promosi hasil-hasil perikanan tangkap ke berbagai daerah 5 Kerjasama dengan Industri pengolahan ikan dan eksportir perikanan Introduksi teknologi baru melalui penyuluhan dan pendampingan 1 Memperkenalkan kepada nelayan tentang teknologi penangkapan yang efektif dan ramah lingkungan. 2 Menjembatani transfer teknologi antara nelayan pendatang dengan nelayan lokal. Perbaikan lingkungan pesisir dan laut melaui kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan terumbu karang 1 Rehabilitasi habitat terumbu karang yang rusak dan sulit untuk pulih secara alami seperti di Tukak-Sadai, Lepar-Pongok. 2 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. 3 Pengkayaan stok perikanan melalui kegiatan sea farming dan sea reanching untuk di perairan Bangka Selatan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1 Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek biologi, teknik, ekonomi dan sosial maka 3 jenis unit penangkapan untuk ikan pelagis yang memiliki prospek terbaik untuk dikembangkan di perairan laut Kabupaten Bangka Selatan secara berurutan adalah jaring millenium, bagan perahu dan pancing. 2 Alokasi optimum dari 3 jenis unit penangkapan terbaik untuk ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan tersebut adalah jaring millenium sebanyak 574 unit, bagan perahu sebanyak 227 unit, dan pancing sebanyak 140 unit. 3 Strategi pengembangan perikanan pelagis di Bangka Selatan dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis melalui pengembangan alat tangkap jaring millenium, pengembangan armada penangkapan berukuran 20 GT dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan.

6.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah : 1 Untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis secara optimal dan berkelanjutan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jaring millenium, bagan perahu dan pancing. 2 Dalam rangka mendukung pengoptimalan pemanfaatan ikan pelagis kecil di Kabupaten Bangka Selatan maka ketersediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap harus segera dipenuhi. Jenis sarana yang menjadi kebutuhan utama antara lain pabrik es, pembangunan dermaga dan stasiun pengisian bahan bakar bagi nelayan SPBN.