Karakteristik Fisika Kimia Perairan

37

4.4. Karakteristik Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dilakukan pada waktu yang sama dengan waktu pengambilan sampel makrozoobenthos. Parameter fisika dan kimia merupakan parameter yang menunjang kehidupan makrozoobenthos. Hasil analisis dari pengukuran parameter tersebut ditampilkan pada Gambar 9. Gambar 9. Karakteristik fisika kimia perairan Sungai Ciambulawung Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 20 21 22 23 24 25 26 27 19-Feb 19-Mar 21-Mei suhu ºC waktu pengamatan 1 2 3 4 19-Feb 19-Mar 21-Mei Ke k eruhan NTU waktu pengamatan 10 20 30 40 50 60 19-Feb 19-Mar 21-Mei k ece patan arus cm s waktu pengamatan 1 2 3 4 5 19-Feb 19-Mar 21-Mei TS S m gl waktu pengamatan 2 4 6 8 10 12 19-Feb 19-Mar 21-Mei DO m gl waktu pengamatan 5 10 15 20 25 30 19-Feb 19-Mar 21-Mei COD mg l waktu pengamatan 38 Suhu yang diperoleh dari hasil pengukuran di Sungai Ciambulawung yaitu berkisar antara 22 - 26 ºC. Dimana pada stasiun 1 suhu tertinggi terdapat pada sampling pertama yaitu 25 ºC dan terendah pada sampling ketiga yaitu 23 ºC. Pada stasiun 2, suhu tertinggi terdapat pada sampling pertama yaitu 25,3 ºC dan terendah pada sampling ketiga 22 ºC. Begitupun juga stasiun 3, sama seperti stasiun 1 dan 2. Suhu tertinggi terdapat pada sampling pertama yaitu 26 ºC dan suhu terendah pada sampling ketiga 23 ºC. Hal ini terjadi diduga karena pada saat sampling pertama kondisi cuaca cerah dibandingkan dengan sampling kedua dan ketiga. Suhu dipengaruhi oleh variasi musim, cuaca, iklim, waktu, ketinggian lokasi, dan tata guna lahan dari aliran sungai. Nilai kekeruhan di perairan Sungai Ciambulawung memiliki kisaran 1,5 - 3,7 NTU. Berdasarkan tabel nilai kekeruhan tinggi pada stasiun 2 yaitu 3 - 3,7 NTU dan untuk stasiun 1 dan 3 memiliki nilai kisaran yang sama yaitu 1,5 - 2 NTU. Tingginya nilai kekeruhan pada stasiun 2, diduga karena disekeliling stasiun ini adalah pemukiman penduduk. Dimana penduduk terkadang melakukan beberapa aktifitas di stasiun ini, seperti mencuci pakaian dan kendaraan mereka. Kekeruhan dapat disebakan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut misalnya lumpur dan pasir halus, maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan organisme lain Eaton et all.1976; Davis Cornwell 1991 in Effendi 2003. TSS Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi di perairan Sungai Ciambulawung memiliki nilai yang bervariasi yaitu pada stasiun 1 sampling pertama sampai ketiga nilainya berkisar antara 2-3 mgl. Pada stasiun 2 memiliki kisaran nilai padatan tersuspensi 1-4 mgl. Adapun pada stasiun 3 nilainya berkisar antara 1- 3 mgl. Stasiun 2 memiliki kisaran nilai padatan tersuspensi tertinggi, hal ini dimungkinkan karena aktifitas di skeliling stasiun yang menyebabkan bahan organik dan anorganik tinggi di stasiun ini. Kecepatan arus pada stasiun 1 memiliki nilai dengan kisaran 47,41-50,87 cms, nilai tersebut menunjukan bahwa arus di stasiun 1 tergolong cepat. Di stasiun 2 kecepatan arus berkisar antara 24,10-25,85 cms, hal ini menunjukan bahwa arus di stasiun 2 lebih lambat dari stasiun 1. Sedangkan pada stasiun 3 kecepatan arusnya berkisar antara 37,29-41,84 cms., arus di stasiun ini mulai cepat kembali. Hal ini 39 terjadi diduga karena pada stasiun 1 dan 3 memiliki tipe substrat batuan besar lebih banyak dibandingkan di stasiun 2 dan banyak titik - titik aliran air beriak riffle. Sedangkan di stasiun 2 tipe substratnya sedikit batuan besar dan sedikit lumpur, selain itu pada stasiun ini lebih banyak aliran air tenang pool. Derajat keasaman atau biasa dikenal dengan pH yang diperoleh dari hasil pengukuran di Sungai Ciambulawung memiliki kisaran nilai antara 5,5 - 6,5. Pada stasiun 1, 2 , dan 3 kisaran nilai pH yang diukur tidak jauh berbeda, namun dapat dilihat pada tabel Lampiran 12.. Nilai pH terendah yaitu terdapat pada stasiun 2 sampling pertama dengan nilai 5,5. Hal ini diduga pada saat itu terdapat aktivitas masyarakat di sekitar stasiun 2 yang menyebabkan pH menjadi lebih asam. Nilai tersebut tidak sesuai dengan baku mutu kelas II berdasarkan PP No.82 tahun 2001. Namun kisaran pH di Sungai Ciambulawung ini masih berada dalam kisaran pH dapat ditoleransi oleh organisme makrozoobenthos, termasuk serangga yaitu 4,5-8,5 Hawkes 1979. DO Dissolved Oxygen atau oksigan terlarut di Sungai Ciambulawung nilainya bervariasi. Pada stasiun 1 kandungan DO memiliki kisaran nilai antara 7,16-9,21 mgl. Di stasiun 2 nilai DO berkisar antara 6,91-9,21 mgl, adapun di stasiun 3 nilai kandungan DO berkisar antara 6,91-9,98 mgl. Dapat dilihat pada Gambar 10 nilai kandungan oksigen terlarut tersebut apabila dibandingkan dengan baku mutu kelas II PP No. 82 tahun 2001, maka nilainya masih berada di atas baku mutu yaitu 4 mgl. Nilai oksigen di perairan dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme makrozoobenthos Setiawan 2008. Oleh karena itu ketersediaan oksigen terlarut ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan keberadaan dari makrozoobenthos. Kandungan oksigen terlarut dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis, respirasi, dan limbah effluent yang masuk ke badan air Effendi 2003. Langley et al. 1997 menyatakan bahwa tingginya kandungan oksigen dan jarak yang dekat dengan sumber sungai merupakan faktor yang mengindikasikan kualitas air yang lebih baik. Kebutuhan oksigen biokimiawi atau BOD Biochemical Oxygen Demand di Sungai Ciambulawung berfluktuasi Lampiran 12. Nilai BOD yang tinggi yaitu terdapat pada stasiun 1 dengan kisaran nilai 1,58 - 3,84 mgl dan stasiun 2 dengan kisaran nilai 1,54 - 3,06 mgl. Sedangkan nilai BOD pada stasiun 3 lebih rendah dari 40 stasiun lainnya yaitu berkisar antara 1,54 - 2,30 mgl. Nilai BOD yang tinggi dimungkinkan karena adanya masukan bahan organik yang berasal dari kegiatan antropogenik, pohon yang berada di sekeliling stasiun atau daerah aliran sungai, dan limpasan dari aliran sungai diatasnya. Namun apabila kandungan oksigen terlarut yang terkandung di perairan tinggi, hal ini dapat membantu dalam hal pendekomposisian bahan organik yang masuk dengan bantuan bakteri. Pada stasiun 1 dan 2 ada di beberapa sampling yang nilai BOD melebihi baku mutu kelas II PP No. 82 tahun 2001. Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD Chemical Oxygen Demand pada stasiun 1 memiliki kisaran nilai 9,35-14,65 mgl. Pada stasiun 2 berkisar antara 5,82- 25,24 mgl, dan pada stasiun 3 kisaran nilai COD yaitu 8,18-17,59 mgl. Nilai COD tertinggi berada pada stasiun 2 yaitu 25,24 mgl, dan nilai ini pun melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Nilai COD yang tinggi diduga karena stasiun 2 dikelilingi oleh pemukiman penduduk sehingga masukan bahan organik pun semakin besar akibat dari kegiatan masyarakat. Kualitas air di perairan sungai Ciambulawung masih dapat dikatakan baik, apabila dilihat berdasarkan nilai hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan yang umumnya masih memenuhi nilai baku mutu kelas II PP No. 82 tahun 2001. Begitu juga apabila dikaitkan dengan analisis menggunakan indeks pencemaran dan indeks storet, rata – rata nilai indeks pencemaran ketiga stasiun menunjukan bahwa kualitas perairan baik. Nilai Indeks pencemaran tiap stasiun setiap sampling dapat dilihat pada Tabel 15. Indeks storet pun menunjukan hasil yang sama yaitu perairan masuk kedalam kelas A baik sekali dan kelas B baik, hanya saja dalam penggunaan metode storet ini terlihat bahwa pada stasiun 2, total skor penilaian yang tidak memenuhi baku mutu yaitu paling tinggi. Hal ini dikarenakan nilai BOD dan COD yang melebihi baku mutu. Tingginya nilai BOD dan COD diduga karena disekeliling stasiun 2 yang merupakan pemukiman, memungkingkan banyaknya bahan organik yang masuk kedalam perairan yang berasal dari aktifitas manusia. Nilai indeks storet tiap stasiun setiap sampling dapat dilihat pada Tabel 16. 41 Tabel 15. Nilai indeks pencemaran di perairan Sungai Ciambulawung Nilai Stasiun 1 2 3 CiLij R 0,58 0,57 0,51 CiLij M 0,94 0,92 0,87 Ipij 0,78 0,76 0,71 Evaluasi baik baik Baik Tabel 16. Nilai indeks storet di perairan Sungai Ciambulawung Nilai stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3 total skor -2 -6 Kelas B Baik B Baik A Baik sekali tingkat kualitas cemar ringan cemar ringan memenuhi baku mutu

4.5. Kesamaan antar Stasiun Berdasarkan Komposisi Makrozoobenthos