9
2.2.5. Derajat keasaman pH
Nilai pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu contoh air dan mewakili konsentrasi ion hidrogennya. Konsentrasi ion hidrogen ini akan
berdampak langsung terhadap keanekaragaman dan distribusi organisme serta menentukan reaksi kimia yang akan terjadi. Dari hasil aktivitas biologi dihasilkan
CO
2
yang merupakan hasil respirasi, CO
2
inilah yang akan membentuk ion buffer atau penyangga untuk menyangga kisaran pH di perairan agar tetap stabil Goldman
Horne 1983. Menurut Brower et al. 1990, nilai pH berpengaruh langsung pada keanekaragaman dan distribusi organisme serta berpengaruh juga pada beberapa
reaksi kimia alami yang terjadi di lingkungan perairan. Makrozoobenthos mempunyai kenyamanan kisaran pH yang berbeda - beda.
Sebagai contoh, Gastropoda lebih banyak ditemukan pada perairan dengan pH di atas 7, sedangkan kelompok insekta banyak ditemukan pada kisaran pH 4,5 - 8,5.
2.2.6. Oksigen terlarut
Sumber utama oksigen terlarut di perairan dari atmosfer dan fotosintesis tumbuhan air Ward 1992. Di daerah aliran air biasanya kandungan oksigen berada
dalam jumlah yang cukup banyak. Oleh karena itu hewan pada aliran air umumnya mempunyai toleransi yang sempit dan terutama peka terhadap kekurangan oksigen
Odum 1993. Di daerah hulu turbulensi membantu pertukaran gas terlarut antara atmosfer dan permukaan air. Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian
diurnal dan musim tergantung pada percampuran mixing dan pergerakan turbulance massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah effluent yang
masuk ke badan air. Oksigen terlarut merupakan faktor lingkungan yang penting sekali bagi
serangga air untuk menunjang proses respirasinya Ward 1992. Interaksi antara oksigen terlarut dengan arus, substrat, dan suhu menunjang ekologi serangga air,
pola distribusi dari oksigen terlarut akan berpengaruh juga pada pola distribusi serangga air. Nimfa Stonefly mengalami kematian setelah 24 jam ketika terjadi
tingkat kadar oksigen yang rendah dengan kecepatan arus 1,5 cmdetik.
10
2.2.7. Kebutuhan oksigen kimiawi COD