Pengolahan Data Kedua Hasil Analisis 1 Pengolahan Data Pertama

42 berpengaruh dalam proses tersebut. Jumlah urea tercecer paling besar terjadi pada bulan Januari sebesar 197,61 ton dan jumlah kesalahan pada saat loading truck yang terbesar juga terjadi pada bulan Januari sebanyak 242,66 ton. Namun jika dilihat dari jumlah total kesalahan pada saat proses pengemasan per Januari-Juni 2011 di unit bagging, faktor urea tercecer menjadi faktor utama, yaitu dengan jumlah 789,25 ton lalu diikuti oleh faktor kesalahan pada saat loading truck dengan jumlah 772,12 ton, sedangkan kesalahan pembongkaran gudang 145,43 ton. Ju m lah kes a lahan s e lam a 6 bu lan Jenis kesalahan yang ada 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Urea tercecer Kesalahan Loading Kesalahan pembongkaran Gambar 12. Grafik Pareto kesalahan di unit bagging Sebagaimana yang terlihat di grafik Pareto, berdasarkan perhitungan tersebut perlu diadakan peninjauan lebih spesifik mengenai permasalahan tersebut. Peninjauan akar masalah yang jelas dapat memperkecil peluang terjadinya kesalahan yang sama, agar mampu mempersiapkan hal-hal yang perlu diintrospeksi dan diperbaiki untuk kedepannya. Faktor kesalahan pada saat loading truck melibatkan pihak eksternal dalam hal ini buruh angkut, maka pencarian akar masalah akan lebih difokuskan untuk hal-hal internal yang dapat dikaji secara lebih mendetail, baik secara langsung maupun tak langsung. Untuk dari itu penelitian menitikberatkan pada permasalahan urea tercecer.

4.4.2 Pengolahan Data Kedua

Pemfokusan masalah pada permasalahan urea yang tercecer melibatkan banyak pihak sebagai sumber informasinya, diantaranya manager bagging dan supervisor lapangan. Menurut beberapa data dari 43 para ahli dapat dilihat pada diagram Ishikawa atau Tulang Ikan pada Gambar 13. Dalam gambar, sumber permasalahan eksternal cuaca, suhu dan kelembaban pabrik tidak dimasukan, karena hal-hal tersebut bersifat alamiah. Gambar 13. Diagram Fishbone Keterangan: = Permasalahan yang akan dikaji. = Sumber masalah utama 4M = Akar penyebab masalah = Sub akar penyebab masalah Berdasarkan diagram Ishikawa di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 4 empat faktor utama dalam permasalahan proses bagging yang menyebabkan tercecernya urea. Keempat 4 hal di atas dapat juga dikatakan bahwa faktor 4M dapat mempengaruhi mutu suatu proses produksi, empat 4 hal tersebut yaitu man manusia atau pekerja, machine mesin produksi atau mesin operator, method metode yang digunakan atau SOP dan material bahan baku kemasan yang digunakan. 44 1. Man atau manusia yang mempengaruhi proses tersebut melibatkan 4 empat atribut, yaitu: a. Skill Skill atau kemampuan, baik dasar maupun yang sudah dipelajari terlebih dahulu melalui pendidikan atau pelatihan, sangat berpengaruh bagi proses produksi. Pendidikan terakhir pekerja mempengaruhi pola pikir dan pemahaman situasional yang dihadapi di tempat kerja. Pelatihan yang tepat bagi calon pekerja maupun pelatihan tiap beberapa periode tetap harus dilakukan oleh perusahaan demi menekan kesalahan di bidang pengemasan yang diakibatkan oleh kurangnya skill pekerja. b. Konsentrasi Konsentrasi pekerja di tempat kerja sangat diperlukan, mengingat proses produksi dilakukan secara terus menerus selama 24 jam lamanya. Pekerja bagian pengemasan memiliki waktu bekerja 8 delapan jam per shift, sehingga hal ini membutuhkan konsentrasi mengingat faktor kelalaian petugas dapat menyebabkan tidak efektifnya proses kerja di pabrik. c. Faktor Internal Faktor internal dapat mempengaruhi kondisi pekerja itu sendiri. Masalah keluarga, keuangan dan hal-hal yang bersifat pribadi yang dapat mempengaruhi kondisi psikis dan kondisi mental pekerja, sehingga kinerja di lapangan dapat menurun. Untuk itu, perlu adanya motivator bagi para pekerja yang membutuhkannya. d. Kondisi Fisik Kondisi fisik pekerja, meliputi umur, tenaga dan kualitas kesehatan pekerja itu sendiri. Kondisi inilah yang dapat dilihat secara langsung, untuk itu para supervisor pabrik pengemasan dituntut lebih jeli dalam memilih pekerjanya. 2. Machine atau mesin yang digunakan dalam proses pengemasan dipengaruhi oleh 4 empat atribut, yaitu: 45 a. Umur Mesin Beberapa mesin ada yang dibuat pada tahun 70-an, sehingga umur mesin sudah tergolong tua atau tidak modern, sehingga efektifitas kecepatan memproduksi dan efisiensi biaya penjalanan mesin semakin tua mesin, maka akan semakin boros bahan bakar. Untuk itu perlu adanya penggantian atau penambahan mesin baru secara berkala demi peremajaan sistem produksi pengemasan di pabrik. b. Maintenance Maintenance atau pengecekan secara berkala dapat mengurangi resiko kerusakan mesin, penerapan kebijakan perusahaan dengan sistem PERTA perbaikan tahunan dan kebijakan unit bagging melakukan rotasi pada mesin dianggap sudah pas dengan standarisasi perusahaan. Dengan adanya pengecekan sebelum dan sesudah pemakaian alat, maka usaha pengurangan resiko kerusakan mesin akan menjadi lebih optimal. c. Kerusakan Kerusakan dipengaruhi faktor umur mesin, maka ada beberapa alat sudah mencapai tahap kerusakan, sebagai contoh di lini 1, lini 1 digunakan untuk pengemasan dengan skala 1 satu ton, namun dikarenakan tingkat kebocoran oli yang tinggi, yang dapat merusak mutu dan produk pupuknya itu sendiri, maka mesin lini 1 sangat jarang digunakan. Adanya perbaikan mesin di lini 1 dapat meningkatkan skala penjualan pupuk urea dengan berat 1 satu ton. Kesalahan bin tumpah diakibatkan kecepatan pengemasan belum sejalan dengan kecepatan pengiriman urea dari pabrik produksi urea, untuk mencapai keselarasan, perlu penghitungan dan pembuatan standar kecepatan pengemasan per karungnya agar tingkat presisi dapat dijaga. d. Kelebihan Takaran Persentase kelebihan takaran banyak terjadi dalam proses pengemasan, tetapi masih dalam skala kecil dan masih di bawah ambang batas standarisasi yang diterapkan perusahaan. Perusahaan 46 menerapkan batas toleransi untuk kemasan ukuran 50 kg ± 300 g. Perusahaan mampu menjaga kekonsistenan takaran di batas toleransi, sehingga mutu takaran kemasan dapat terjaga. Namun alangkah lebih baiknya, apabila perusahaan mampu menekan batas toleransi tersebut, sehingga perusahaan dapat memproduksi urea lebih efisien. 3. Method atau metode yang mempengaruhi proses tersebut melibatkan 3 tiga atribut, yaitu: a. Shift Shift yang diberlakukan untuk para pekerja pengemasan langsung pekerja dan supervisor selama 8 delapan jam per hari dengan waktu pengerjaan 24 jam terbilang bagus. Namun penempatan beberapa karyawan dalam suatu shift perlu diatur, agar lebih efektif, sebagai contoh penempatan karyawan shift pagi lebih banyak dibanding shift sore dan malam, dikarenakan jumlah pemroduksian pada saat pagi hari cendrung lebih banyak jumlahnya. b. Jam Istirahat Jam istirahat pekerja perlu diatur secara tepat, demi menghindari penumpukan jumlah pegawai yang menganggur atau kekurangan pekerja disaat jam sibuk. c. Efektivitas Pekerja Efektivitas pekerja dapat dilihat dari jumlah pekerja yang tersedia di satu lini, yaitu 4 empat orang, dengan rincian 1 satu orang bertugas sebagai bagger, 1 satu orang bertugas merapihkan posisi karung, 1 satu orang bertugas di mesin jahit dan 1 orang stand-by untuk menggantikan yang lainnya. Rotasi diantara keempat 4 pekerja tersebut harus dipastikan lebih jelas waktunya agar dapat menurunkan tingkat kejenuhan dan terbaginya waktu istirahat secara lebih jelas. 4. Materials atau bahan baku yang mempengaruhi proses tersebut melibatkan 1 satu atribut, yaitu: 47 Karung Dalam kasus bahan baku, PT Pupuk Kujang bekerjasama dengan beberapa penyuplai karung plastik yang digunakan dalam proses pengemasan, yaitu PT Polyplast Surabaya, PT Sumongan Semarang dan PT Karper. Penyortiran karung-karung terlebih dahulu perlu dilakukan sebelum digunakan dalam proses pengemasan untuk penjagaan mutu karung sebagai kemasan pelindung pupuk urea.

4.4.3 Pengolahan Data Ketiga