BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Lingkungan kerja merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam suatu pekerjaan. Lingkungan kerja yang tidak memperhatikan
kenyamanan, kepuasan, keselamatan dan kesehatan kerja tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kerja manusia. Perancangan stasiun kerja
redesign harus memperhatikan peranan dan fungsi pokok dari komponen- komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesinperalatan dan
lingkungan fisik kerja. Fasilitas kerja yang digunakan oleh operator dalam menyelesaikan
tugasnya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja dalam suatu sistem kerja. Fasilitas kerja yang baik harus memperhatikan
kenyamanan bagi pekerja yang menggunakannya. Fasilitas kerja yang tidak sesuai dan sikap kerja yang salah dapat mengakibatkan terjadinya masalah-masalah pada
tubuh pekerja serta menurunnya produktivitas kerja. UD Satria adalah industri kecil yang bergerak dalam bidang usaha pandai
besi yaitu pembuatan kuali. Pembuatan kuali meliputi beberapa tahap, yaitu dimulai dari tahap pengukuran dimensi kuali, pemotongan, pemukulan kasar,
pemukulan halus, penghalusan tepi kuali, pembuatan kuping kuali, dan pemasangan kuping kuali.
Penelitian dilakukan pada stasiun pemukulan halus yang dilakukan oleh dua orang pekerja yang bekerja di atas kursi dengan ketinggian 20 cm dan velg
diletakkan di atas lantai sebagai wadah pemukul. Ketinggian velg yang lebih rendah dari kursi mengakibatkan posisi tubuh operator membungkuk serta kaki
kanan operator digunakan sebagai penyangga agar kuali tetap berada dalam wadah pemukul. Frekuensi pemukulan pada tahap pemukulan halus mencapai 100
hingga 110 kali pukulan per menit pada kuali berdiameter 55 cm dan produk yang dihasilkan ± 15 unit per hari. Kondisi aktual operator saat melakukan pemukulan
halus dapat dilihat pada gambar 1.1
Gambar 1.1 Kondisi Aktual Saat Operator Melakukan Pemukulan Halus
Kondisi nyata pada UD Satria menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah ergonomi yang perlu segera dilakukan perbaikan untuk meningkatkan
kinerja serta mengurangi masalah-masalah yang ada, yaitu fasilitas kerja yang tidak mendukung sehingga operator bekerja dalam kondisi membungkuk. Hasil
perhitungan postur kerja dengan REBA didapatkan nilai 12 untuk bagian tubuh kanan dan 11 untuk bagian tubuh kiri, yang berarti level resiko sangat tinggi untuk
bagian tubuh kanan dan kiri. Penelitian yang dilakukan berupa perbaikan postur kerja dengan penggunaan kursi kerja dan velg dengan ketinggian 44,92 cm dan
49,90 cm yang telah dirancang sebelumnya pada penelitian Sepri Benny 2014 sesuai dengan antropometri agar perbaikan yang dilakukan dapat mengurangi
keluhan muskuloskeletal dan tidak cepat lelah. Fasilitas yang digunakan pekerja tidak ergonomis sehingga menyebabkan
kondisi kerja membungkuk dan kaki yang tertekuk serta kerja otot atau kerja fisik mengangkat martil yang beratnya mencapai ½ kg, 1 kg, 1½ kg sampai dengan 2
kg dapat menimbulkan resiko terjadinya keluhan musculoskeletal. Keluhan yang sering dialami oleh operator adalah mengalami sakit pada leher bagian atas,
punggung hingga sakit pada pergelangan kaki, serta kelelahan saat bekerja. Penelitian yang dilakukan Agung 2011 pada industri kerupuk di desa
turus gede rembang dalam tugas sarjana menunjukkan bahwa bekerja dengan kondisi kerja duduk di kursi yang terlalu kecil tanpa meja dengan posisi kerja kaki
tertekuk dan badan membungkuk mengakibatkan pekerja pada saat proses bekerja tidak dapat duduk dengan nyaman, sehingga sering mengalami kesemutan, pegal-
pegal, dan cepat merasa lelah. Fasilitas kerja yang tidak sesuai dan sikap kerja
yang salah akan menyebabkan turunnya produktivitas dan timbulnya masalah- masalah pada tubuh pekerja. Perancangan fasilitas berdasarkan penerapan
antropometri tubuh pekerja dilakukan pada meja dan kursi pada bagian pemotongan dan hasil dari pengujian terhadap fasilitas kerja adalah operator
merasa nyaman pada bagian tubuh yang sebelum menggunakan fasilitas kerja ergonomis merasa tidak nyaman.
Penelitian yang dilakukan oleh Endang 2011 pada industri mozaik di Yogyakarta, menunjukkan bahwa postur kerja tidak ergonomis saat melakukan
pekerjaan dengan menggunakan bangku kayu pendek. Postur kerja duduk membungkuk dan kaki menekuk, hal ini menyebabkan terhambatnya sirkulasi
darah pada kaki sehingga menyebabkan kelelahan serta sakit pada bagian tulang belakang. Perancangan fasilitas kerja ergonomis dilakukan untuk mengurangi
keluhan dan kelelahan pekerja. Perancangan fasilitas kerja dilakukan berdasarkan dimensi tubuh pekerja yaitu berupa meja, kursi kerja, dan wadah lem yang
ergonomis.
1.2 Rumusan Masalah