BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
UD Satria merupakan industri kecil yang bernaung dalam usaha pandai besi. Usaha yang didirikan oleh Bapak Sudirman pada mulanya hanya
memproduksi kuali. Seiring berjalannya waktu dan permintaan pelanggan kini UD Satria dapat menghasilkan produk kuali, linggis dan pahat.
UD Satria telah berdiri sudah 16 tahun lamanya dan kini diteruskan oleh cucunya yang bernama Ameng. Bapak Ameng merupakan cucu pemilik usaha ini
yang pernah bekerja dalam pembuatan kuali. Kualitas kuali yang baik dan cara kerja pembuatan kuali yang benar sangat dikuasai oleh Bapak Ameng. Usaha ini
sudah dikelolanya dari tahun 2006 meskipun hanya mengandalkan 8 orang pekerja sebagai operator pembuatan kuali, Pak Ameng masih dapat meneruskan
usahanya sampai saat ini.
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Bahan baku pembuatan kuali adalah plat besi dengan ketebalan 0,3 mm. Kuali yang dibuat dengan berbagai ukuran mulai dari ukuran 55 cm, 68 cm 81 cm
hingga 115 cm dan memiliki kedalaman yang berbeda-beda yaitu 15 cm, 18 cm, 24 cm hingga 30 cm sesuai dengan pemesanan. Ukuran kuali yang biasanya
dipesan oleh pelanggan adalah kuali besi berukuran 55 cm dengan kedalaman 15
cm. UD Satria dapat menghasilkan produk kuali yang berdiameter 55 cm sebanyak 15 unit per hari.
Sistem pemesanan dilakukan berdasarkan jumlah pesanan yang ditetapkan oleh pelanggan. Pemesanan biasanya berasal dari restoran-restoran atau rumah
makan di sekitar kota Medan. Kuali yang sudah dipesan akan ditetapkan kapan jadwal barang akan diambil oleh pemesan karena di usaha ini tidak memiliki
pendistribusian untuk menggantarkan barang ke pelanggan.
2.3 Organisasi dan Manajemen
Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang- orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya uang, material, mesin, metode, lingkungan, sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya
yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur
tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur
organisasi UD Satria adalah line structure karena pimpinan umumnya adalah pemilik dari perusahaan itu sendiri. Semua keputusan baik yang bersifat strategis
maupun operasional akan diambil sendiri oleh pemilik. Strategi utama yang diterapkan pada tipe organisasi usaha semacam ini adalah bagaimana perusahaan
dapat terus dijalankan dan tetap ada permintaan di pasar. Struktur organisasi UD Satria dapat dilihat pada Gambar 2.1
Pemilik
Tenaga Kerja Stasiun
Pemotongan Plat Besi
Tenaga Kerja Stasiun
Pemukulan Kasar
Tenaga Kerja Stasiun
Pemukulan Halus
Tenaga Kerja Stasiun
Pembuatan Kuping Kuali
Tenaga Kerja Stasiun
Pemasangan Kuping
Kuali Tenaga
Kerja Stasiun
Penggerinda an
Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD Satria
2.3.2 Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian tugas dan tanggung jawab pada UD Satria dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap
bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut: 1.
Pemimpin Pimpinan tertinggi dalam perusahaan ini adalah pemilik UD Satria yang
memiliki keseluruhan modal selama proses produksi berlangsung. Pemilik bertanggung jawab untuk memberikan upah dan memperhatikan kesejahteraan
operator yang bekerja Adapun tugas pemilik adalah sebagai berikut:
a. Bertugas mengawasi jalannya proses produksi dan kinerja dari operator.
b. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa dan mengevaluasi serta
menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.
Pemimpin
Operator Pemotongan
Plat Besi Operator
Pemukulan Kasar
Operator Pemukulan
Halus Operator
Penggerinda an
Operator Pembuatan
Kuping Operator
Pemasangan Kuping
c. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap tenaga kerja dan
menjalin hubungan baik. 2.
Operator pemotongan. Tenaga kerja stasiun pemotongan memiliki tanggung jawab atas semua hal
yang berkaitan dengan plat besi sebelum dilakukan pemukulan atau pencetakan.
Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun pemotongan adalah sebagai berikut: a.
Menggukur dimensi diameter kuali dan menggambarkan pola ke dalam plat besi.
b. Memotong plat besi yang telah dibesi pola.
c. Meratakan pinggiran plat besi dengan menggunakan gunting besi.
3. Operator pemukulan kasar
Tenaga kerja stasiun pemukulan kasar memiliki tanggung jawab atas plat besi yang telah dipotong untuk dipukul hingga mencapai kedalaman kuali yang
diinginkan. Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun pemukulan kasar adalah sebagai
berikut: a.
Memukul plat besi hingga cekung dengan memakan waktu lebih kurang 15 menit per kuali.
b. Meletakkan kuali yang telah dipukul ke tempat penyimpanan sementara
untuk selanjutnya akan dibawa ke stasiun pemukulan halus.
4. Operator pemukulan halus
Tenaga kerja stasiun pemukulan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan penghalusan permukaan kuali agar lebih rata.
Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun pemukualan halus adalah sebagai berikut:
a. Menggambil kuali yang telah dipukul pada stasiun pemukulan kasar dan
diletakkan di velg. b.
Memukul kuali dengan menggunakan martil kayu berukuran 12 kg hingga 2 kg bertujuan untuk mendapatkan permukaan kuali yang halus dan
merata. c.
Meletakan kuali yang telah dipukul ditempat penyimpanan. 5.
Operator penggerindaan Tenaga kerja stasiun pengeringan memiliki tanggung jawab atas semua hal
yang berhubungan dengan penghalusan pinggiran kuali Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun penggerindaan adalah sebagai
berikut: a.
Mengambil kuali ditempat penyimpanan. b.
Menyiapkan mesin gerinda. c.
Mengghidupkan mesin gerinda. d.
Menggerinda bagian pinggiran kuali agar lebih halus. 6.
Operator pembuatan kuping kuali Tenaga kerja stasiun penggorengan memiliki tanggung jawab atas pembuatan
kuping kuali.
Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun pembuatan kuping kuali adalah sebagai berikut:
a. Mengambil besi yang telah dipotong dengan panjang 8 cm.
b. Menyiapkan tempat pembakaran.
c. Memanaskan besi di tempat pembakaran.
d. Memukul besi dengan menggunakan martil besi pada bagian tepi besi.
7. Operator pemasangan kuping kuali
Tugas tenaga kerja pada stasiun pemasangan kuping kuali adalah memasang kuping besi yang telah dipukul di kuali dengan menggunakan las listrik.
Stasiun ini merupakan tahap akhir dari proses pembuatan kuali.
2.3.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan agar usaha ini berjalan dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Daftar Tenaga Kerja No
Uraian Jumlah Tenaga kerja
1 Pemilik
1 orang 2
Operator Stasiun Pemotongan 1 orang
3 Operator Stasiun Pemukulan Kasar
2 orang 4
Operator Stasiun Pemukulan Halus 2 orang
5 Operator Stasiun Penggerindaan
1 orang 6
Operator Stasiun Pembuatan Kuping Kuali
1 orang 7
Operator Stasiun Pemasangan Kuping Kuali
1 orang Jumlah
9 orang
Sumber : UD Satria
Adapun jam kerja perusahaan adalah 7 jam kerja produktif yaitu mulai pukul 08.00 WIB –17.00 WIB dan satu jam istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB.
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon kerja dan Nomos hukum, sehingga ergonomi dapat di defenisikan sebagai studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desainperancangan. Ergonomi
berkenaan juga dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan dimana saja manusia berada.
1
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya; penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja shift kerja, meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Ergonomi Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas
kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun desain ataupun rancang ulang re-desain. Hal ini dapat meliputi perangkat keras
seperti misalnya perkakas kerja tools, bangku kerja, platform, kursi, pegangan alat kerja, control and display, pintu, dan lain-lain.
1
Nurmianto, Eko, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 2004, h.1
juga dapat berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer.
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desaian suatu
sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual visual display unit
statation. Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja desain suatu perkakas kerja handtools untuk mengurangi kelelahan kerja,
desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat
dengan meminimumkan resiko kesalahan serta upaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang
tepat. Penyelidikan terhadap manusia, lingkungan, mesin, peralatan dan bahan
baku serta interaksi yang terjadi di dalamnya, perlu pemahaman. Untuk dapat menghasilkan rancangan sistem kerja yang baik perlu dikenal sifat, kemampuan,
fisik dan keterbatasan yang dimiliki manusia. Dalam sistem kerja, manusia berperan sentral yaitu sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, dan
pengevaluasi sistem kerja agar diperoleh hasil kerja yang baik. Oleh karena itu terdapat istilah Human Control Design yang mana berarti manusia sebagai pusat
atau tolak ukur untuk melakukan rancangan. Pengukuran kekuatan fisik manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa
besarnya tenaga yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya. Secara umum kriteria pengukuran aktivitas dapat dibagi dalam dua kelas, yaitu:
1. Kriteria fisiologi
Kriteria ini merupakan kegiatan manusia yang ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya
tenaga yang akurat berdasarkan kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan
beberapa fungsi fisiologis, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru- paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang
dihasilkan, temperatur badan dan sebagainya. 2.
Kriteria Operasional Kriteria ini melibatjan teknik-teknik untuk mengukur atau menggambarkan
hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan-gerakannya.
Secara umum gerakan-gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk-bentuk range rentang gerakan, pengukuran
aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian.
2
Desain kerja adalah ilmu pengetahuan yang baru berhubungan dengan menyesuaikan pekerjaan, tempat kerja, dan lingkungan kerja terhadap manusia.
Ilmu ini dikenal di Amerika dengan sebutan human factor, sedangkan dikenal
3.2 Perancangan Secara Ergonomi