untuk mengeksploitasi sumberdaya lokal F vs N, R; keberlanjutan ekonomi dengan kualitas sumberdaya R vs N, F; keberlanjutan ekologi Ulgiati dan
Brown 1998. ESI1 menjadi indikasi dari konsumen, produk atau proses, ESI1 mengindikasikan bahwa produk memiliki kontribusi bersih terhadap masyarakat.
Berkaitan dengan ekonomi ESI1 berindikasi terhadap orientasi konsumen suatu sistem yang sangat berkembang. Sementara untuk ESI10 berindikasi terhadap
perekonomian yang belum berkembang, sedangkan kisaran ESI antara 1 dan 10 merupakan indikasi suatu negara atau sistem sedang berkembang Brown dan
Ulgiati 1997. Dengan nilai ESI 7.48 sejyr, ini mengindikasikan bahwa kegiatan penangkapan ikan mempunyai pengaruh nyata terhadap perekonomian yang ada
di Desa Olele dan berkelanjutan, tetapi disisi lain dengan meningkatnya nilai ESI belum tentu daerah ini dianggap sebagai daerah berkembang.
ESI1 menjadi indikasi dari konsumen, produk atau proses, ESI1 mengindikasikan bahwa produk memiliki kontribusi bersih terhadap masyarakat.
Berkaitan dengan ekonomi ESI1 berindikasi terhadap orientasi konsumen suatu sistem yang sangat berkembang. Sementara untuk ESI10 berindikasi terhadap
perekonomian yang belum berkembang, sedangkan kisaran ESI antara 1 dan 10 merupakan indikasi suatu negara atau sistem sedang berkembang. Menurut Cao
dan Feng 2007 yang dikutip oleh Zhang et al. 2010, 2011 bahwa nilai ESI1 menunjukkan bahwa produk dan proses suatu sistem tidak berkelanjutan. Nilai
suatu sistem dengan 1ESI5 menunjukkan bahwa sistem produksi atau suatu proses memiliki keberlanjutan dan berkontribusi terhadap perekonomian untuk
jangka menengah, dan produk atau proses dengan ESI5 dapat dianggap berkelanjutan jangka panjang.
5.2.2. Analisis Ecological Footprint Perikanan
Kehidupan manusia dan semua kegiatan manusia bergantung pada alam. Implikasi dari hal ini pepatah ekologis menjelaskan bahwa menjadi manusia yang
berkelanjutan harus hidup dalam kapasitas daya dukung alam Wackernagel et al. 1999. Daya dukung akan sangat ditentukan oleh batasan-batasan kawasan yang
akan dianalisa misalnya dengan melihat luasan wilayah, kondisi biogeofisik wilayah, serta kebutuhan manusia terhadap sumberdaya untuk memenuhi
0.000 0.001
0.001 0.002
0.002
2007 2008
2009 2010
E F
km 2
ka p
it a
Tahun
kebutuhannya. Untuk analisis daya dukung perikanan suatu kawasan dapat diketahui dengan melihat seberapa besar konsumsi perikanan dengan luasan lahan
atau kawasan tersedia sehingga keberlanjutan ekosistem perikanan itu tetap lestari. Swartz 2010 mengemukakan bahwa dampak global penangkapan ikan
pada suatu sistem ekosistem yang meliputi spesies di seluruh rantai makanan dari herbivora sampai ke pemangsa atas tidak dapat sepenuhnya dinilai oleh studi satu
jenis spesies ikan saja.
Gambar 11. Ecological footprint perikanan Desa Olele Selanjutnya Swartz 2010 menjelaskan bahwa cara yang lebih tepat dalam
mengukur ekspansi dan batasan perikanan adalah dengan melihat kebutuhan produktifitas primer PPR dari berbagai jenis ikan untuk melihat daya dukung
ecological footprint analysisEFA perikanan. Seperti yang didefinisikan oleh Pauly dan Cristensen 1995 bahwa PPR memungkinkan untuk melihat
perbandingan langsung dari produktifitas primer yang dibutuhkan berdasarakan trophic level
TL dalam menghasilkan tangkapan kelompok spesies tertentu dan dalam satu periode waktu tertentu minimal satu tahun. Wackernegel 1996
menjelaskan bahwa indokator ecological footprint disebut juga indikator ecospace didefinisikan untuk menjawab seberapa besar area produktif dari daratan perairan
sebagai sumberdaya bagi keberlanjutan hidup manusia secara langsung untuk standar kehidupan dan dengan teknologi. Dong-dong 2010 berpendapat bahwa
luas lahan yang dibutuhkan untuk dimanfaatkan oleh suatu populasi sangat bergantung pada sistem produksi ekologis dan pola konsumsi sumberdaya.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk ecological footprint EF di Desa Olele yang ditampilkan pada Gambar 11, menunjukkan bahwa EF di Desa Olele dalam
empat tahun terakhir setalah pembentukan KKLD Olele memiliki nilai EF yang tidak terlalu jauh berubah. Pada Tahun 2007, estimasi EF sebesar 0.0017
km
2
kapita dengan luasan area yang dibutuhkan adalah 1 342 km
2
atau sekitar 53 kali luas daratan Desa Olele. Setelah itu, mengalami peningkatan pada tahun 2008
sebesar 0.002 dengan luasan area yang dibutuhkan 1 624 km
2
. Pada tahun 2009 dengan estimasi kebutuhan area menjadi 1 476 km
2
. Terakhir pada tahun 2010 terjadi lagi kenaikan kebutuhan luasan sebesar 1 506 km
2
lebih lengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 15. Kebutuhan ruang ekologis sistem akuatik lokal dan regional.
Karakteristik 2007
2008 2009
2010 Desa Olele
PPR Trophic Shelves Kg 413 735.20
502 343.34 455 426.61
464 968.04 PPR Coastal n and Coral System
Kg 6 432.26
3 163.69 5 811.47
5 344.63 Jumlah Penduduk
810 835
864 983
EF km
2
Kapita 0.0017
0.0019 0.0017
0.0015 Kebutuhan Ruang km
2
1 342 1 624
1 475 1 506
Cakupan kali 53
64 58
59
Kecamatan Kabila Bone PPR Trophic Shelves Kg
467 129.36 429 828.33
374 985.91 358 002.21
PPR Coastal n and Coral System Kg
24 333.92 19 951.85
21 574.75 22 627.88
Jumlah Penduduk 1 534
9 150 9 176
10 346 EF Km
2
Kapita 0.0002
0.0002 0.0001
0.0001 Kebutuhan Ruang km2
1 534 1 409
1 234 1 180
Cakupan kali 11
10 9
8
Ket : Luas Desa Olele 25.40 km
2
, Kecamatan Kabila Bone 143.51 km
2
BPS Kabupaten Bone Bolango, 2011
Tabel 15 merupakan ringkasan perhitungan EF sistem perikanan di Desa Olele dan Kecamatan Kabila Bone untuk periode tahun 2007-2010. Untuk
perhitungan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari Tabel 13 dapat dilihat nilai EF lokal rata-rata adalah 0.002 km
2
kapita dan membutuhkan