Isu-isu potensial yang sebagai ancaman serius bagi perairan pantai Olele antara lain: a pemanfaatan punggung-punggung bukit untuk perkebunan jagung
dan palawija lainnya akan merusak permukaan tanah dan menyebabkan terjadinya erosi yang membawa material lumpur ke ekosistem terumbu karang, b
pertumbuhan pemukiman yang tidak dilengkapi sistem sanitasi lingkungan yang baik termasuk drainase yang akan meningkatkan akumulasi sampah organik
maupun anorganik ke perairan, c tingkat pengetahuan dan keterampilan yang rendah, wawasan lingkungan tidak memadai akan berimplikasi negatif terhadap
lingkungan sumberdaya alam karena masyarakat mempergunakan alat-alat destruktif dalam menangkap ikan seperti penggunaan bom dan racun, dan d
status kawasan pantai Olele yang belum memiliki bingkai hukum untuk pengelolaan terpadu akan menyebabkan tumpang tindih pemanfaatan ruang yang
berujung pada eskalasi kerusakan.
4.3.2. Karakteristik Perikanan Tangkap
Penangkapan ikan sangat bergantung pada daerah terbuka atau dengan kata lain setiap nelayan memiliki hak yang sama terhadap sumber daya. Karena
tangkapan mereka bersifat liar bergerak dari satu tempat ke tempat lain akan menciptakan persaingan, sehingga nelayan harus terus bergerak mobile.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di Desa Olele masih dilakukan dalam skala kecil dan kebanyakan menggunakan alat tangkap tradisional. Umumnya
nelayan yang ada di Desa Olele adalah nelayan pancing tuna menggunakan alat tangkap senar, kawat tembaga dan mata pancing. Ukuran tali nilon yang
digunakan nomor 70 sampai 100. Melaut menggunakan perahu yang disebut dengan katintin yang berukuran panjang 5 meter, lebar 60 cm dan tinggi 70 cm.
Perahu dilengkapi dengan mesin, dayung dan layar sedangkan umpan yang digunakan untuk menangkap tuna adalah cumi-cumi. Beberapa nelayan
diantaranya menggunakan pancing dasar untuk menangkap ikan demersal hasilnya bukan untuk dijual tetapi untuk dikonsumsi sendiri, seperti jenis ikan
kuwe, cumi-cumi dan kerapu. Tabel 7 menunjukkan unit penangkapan ikan yang terdiri dari kapalperahu serta alat yang digunakan dalam penangkapan ikan yang
beroperasi di Kawasan Perairan Kecamatan Kabila Bone termasuk Olele yang
diklasifikasikan tiga jenis kapalperahu penangkapan ikan, yaitu jenis Perahu Motor Tempel PMT, Kapal Motor KM, Perahu Tanpa Motor PTM.
Tabel 7. Jumlah kapalperahu dan alat penangkapan ikan Kecamatan Kabila Bone Tahun 2010.
Desa PMT
KM PTM
Jumlah Pukat
Cincin Gillnet
Pancing Tegak
Pancing Ulur
Serok Pukat
Cincin Pancing
Ulur Gillnet
Huangobotu 6
- 27
33 -
7 6
- 79
Botu Barani -
- 37
37 -
- -
- 74
Biluango -
- 29
46 -
- 17
- 92
Botutonuo -
- 22
22 -
- -
- 44
Bintalahe -
- 17
17 -
- -
- 34
Modelomo -
- 48
48 -
- -
- 96
Molotabu -
- 79
79 -
- 25
- 183
Oluhuta 1
- 36
35 -
1 -
- 73
Olele -
- 150
150 150
- -
- 450
Sumber : DKP Kabupaten Bone Bolango 2010.
4.3.3. Karakteristik Kawasan Konservasi Laut
Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD memiliki luasan perairan 321 ha, saat ini oleh pemerintah setempat sedang mengusahakan untuk memperluas
kawasan dan diusulkan untuk menjadikan status kawasan sebagai Taman Nasional Laut Olele. Terumbu karang merupakan ekosistem utama yang ada di KKLD
Olele. Di dalam ekosistem terumbu karang terdapat biota-biota penyusun terumbu karang yang dominan, seperti karang batu, ikan karang, alga, karang lunak dan
fauna lain.Desa Olele merupakan kawasan yang memiliki potensi terumbu karang yang baik.
Data yang diperoleh menyebutkan bahwasanya pada ekosistem terumbu karang Desa Olele memiliki kurang lebih 16 genus karang batu dan puluhan jenis
spesies. Secara keseluruhan, genus karang yang mendominasi sebaran karang, antara lain Montipora, selanjutnya diikuti oleh Acropora, Porites, Fungia dan
Pectinia yang menyebar merata. Sementara untuk jenis ikan sebanyak 22 Famili,
55 genus, dan 104 speseis. Seluruh komunitas ikan yang yang ada, dapat dibagi menjadi 3 kelompok populasi, yaitu kelompok populasi spesies indikator 1
famili, 3 genus, dan 16 spesies; kelompok populasi spesies target 12 famili, 22 genus, dan 40 spesies; serta kelompok populasi spesies mayor 9 famili, 25 genus
dan 48 spesies DKP Bone Bolango 2006. Untuk morfologi dasar laut KKLD Olele tergolong dalam bentuk morfologi dasar laut lembah Gambar 9 Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 2004.
Gambar 9. Morfologi dasar laut Olele Sumber: PPPGL, 2004
Morfologi dasar laut lembah merupakan suatu kenampakan morfologi dasar laut yang memiliki kedalaman yang besar. Umumnya lembah ini terdapat di
bagian tengah dan tepi Teluk Tomini. Daerah pesisir selatan Gorontalo memiliki morfologi dasar laut yang curam dimana sedalam 200 meter hanya dapat ditemui
hingga 10 km dari garis pantai. Keadaan pasang surut pasut di daerah ini dipengaruhi oleh rambatan pasut dari Samudra Pasifik yang masuk melalui Laut
Sulawesi dan Laut Maluku Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan 2004.
4.4. Sistem Sosial
4.4.1. JumlahPenduduk
Salah satu yang mempengaruhi kerentanan suatu ekosistem pesisir salah satunya adalah meningkatnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Desa Olele
tahun 2010 adalah 983 jiwa.Laki-laki berjumlah 535 jiwa 54 dan perempuan 448 jiwa 46. Penduduk tersebar di desa yang terdiri dari 4 dusun Tabel 8.
Bila dihubungkan dengan luas wilayah 2 540 ha, maka rata-rata penduduk 1 jiwa menghuni lahan seluas 2.58 ha.
Tabel 8. Klasifikasi penduduk Desa Olele menurut umur Tahun 2010.
Tingkat Umur Tahun Jumlah
Persentase
0-5 120
12 5-12
161 16
13-15 58
6 16-24
178 18
25-44 264
27 45
202 21
Total 983
100
Sumber: Hasil olahan data primer 2010
Berdasarkan tabel diatas penduduk Desa Olele pada tahun 2010 sebagian besar termasuk dalam kelompok umur produtif 16-44 sebesar 45 dan
kelompok umur muda 0-15 34 sementara untuk kelompok umur tua 45 sebesar 21. Klasifikasi penduduk berdasarkan kelompok umur memberikan
gambaran mengenai tingkat ketergantungan penduduk usia non produktif terhadap penduduk usia produktif pada tahun 2010. Usia produktif Desa Olele yaitu
sejumlah 442 jiwa dan usia non produktif 339 jiwa. Semakin besar penduduk usia non produktif maka akan semakin besar pula tingkat ketergantungan terhadap
penduduk produktif dan sebaliknya.
4.4.2. Tingkat Pendidikan
Tabel 9 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk di Desa Olele menurut tingkat pendidikan persentase tertinggi pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar
SD yaitu sebesar 83. Sedangkan persentase tingkat pendidikan terendah pada tingkat pendidikan D1-S1 perguruan tinggi dengan jumlah 13 orang atau sebesar
3. Persentase tingkat pendidikan sebesar 9 yang juga persentase pendidikan kedua setelah SD adalah SMP dengan jumlah 42 orang. Penduduk yang
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA harus sekolah di ibukota Kecamatan Kabila Bone yang jaraknya dari Desa Olele di tempuh dengan
kendaraan umum kurang lebih 30 menit. Sementara beberapa orang yang sempat melanjutkan studi ke perguruan tinggi umumnya melanjutkan studinya ke ibukota
provinsi yang denpgan jarak tempuh kurang lebih satu jam.
Tabel 9. Klasifikasi tingkat pendidikan penduduk
No Menurut
Pendidikan Dusun I
Idanto Dusun
II Olele Tengah
Dusun III Pentadu
Dusun IV Hungayokiki
Jumlah Persentase
1 SD
109 108
91 75
384 83
2 SMP
1 18
22 1
42 9
3 SMA
2 17
5 1
25 5
4 D1-S1
4 5
2 2
13 3
5 S2
- -
- -
- -
Sumber : Hasil olahan data primer 2010
4.4.3. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Penduduk Desa Olele memiliki jenis pekerjaan yang bervariasi seperti terlihat pada Tabel 10. Jenis pekerjaan di Desa Olele terdiri dari petani, nelayan,
pegawai, pedagang dan wiraswasta. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan pekerjaan sebagai nelayan asli adalah lebih besar yaitu
43 dengan jumlah nelayan sebesar 139 orang.
Tabel 10. Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan
No Lokasi
Jenis Pekerjaan Petani
Nelayan Pegawai
Pedagang Wiraswasta
1 Dusun I
Idanto 78
13 3
2 25
2 Dusun II
Olele Tengah 5
25 3
7 27
3 Dusun III
Pentadu 1
54 -
5 6
4 Dusun IV
Hungayokiki 16
57 -
1 1
Jumlah 100
139 6
15 60
Persentase 31
43 2
5 19
Sumber : Hasil olahan data primer 2010