Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Setelah 2 bulan masa intervensi, diketahui bahwa sebanyak 22,86 responden menyatakan tetap mau melanjutkan konsumsi minyak sawit mentah, 74,28 responden mau melanjutkan konsumsi asalkan harga jual minyak sawit mentah terjangkau, dan 2,86 responden ragu-ragu untuk terus mengonsumsi minyak sawit mentah. Responden yang menyatakan mau untuk melanjutkan konsumsi beranggapan bahwa mereka dapat merasakan manfaat setelah mengonsumsi minyak sawit mentah, yaitu berupa perbaikan status kesehatan yang mereka rasakan serta adanya peningkatan nafsu makan. Tabel 9 Kelanjutan konsumsi minyak sawit mentah oleh responden n = 70 Sikap ∑ Responden Persentase Mau 16 22,86 Mau asal harga terjangkau 52 74,28 Ragu-ragu 2 2,86 Tidak mau

4.4. Kondisi Sel Limfosit

Dari total 70 responden, dilakukan pengambilan darah pada 16 responden ibu usia produktif. Pemilihan responden ibu usia produktif untuk diambil darahnya dikarenakan kelompok responden ini dinilai lebih mudah diawasi dan dikontrol. Kelompok responden ini merupakan ibu rumah tangga yang setiap hari memasak dan memakan masakannya di rumah sehingga kemungkinan mereka mengonsumsi minyak sawit mentah setiap harinya lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok responden yang lainnya. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum intervensi dan setelah intervensi selama 2 bulan. Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga medis di Puskesmas setempat. Sebelum dilakukan pengambilan darah, responden terpilih diperiksa berat badan dan tekanan darahnya. Darah sebanyak 20 ml diambil dengan menggunakan venoject dan vacutainer yang berisi EDTA. EDTA merupakan antikoagulan yang akan mencegah terjadinya pembekuan darah, sehingga akan diperoleh bagian darah berupa plasma. Fibrinogen yang merupakan penyebab terjadinya pembekuan darah akan mengendap sehingga sel-sel limfosit tidak akan terperangkap pada fibrinogen dan dapat diisolasi dengan mudah. Tahapan isolasi limfosit dilakukan secara aseptis. Limfosit yang sudah berhasil diisolasi Gambar 16 selanjutnya disimpan pada freezer yang bersuhu sekitar -20°C. Penyimpanan pada suhu rendah bertujuan untuk melisiskan sel limfosit. Flowers et al. 1977 dan Kim et al. 2009 menyatakan bahwa sel dapat mengalami lisis jika diberi perlakuan suhu rendah, karena suhu rendah dapat merusak struktur dari membran sel sehingga unsur-unsur di dalam sel seperti DNA, RNA dan protein akan keluar dari sel. Oleh karena itu, pengukuran kadar protein limfosit dari sel limfosit yang telah lisis pada analisis selanjutnya dapat diukur dengan mudah. Pada penelitian Garcia et al. 2003 juga dilakukan penyimpanan limfosit pada suhu -20°C. Gambar 16 Isolat limfosit darah manusia

4.5. Kadar Protein Limfosit

Analisis kadar protein limfosit dilakukan dengan menggunakan metode Bradford 1976. Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui kadar protein limfosit masing-masing responden, sehingga pada analisis selanjutnya, yaitu analisis CD4 dan CD8 dengan ELISA, dapat digunakan limfosit dengan jumlah kadar protein yang sama. Dari beberapa seri pengenceran protein standar bovine serum albumine diperoleh kurva standar yang memiliki persamaan garis y = 0,0007x + 0,0002 dengan R 2 = 0,9919 Gambar 17. Dari persamaan garis tersebut dapat diperoleh kadar protein limfosit. Contoh perhitungan kadar protein limfosit dapat dilihat pada Lampiran 12. Kadar protein limfosit yang digunakan untuk analisis CD4 dan CD8 adalah sebesar 50 µg. Volume maksimal lubang sumur mikroplate adalah 300-350 µl, oleh karena itu volume suspensi limfosit yang digunakan disesuaikan dengan volume lubang sumur mikroplate. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar protein limfosit sebesar 50 µg merupakan yang paling sesuai. Sampel limfosit yang memiliki konsentrasi protein sangat rendah membutuhkan volume pengambilan yang lebih banyak sehingga untuk menyiasatinya dilakukan penempelan sampel coating pada mikroplate sebanyak 2 kali. Perhitungan volume suspensi yang harus diambil pada saat coating dapat dilihat pada Lampiran 13. Gambar 17 Kurva standar protein BSA

4.6. Analisis Perubahan Kadar Protein CD4 dan CD8 pada Limfosit

Analisis kadar protein CD4 dan CD8 dilakukan dengan menggunakan teknik ELISA Enzyme Linked Immunosorbent Assay. Limfosit dengan volume tertentu pada konsentrasi protein yang sama dimasukkan ke dalam mikroplate. Protein CD4 dan CD8 pada limfosit akan berikatan secara spesifik dengan antibodi primer yaitu antibodi anti-CD4 manusia atau anti-CD8 manusia. Kompleks antigen-antibodi tersebut dapat dideteksi dengan terbentuknya intensitas warna sebagai akibat dari penambahan antibodi sekunder yang berlabel enzim HRP Horse Radish Peroxidase yang kemudian akan berinteraksi dengan substrat ABTS. Intensitas warna yang terbentuk dapat dibaca dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm. Semakin besar nilai OD optical density atau absorban yang terbaca oleh ELISA reader, maka semakin banyak kadar protein CD4 dan CD8 di dalam limfosit. Dari Gambar 18 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar protein CD4 pada limfosit responden lebih tinggi pada perlakuan setelah mengonsumsi minyak y = 0,0007x + 0,0002 R² = 0,9919 . . . . . . . Absorban Konsentrasi ppm