Effect of Crude Palm Oil Consumption on the Level of Plasma Beta-Carotene, Malondialdehyde and Xanthine Oxidase Activity of Blood Plasma and Product Acceptance by Low-Income Respondents at Dramaga and Babakan Village, District of Bogor

(1)

PENGARUH KONSUMSI MINYAK SAWIT MENTAH TERHADAP KADAR BETA KAROTEN, MALONALDEHIDA DAN AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE PLASMA DARAH

SERTA PENERIMAAN PRODUK OLEH RESPONDEN PRA SEJAHTERA DI DESA DRAMAGA DAN BABAKAN,

KABUPATEN BOGOR

YUNITA FILIA ASSAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Konsumsi Minyak Sawit Mentah Terhadap Kadar Beta Karoten, Malonaldehida dan Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Plasma Darah serta Penerimaan Produk oleh Responden Pra Sejahtera di Desa Dramaga dan Babakan, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Yunita F. Assah


(4)

(5)

ABSTRACT

YUNITA F. ASSAH. Effect of Crude Palm Oil Consumption on the Level of Plasma Beta-Carotene, Malondialdehyde and Xanthine Oxidase Activity of Blood Plasma and Product Acceptance by Low-Income Respondents at Dramaga and Babakan Village, District of Bogor. Supervised by DEDI FARDIAZ and FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA

Crude palm oil (CPO) is obtained from mesocarp extraction of palm fruit (Elaesis guineensis Jacq). CPO contains beta carotene around 400 – 1000 ppm. Beta carotene from CPO has some biological activities, such as vitamin A activity, protecting from UV rays, regulating immune function, controlling cell proliferation, and antioxidant activity. As an antioxidant, CPO can inhibit free radicals that cause lipid peroxidation, or anion superoxide production mediated by xanthine oxidase system. This research was a case study on SawitA program, that aimed to identify respondent acceptance of CPO as natural source of vitamin A. This research was intended to evaluate the effect of CPO consumption on the level of beta-carotene, malondialdehyde and xanthine oxidase activity in blood plasma. This study implicated 78 low-income respondents that were given about 140 ml CPO/week for 2 months, freely. Plasma blood from 22 healthy housewives respondents were analysed before and after consuming CPO. This study showed that daily consumption of approximately 2,94 ml CPO increased the level of plasma beta carotene from 1,907±1,006 to 1,965±0,762 μmol/l, reduced the level of malondialdehyde from 0,482±0,237 to 0,408±0,19 nmol/ml, but did not effect xanthine oxidase activity significantly. In addition, low-income respondents can accept CPO as a new product very well as part of their daily cooking oil.

Keyword : Crude Palm Oil, Beta carotene, Malondialdehyde, Xanthine Oxidase, Low-income


(6)

(7)

RINGKASAN

YUNITA FILIA ASSAH Pengaruh Konsumsi Minyak Sawit Mentah Terhadap Kadar Beta Karoten, Malonaldehida dan Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Plasma Darah serta Penerimaan Produk oleh Responden Pra-Sejahtera di Desa Dramaga dan Babakan, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DEDI FARDIAZ dan FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA.

Minyak sawit mentah (MSMn) merupakan minyak yang diperoleh dari ekstraksi mesokarp tanaman Elaesis guneensis Jacq. MSMn mengandung beta karoten sebanyak 400-1000 ppm, juga mengandung komponen tokoferol-tokotrienol yang tinggi yaitu 800-1000 ppm. MSMn sangat efektif digunakan sebagai sumber energi dan mengurangi resiko penyakit degeneratif. Karotenoid memiliki beberapa aktivitas biologis yaitu aktivitas vitamin A, aktivitas antioksidan, perlindungan dari sinar ultraviolet, pengaturan fungsi imun, serta pengaturan pembelahan dan proliferasi sel. Sebagai antioksidan, beta karoten dapat menghambat proses peroksidasi lipid yang diinduksi oleh radikal bebas atau oksigen singlet, serta menghambat peningkatan spesies oksigen reaktif berupa anion superoksida dan hidrogen peroksida melalui mekanisme xantin oksidase.

Penelitian ini merupakan bagian dari studi kasus pada program SawitA, yang merupakan program kerjasama Fakultas Teknologi Pertanian IPB dengan PT Smart Tbk, dimana program ini diselenggarakan untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A di Indonesia melalui pemberian produk minyak sawit mentah pada masyarakat pra-sejahtera di wilayah kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat penerimaan responden terhadap MSMn sebagai sumber provitamin A alami dan minyak makan, serta melihat pengaruh konsumsi MSMn terhadap kadar beta karoten, malonaldehida serta aktivitas enzim xantin oksidase di dalam plasma darah. Tahapan penelitian ini meliputi (1) Penentuan responden penelitian (2) Sosialisasi (3) Intervensi produk minyak sawit mentah (4) Monitoring (5) Pengambilan darah responden (6) Analisis plasma darah meliputi kadar beta karoten, malonaldehida, aktivitas enzim xantin oksidase (7) Penilaian respon awal dan penerimaan responden terhadap produk MSMn serta analisis statistik untuk parameter analisis darah.

Responden yang diamati adalah dari 31 keluarga prasejahtera, dengan total responden sebanyak 78 orang. Sebanyak 58 orang responden berdomisili di RT 01 RW 01 desa Dramaga, dan 20 orang lainnya berdomisili di desa Dramaga RW 01 dan RW 02 serta desa Babakan RW 01, 02 dan 06. Dari 78 orang responden, dipilih 22 orang untuk diambil darah dan dianalisis kadar beta karoten, malonaldehida dan aktivitas enzim xantin oksidase sebelum dan sesudah konsumsi minyak sawit mentah. Syarat responden yang dipilih untuk analisis darah adalah sehat berdasarkan pemeriksaan klinik, ibu rumah tangga usia produktif, sedang tidak hamil dan menyusui, berstatus gizi normal (tidak kelebihan berat badan), tidak merokok. MSMn yang digunakan dikemas dalam botol plastik dengan volume 140 ml. Setiap keluarga diberi produk MSMn sebanyak 1 botol setiap minggu selama 2 bulan secara cuma-cuma. Respon awal dan penerimaan responden terhadap produk MSMn dinilai melalui wawancara menggunakan 5 buah kuesioner yang digunakan sepanjang program berlangsung.


(8)

Analisis plasma darah dilakukan dengan menggunakan instrument spektrofotometer.

Respon awal setelah konsumsi selama 2 – 4 hari menunjukkan bahwa responden dapat menerima produk MSMn dengan baik. Lebih dari 98 % responden menyatakan tidak terganggu dengan rasa, lebih 95 % responden menyatakan tidak terganggu dengan aroma dan lebih 97% responden menyatakan tidak terganggu dengan warna. Tingkat penerimaan setelah 2 minggu, 1 bulan dan 2 bulan mengalami peningkatan hingga 100%, baik dari segi rasa, aroma maupun warna. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penerimaan responden setelah mengkonsumsi minyak sawit mentah selama 2 bulan mengalami peningkatan. Konsumsi MSMn selama 2 bulan menunjukkan peningkatan terhadap rata-rata kadar beta karoten dari 1,907±1,006 menjadi 1,965±0,762 μmol/l. Parameter malonaldehida menunjukkan penurunan rata-rata dari 0,482±0,237 menjadi 0,408±0,19 nmol/ml. Sementara itu, untuk aktivitas enzim xantin oksidase, rata-rata aktivitas enzim sebelum konsumsi adalah 3,458±1,782 U/g protein, dan sesudah konsumsi adalah 3,577±1,939 U/g protein.

Kata kunci : Minyak Sawit Mentah, Beta Karoten, Malonaldehida, Xantin Oksidase, Pra-sejahtera


(9)

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(10)

(11)

PENGARUH KONSUMSI MINYAK SAWIT MENTAH TERHADAP KADAR BETA KAROTEN, MALONALDEHIDA DAN AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE PLASMA DARAH

SERTA PENERIMAAN PRODUK OLEH RESPONDEN PRA SEJAHTERA DI DESA DRAMAGA DAN BABAKAN,

KABUPATEN BOGOR

YUNITA FILIA ASSAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Mayor Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(12)

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc


(13)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Pengaruh Konsumsi Minyak Sawit Mentah Terhadap Kadar Beta Karoten, Malonaldehida dan Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Plasma Darah serta Penerimaan Produk oleh Responden Pra Sejahtera di Desa Dramaga dan Babakan, Kabupaten Bogor

Nama : Yunita Filia Assah NRP : F251100181

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc Ketua

Prof.Dr.Ir.Fransiska Rungkat Zakaria, M.Sc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Pangan

Dr.Ir.Ratih Dewanti Hariyadi, M.Sc

Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr


(14)

(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia yang diberikan sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains.

Penulis mengucapkan terima kasih dan pernghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof.Dr.Ir. Dedi Fardiaz, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Prof. Dr. Ir. Fransiska Rungkat Zakaria, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing, atas waktu yang diluangkan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama pendidikan sampai penulisan tesis ini.

2. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc sebagai penguji luar komisi atas koreksi dan saran-saran perbaikan.

3. PT. Smart TBK Jakarta atas bantuan dana dan bahan penelitian melalui Program Coorporate Social Responsibility Agribusiness And Food yang bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan Pemda/Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, tahun 2011.

4. Civitas akademik FATETA IPB Departemen ITP Program Studi Ilmu Pangan (IPN), Laboran Vera, pak Rojak, pak Wahid, Pak Sobirin.

5. Teman-teman seperjuangan di Tim SawitA: Claudia Gadizza, Mely Anggraeni, Nursalim, Umi Kulsum, Waryati, Zahra Khan atas kerja samanya dalam pelaksanaan penelitian, dan semua teman-teman seperjuangan di IPN 2010.

6. Teman-teman asrama Bogor Baru 1: Ibu Adeleyda Lumingkewas, Ibu Debby Rayer, Ibu Lady Lengkey, Ibu Sherly Jocom, Bapak Aser Yalindua, Bapak Varda Takaendengan, Bapak Tommy Lolowang, Septiani Palilingan, Varly Tumimomor atas dukungan dan kebersamaan selama di asrama, juga teman-teman di asrama Bogor Baru 2 dan asrama Sempur atas doa dan dukungan moril kepada penulis.

7. Teman-teman sepelayanan di Komisi musik gerejawi dan Gerakan Pemuda GPIB Zebaoth Bogor atas dukungan doa dan semangat yang diberikan kepada penulis selama berada di Bogor.


(16)

Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Papa Albert dan Mama Meiske serta adik Christian, beserta segenap keluarga besar saya di Manado dan Jakarta atas dukungan moril dan materil selama penulis melanjutkan pendidikan di IPB

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca. Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membacanya, dan ikut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2012


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manado, Sulawesi Utara tanggal 9 Juni 1990 sebagai anak sulung dari dua bersaudara bersaudara dari pasangan Bapak Albert Robert Assah, SE,MSi dan Ibu Ir. Meiske Lumingkewas, MSi. Penulis menamatkan sekolah di SD Negeri 124 Manado, SMP Negeri 1 Manado dan SMA Negeri 1 Manado. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan studi pada Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Mayor Ilmu Pangan IPB.


(18)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Prakata

Daftar Isi ... xiii

Daftar Gambar ... xv

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Tujuan penelitian ... 3

1.3. Manfaat penelitian ... 3

1.4. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kelapa sawit ... 5

2.2. Minyak sawit mentah (MSMn) ... 6

2.3. Manfaat minyak sawit mentah ... 10

2.4. Keamanan minyak sawit mentah ... 12

2.5. Beta karoten ... 13

2.6. Metabolisme dan penyerapan karotenoid... 15

2.7. Radikal bebas, oksidasi lipid dan antioksidan... 17

2.8. Malonaldehida ... 20

2.9. Enzim xantin oksidase... 21

2.10. Program SawitA ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Waktu dan tempat penelitian ... 25

3.2. Alat dan bahan ... 25

3.3. Tahapan penelitian ... 26

3.3.1. Teknik pemilihan responden ... 26

3.3.2. Sosialisasi ... 28


(19)

3.3.4. Monitoring ... 29

3.3.5. Pengambilan darah responden ... 30

3.3.6. Analisa kadar beta-karoten plasma darah ... 30

3.3.7. Analisa malonaldehida plasma darah ... 31

3.3.8. Analisa aktivitas xantin oksidase ... 31

3.3.9. Analisa kadar protein plasma ... 32

3.3.10. Analisis Statistik ... 33

!V. Hasil dan Pembahasan ... 35

4.1. Karakteristik responden ... 35

4.2. Pengetahuan terhadap produk minyak sawit mentah ... 39

4.3. Respon terhadap produk minyak sawit mentah ... 41

4.4. Karakteristik responden yang diambil darah ... 44

4.5. Jumlah konsumsi minyak sawit mentah selama intervensi ... 45

4.6. Hasil analisa beta karoten ... 47

4.7. Hasil analisa malonaldehida ... 50

4.8. Hasil analisa enzim xantin oksidase ... 53

V. Kesimpulan dan Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kelapa sawit... 5

Gambar 2. Struktur molekul beta karoten ... 13

Gambar 3. Proses pemecahan beta karoten ... 16

Gambar 4. Tahapan oksidasi lipid ... 18

Gambar 5. Reaksi penghambatan antioksidan terhadap radikal lipida ... 19

Gambar 6. Reaksi malondialdehid dengan asam tiobarbiturat ... 21

Gambar 7. Pembentukan asam urat oleh xantin oksidase ... 22

Gambar 8. Status kesehatan responden di awal program ... 38

Gambar 9. Penyakit yang diderita responden sebelum intervensi ... 39

Gambar 10. Pengetahuan responden tentang MSMn ... 40

Gambar 11.Kadar beta karoten sebelum dan sesudah konsumsi MSMn ... 48

Gambar 12. Kadar malonaldehida sebelum dan sesudah konsumsi MSMn... 51


(21)

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Standar mutu minyak sawit mentah ... 8 Tabel 2. Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit mentah ... 9 Tabel 3. Kandungan komponen minor minyak sawit mentah ... 10 Tabel 4. Manfaat komponen mikro yang ditemukan di minyak sawit. ... 10 Tabel 5. Karakteristik minyak sawit mentah ... 12 Tabel 6. Hasil analisis kadar air dan logam berat minyak sawit mentah. ... 13 Tabel 7. Aktivitas vitamin A dari beberapa jenis karotenoid ... 14 Tabel 8. Kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian ... 27 Tabel 9. Karakteristik responden ... 36 Tabel 10. Respon awal responden terhadap minyak sawit mentah ... 41 Tabel 11. Penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah ... 42 Tabel 12 Jumlah konsumsi minyak sawit mentah responden diambil darah. ... 46 Tabel 13. Data kurva kalibrasi TEP ... 50


(23)

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed consent untuk responden yang bersedia menggunakan produk Minyak Sawit Mentah

69

Lampiran 2 Informed consent untuk responden yang bersedia diambil darah 70 Lampiran 3 Kuesioner 1 Biodata responden dan keluarga 71 Lampiran 4 Kuesioner 2 Respon awal terhadap produk MSMn 74 Lampiran 5 Kuesioner 3 Respon setelah mengkonsumsi 2 minggu 76 Lampiran 6 Kuesioner 4 Respon setelah mengkonsumsi 1 bulan 78 Lampiran 7 Kuesioner 5 Respon setelah mengkonsumsi 2 bulan 80

Lampiran 8 Brosur program sawitA 85

Lampiran 9 Komik produk sawitA 86

Lampiran 10 Daftar responden 87

Lampiran 11 Daftar responden yang diambil darah 91 Lampiran 12 Jumlah konsumsi beta karoten dan hasil analisis plasma darah 92

Lampiran 13 Hasil uji t beta karoten 93

Lampiran 14 Hasil uji t malonaldehida 94


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia, dengan produksi lebih dari 44% minyak sawit dunia (Gunstone 2010). Kurang lebih 37% dari seluruh areal kelapa sawit di Indonesia adalah perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh pemerintah dan swasta. Devisa yang diperoleh dari ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya pada tahun 2011 mencapai US$ 11,61 milyar, mengalami kenaikan sebesar 17,75% atau US$ 2,5 milyar dari tahun 2010 (Ditjenbun 2011).

Minyak sawit merupakan minyak yang bersumber dari ekstraksi sabut buah sawit dan menghasilkan minyak yang berwarna merah dan disebut Minyak Sawit Mentah (MSMn). Warna merah ini disebabkan oleh kandungan beta karoten yang sangat tinggi. Minyak sawit mentah yang diperoleh berwarna merah pekat dan mengandung beta karoten sebanyak 400-1000 ppm (Lin 2002, Stuijvenberg

et al. 2001). Tanaman sawit merupakan penghasil karotenoid tertinggi di dunia. Jika dibandingkan dengan tanaman pangan lain, minyak sawit mentah memiliki kandungan vitamin A paling tinggi, yaitu 15 kali lebih tinggi daripada wortel dan 300 kali lebih tinggi dari tomat (Choo 1994). Beta karoten yang terkandung dalam minyak sawit mentah sangat mudah diserap, dan pada sel mukosa saluran pencernaan diubah menjadi vitamin A atau retinol dengan potensi satu unit beta karoten menjadi dua unit retinol (Nestel dan Nalubola 2003, Zeba et al. 2006). Selain karotenoid, terdapat pula komponen tokoferol dan tokotrienol dengan jumlah sebanyak 800-1000 ppm (Berger 1988, Nesaretnam 1999), serta komponen minor lainnya dalam konsentrasi lebih kecil yang juga bermanfaat bagi kesehatan.

Penelitian tentang manfaat minyak sawit terhadap peningkatan status vitamin A telah banyak dilaporkan. Hasil penelitian terhadap anak-anak sekolah di India (Olson 1991) menunjukkan bahwa konsumsi makanan kaya beta-karoten dari minyak sawit meningkatkan retinol dalam hati dan serum darah. Minyak sawit dalam bentuk red palm oil yang dikonsumsi bersama diet sehari-hari


(26)

(Zhang et al. 2003). Hasil penelitian Roels (1963) pada anak laki-laki yang

menderita defisiensi vitamin A dan diberi konsumsi minyak sawit mentah selama 3 minggu menunjukkan peningkatan konsentrasi beta-karoten dan vitamin A

dalam serum. Minyak sawit mentah juga efektif digunakan sebagai sumber energi dan mengurangi resiko penyakit degeneratif (Britton dan Forambi 1999). Berdasarkan hal ini, minyak sawit mentah berpotensi sebagai sumber provitamin A alami untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A yang masih merupakan salah satu dari 4 masalah gizi di Indonesia. Data WHO (2002) menunjukkan sekitar 19,6% anak pra-sekolah di Indonesia menderita kekurangan vitamin A subklinis (serum retinol kurang dari 20 μg/dl). Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A antara lain dengan melaksanakan program pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita, atau dengan melakukan fortifikasi vitamin A pada minyak goreng.

Karotenoid memiliki beberapa aktivitas biologis yaitu aktivitas vitamin A, aktivitas antioksidan, perlindungan dari sinar ultraviolet, pengaturan fungsi imun serta pengaturan pembelahan dan proliferasi sel (Bendich dan Olson 1989). Karotenoid dapat mencegah beberapa penyakit degeneratif dan kronis seperti hiperkolesterolemia dan penyakit jantung. Hal ini karena adanya aktivitas antioksidan dan kemampuan karotenoid untuk menghambat radikal bebas (Kritchevsky 1999; Cho et al. 2004; Dutta et al. 2005).

Radikal bebas dapat memicu oksidasi lipid, dimana produk akhirnya, yaitu malonaldehida merupakan salah satu indikator dari kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh serta indikator keberadaan radikal bebas. Radikal bebas juga tercetus secara enzimatik melibatkan enzim xantin oksidase yang menghasilkan spesies oksigen reaktif, yaitu radikal superoksida dan hidrogen peroksida (Haidari et al. 2009). Kandungan beta karoten dan tokoferol pada minyak sawit

memiliki kemampuan menangkal oksidase lipid (Oluba et al.2009, Alias et al. 2002). Fraksi tokotrienol dari minyak sawit juga diketahui menekan

aktivitas enzim xantin oksidase pada lambung tikus yang diberi stress oksidatif (Kamisah et al. 2011).

Penelitian ini merupakan bagian dari studi kasus pada program SawitA. Program SawitA merupakan suatu program terapan yang dapat menjadi solusi


(27)

baru dalam mengatasi masalah defisiensi vitamin A di Indonesia dengan menggunakan produk baru berbasis minyak sawit mentah. Pemanfaatan minyak sawit mentah di beberapa negara sudah dikembangkan menjadi berbagai macam produk turunan, misalnya produk minyak makan, produk-produk shortening, minuman suplemen, maupun pengganti lemak hewani (Unnithan dan Foo 2001).

Produk minyak sawit mentah yang digunakan dalam penelitian disebut sebagai produk SawitA dan diberikan secara gratis selama dua bulan kepada responden dari keluarga kurang mampu menurut data dari desa setempat serta disertai sosialisasi mengenai manfaat dan cara penggunaannya. Mengingat produk minyak sawit mentah merupakan produk baru dan penggunaannya akan dicampur dengan makanan sehari-hari, maka selain menganalisa manfaat konsumsi minyak sawit mentah terhadap kadar beta karoten, malonaldehida dan aktivitas enzim xantin oksidase, perlu diketahui penerimaan konsumen terhadap produk yang meliputi rasa, aroma, warna, dan atribut keseluruhan. Selain itu juga perlu dilihat perilaku dan pola konsumsi responden ketika mengkonsumsi produk minyak sawit mentah SawitA. Analisis penerimaan produk menggunakan metode uji penggunaan di rumah (Home use test).

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui tingkat penerimaan responden dari keluarga pra sejahtera di desa Dramaga dan Babakan terhadap minyak sawit mentah sebagai sumber

provitamin A alami dan minyak makan.

b. Melihat pengaruh konsumsi minyak sawit mentah terhadap kadar beta karoten, malonaldehida dan aktivitas enzim xantin oksidase di dalam plasma darah.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dan pihak terkait untuk optimalisasi aplikasi minyak sawit mentah terutama aplikasinya sebagai sumber provitamin A alami sebagai salah satu alternatif untuk menanggulangi kekurangan vitamin A di Indonesia serta pemeliharaan kesehatan.


(28)

1.4. Hipotesis

Setelah dilakukan sosialisasi dan intervensi, produk minyak sawit mentah dapat diterima dengan baik oleh responden.

Konsumsi minyak sawit mentah meningkatkan kadar beta karoten, menurunkan kadar malonaldehida dan aktivitas enzim xantin oksidase di dalam plasma darah.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman ini merupakan tanaman berkeping satu yang masuk dalam genus Elais, family Palmae, kelas divisi Monocotyledonae, subdivisio Angiospermae dengan divisio Spermatophyta. Kelapa Sawit tumbuh pada iklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan suhu 22-32°C (Harley 1997). Kelapa sawit berasal dari Afrika Barat dan di Indonesia tanaman ini pertama kali ditanam di kebun raya Bogor oleh orang Belanda pada tahun 1848 (Sambanthamurthi et al. 2000).

Secara anatomi, bagian buah kelapa sawit terdiri atas 80% bagian perikarp dan 20% bagian biji.Perikarp tersusun oleh epikarp dan mesokarp. Epikarp merupakan kulit buah yang licin dan keras, sedangkan mesokarp adalah daging buah yang bersabut dan mengandung minyak dengan rendemen tinggi. Biji tersusun oleh endokarp, endosperm dan lembaga embrio. Endokarp adalah tempurung kulit biji yang berwarna hitam dan keras, sedangkan endosperm adalah daging biji yang berwarna putih dan dari bagian ini dihasilkan minyak inti sawit. Bentuk buah kepala sawit dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kelapa Sawit (Anonim 2010)

Dari kelapa sawit, dapat diperoleh dua jenis minyak yang berbeda sifatnya, yaitu minyak dari inti (endosperm) sawit yang disebut minyak inti sawit dan


(30)

minyak dari sabut (mesokarp) sawit yang disebut juga minyak sawit mentah atau dalam bahasa inggris disebut crude palm oil (CPO) (Ketaren 2008).

2.2. Minyak Sawit Mentah (MSMn)

Istilah Minyak Sawit Mentah diadaptasi dari SNI 01-2901-2006 yang menyebutkan bahwa minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil) merupakan minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses pengempaan (ekstraksi) daging buah tanaman Elaesis guinnensis.

Minyak sawit mentah berbeda dengan minyak inti sawit. Perbedaan kedua jenis minyak ini terletak pada kandungan asam lemaknya. Minyak inti sawit mengandung asam kaproat dan asam kaprilat yang tidak terdapat dalam minyak sawit mentah. Perbedaan lainnya adalah adanya pigmen karotenoid yang berwarna kuning merah pada minyak sawit mentah yang tidak terdapat pada minyak inti sawit. Berdasarkan Yuliawan (1997), tahapan pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah dijelaskan sebagai berikut.

a. Pengukusan

Tandan buah segar yang tiba dari kebun segera ditimbang dan dimasukkan ke dalam lori perebusan. Lori perebusan dimasukkan ke dalam sterilizer yang dapat ditutup dengan rapat untuk menghindari terjadinya pengeluaran uap sebagai media perebus. Proses pengukusan dilakukan pada suhu 135 - 160°C selama 90 - 110 menit dengan tekanan 2,8 - 3,0 kg/cm2. Pengukusan ini bertujuan untuk mempermudah pelepasan buah dari tandan,melunakkan buah sehingga mempermudah penghancuran, menonaktifkan enzim lipase dan oksidase, memudahkan pemisahan tempurung dengan inti, serta menguraikan pektin dan polisakarida sehingga menjadi lunak.

b. Perontokam (pemipilan)

Perontokan bertujuan untuk memisahkan tandan dengan buah. Prosesperontokan buah terjadi akibat perputaran mesin perontok. Mesin perontok buah memiliki batang-batang penghubung yang diatur dengan interval yang sama.


(31)

c. Pelumatan (pencacahan)

Pelumatan dilakukan untuk memisahkan buah dengan biji serta memudahkanproses ekstraksi minyak. Pelumatan dilakukan dengan cara pengadukan buah oleh alat yang dilengkapi pisau berputar. Pada proses pelumatan ini ditambahkan air bersuhu 90 - 95°C untuk mempermudah pemisahan buah dengan biji serta membuka kantong-kantong minyak sehingga dapat mengurangi kehilangan minyak. Suhu yang rendah menyebabkan minyak semakin kental sehingga menyulitkan ekstraksi minyak.

d. Ekstraksi minyak

Ekstraksi merupakan proses untuk memperoleh minyak dari daging buah yang telah mengalami pencacahan. Proses ekstraksi dilakukan secara mekanis untuk mengeluarkan kandungan minyak. Buah yang telah dicacah dimasukkan ke dalam mesin pengepres ulir yang terdiri atas dua ulir yang berputar berlawanan dan dilengkapi dengan saringan pengepres. Buah yang telah lumat mengeluarkan minyak melalui lubang-lubang kecil.Selama proses ekstraksi ditambahkan air bersuhu 90 - 95°C sebanyak 600 - 800 liter/jam untuk memudahkan ekstraksi minyak. Tekanan hidrolik pada mesin pengepres berkisar 40 – 50 kg/cm2.

e. Penjernihan

Penjernihan adalah proses pembersihan minyak yang bertujuan untuk mengeluarkan air dan kotoran dari minyak, memperkecil kerusakan minyak akibat oksidasi, memperkecil kehilangan minyak dan menekan biaya produksi, serta mempermudah pengolahan limbah. Klarifikasi terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu pemisahan kotoran berupa serabut dan lumpur, pemisahan minyak dengan air, pengambilan minyak yang terdapat pada lumpur serta pembersihan. Pembersihan kotoran yang berupa saringan serabut dilakukan dengan saringan getar. Pemisahan kotoran berupa lumpur dilakukan dengan pengendapan. Pemisahan minyak dengan air dilakukan pada tangki pengendapan, sedangkan pembersihan minyak dilakukan pada alat pembersih minyak (oil purifer).

Minyak hasil ekstraksi ditampung pada tangki perangkap pasir. Tangki tersebut digunakan untuk memisahkan pasir dengan minyak. Pemisahan pasir terjadi akibat perbedaan berat jenis antara pasir, minyak dan air dengan pemberian


(32)

uap panas pada tangki perangkap pasir. Minyak selanjutnya dialirkan pada saringan getar yang bertujuan untuk memisahkan benda-benda padat pada minyak.

Minyak yang telah disaring dialirkan ke dalam tangki pengendapan. Pada alat ini terjadi pemisahan kotoran berupa lumpur dengan cara sentrifus, yang pada proses tersebut digunakan air panas sebagai pengencer. Lumpur yang masih terdapat pada minyak selanjutnya dihilangkan dengan alat pengering hampa agar minyak tidak mudah terhidrolisis. Minyak yang diperoleh berupa minyak sawit mentah selanjutnya ditimbang dan disimpan di dalam tangki penampungan. Cairan lumpur hasil klarifikasi yang masih mengandung minyak tersebut ditampung sementara di bak penampungan untuk didaur ulang.

Standar mutu minyak sawit mentah ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia 01-2901-2006 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Standar mutu minyak sawit mentah

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan mutu 1.

2. 3. 4.

Warna

Kadar air dan kotoran Asam lemak bebas (sebagai asam palmitat) Bilangan Yodium

-

% fraksi massa % fraksi massa G Yodium/100 g

Jingga kemerah-kemerahan 0.5 maks

0.5 maks 50 – 55 Sumber: Badan Standarisasi Nasional 2006

Sifat fisiko-kimia minyak sawit mentah meliputi warna, bau, flavour, kelarutan, polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slip melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api (Ketaren 2008). Sifat fisiko-kimia tersebut sangat penting untuk menentukan kualitas minyak sawit mentah selain dapat juga digunakan untuk informasi dalam pengolahan lebih lanjut. Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit mentah dapat dilihat pada Tabel 2.

Komponen utama dari minyak sawit mentah adalah triasilgliserol (95%). Kandungan asam lemak yang paling menonjol pada minyak sawit mentah adalah palmitat dengan jumlah 41,8 - 46,8% dan oleat sebanyak 37,3 - 40,8% (Basiron 2005). Asam lemak palmitat memiliki titik cair yang tinggi, yaitu 64°C,


(33)

sehingga pada suhu ruang minyak sawit mentah berbentuk semi padat (Beiltz dan Grosch 1999). Kandungan asam lemak palmitat yang tinggi menyebabkan minyak sawit mentah lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan jenis minyak lain. Komponen lainnya berupa asam lemak bebas (3 - 5%), dan komponen minor (1%) yang terdiri dari karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipid dan glikolipid, squalen, gugus hidrokarbon alifatik, dan komponen lainnya.

Tabel 2 Nilaisifat fisiko kimia minyak sawit mentah Sifat Fisiko Kimia Nilai

Trigliserida 95%

Asam lemak bebas 5 - 10% Warna (5¼ lovibond cell) Merah orange Kelembaban dan impurities 0.15% - 3.0% Bilangan peroksida 1 - 5,0 (meq/kg) Bilangan anisidin 2 - 6 (meq/kg)

Kadar β-karoten 500 - 700 ppm

Kadar fosfor 10 - 20 ppm

Kadar besi 4 - 10 ppm

Kadar tokoferol 600 - 1000 ppm

Digliserida 2 - 6%

Bilangan asam 6,9 mg KOH/g minyak Bilangan penyabunan 224 - 249 mg KOH/g minyak Bilangan iod (wijs) 44 - 54

Titik leleh 21 - 24 °C Indeks refraksi 36,0 - 37,5 Sumber: Ketaren 2008

Selain kandungan asam lemak, terdapat komponen minor pada minyak sawit yang mempengaruhi kualitasnya. Kandungan komponen minor pada minyak sawit mentah dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan komponen minor mempunyai peranan penting dalam kestabilan minyak walaupun kandungannya hanya 1%.


(34)

Tabel 3 Kandungan komponen minor minyak sawit mentah Komponen minor Kandungan (ppm)

Karoten 500 – 700

Tokoferol dan tokotrienol 600 – 1000

Sterol 326 – 527

Ubiquinone 10 – 80

Squalene 200 – 500

Phospolipid 5 – 130

Trierpene alcohol 40 – 80

Metil sterol 40 – 80

Alipatik alcohol 100 – 200 Sumber: Lin 2002

2.3. Manfaat Minyak Sawit Mentah

Komponen minor pada minyak sawit memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan. Tabel 4 menunjukkan manfaat komponen mikro yang terdapat pada minyak sawit mentah terhadap kesehatan.

Tabel 4 Manfaat komponen mikro yang ditemukan di minyak sawit. Komponen mikro minyak sawit Efek terhadap kesehatan

Vitamin E Efek anti kanker

Anti angiogenesis Antioksidan

Inhibitor sintesis kolesterol Efek Cardio protection Anti diabetes

Melindungi system syaraf

Karotenoid Aktivitas provitamin A

Efek Cardio protection Anti kanker

Fitosterol Menurunkan kolesterol

Sifat anti kanker

Squalene Cardio protection

Inhibitor sintesis kolesterol Anti kanker

Fosfolipid Pengembangan otak

Daya tahan tubuh Melancarkan pencernaan Koenzim – Q10 Mekanisme Antioksidan

Efek Kardio protektor Anti kanker

Polifenol Inhibisi Kolesterol

Anti kanker Sumber: Loganathan et al. 2010


(35)

Minyak sawit mentah mengandung karotenoid total 600 – 1000 ppm dengan persentase alfa-karoten 36,2%, beta karoten 54,4%, gamma karoten 3,3%, likopen 3,8%, dan xantofil 2,2% (Naibaho 1990, Stuijvenberg et al. 2001). Karotenoid pada minyak sawit telah diteliti mampu meningkatkan status vitamin A. Konsumsi minyak sawit selama 3 minggu pada anak laki-laki defisiensi vitamin A meningkatkan konsentrasi beta-karoten dan vitamin A dalam serum (Roels 1963). Penelitian terhadap anak-anak sekolah di India menunjukkan bahwa konsumsi makanan kaya beta karoten dari minyak sawit meningkatkan retinol dalam hati dan serum darah (Olson 1991). Pemberian jenis makanan ringan dari minyak sawit merah yang mengandung 2,4 mg beta karoten dapat meningkatkan status vitamin A pada anak-anak yang sama efektif dengan pemberian vitamin A sintetik 600 μg per hari (Manorama et al.1997). Vitamin A diperlukan oleh tubuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.

Konsumsi minyak sawit mentah dapat memenuhi kebutuhan vitamin A seseorang per hari. Jika kebutuhan manusia dewasa per hari akan vitamin A sebesar 900 mikrogram, maka dengan mengambil nilai beta karoten minyak sawit terendah sebesar 400 mg per kg, hanya diperlukan 2 ml atau satu sendok teh minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan vitamin A setiap orang dewasa per hari. Sementara itu, kebutuhan anak-anak sebesar 400 mikrogram vitamin A per hari dapat dipenuhi dengan mudah dengan hanya mengkonsumsi 1 ml minyak sawit (Stuijvenberg et al. 2001).

Selain bermanfaat meningkatkan status vitamin A, pemanfaatan minyak sawit mentah sebagai sumber karotenoid bagi kesehatan telah banyak dilaporkan. Tan dan Chu (1991) melaporkan bahwa karotenoid dari kelapa sawit menunjukkan efek penghambatan pada proliferasi sejumlah sel-sel kanker manusia. Murakoshi et al. (1992) yang mengisolasi alpha-karoten dari minyak sawit menunjukkan kemampuannya untuk menghambat tumor hati, paru dan kulit pada tikus. Warna merah-jingga sebagai tanda kandungan beta karoten yang tinggi pada minyak sawit mentah memiliki kemampuan sebagai pemusnah oksigen singlet yang efektif (Loganathan et.al 2010). Karotenoid pada minyak sawit mentah sangat mudah diserap dengan efisiensi penyerapan 98%, karena terdapat dalam bentuk terlarut dalam minyak (Rao 2000).


(36)

Dalam penelitian selama 20 tahun dengan memberikan 300 mg beta-karoten per hari terhadap manusia diperoleh bahwa beta beta-karoten tidak bersifat toksik, hanya saja menimbulkan efek samping seperti penampakan pigmen kuning atau jingga pada kulit (Krinsky 1991). Untuk beta karoten yang bersumber dari tanaman, sifatnya aman dan tidak memberikan efek toksik sampai 100.000 IU per hari (Muchtadi 2009).

2.4. Keamanan Minyak Sawit Mentah

Produk minyak sawit mentah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT Smart Tbk, yang dikemas kembali ke dalam botol ukuran 140 ml di Technopark IPB. Proses pengemasan MSMn dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan menuangkan MSMn ke dalam botol produk sebanyak 140 ml. Karakteristik MSMn yang digunakan pada program SawitA disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik minyak sawit mentah

Analisis Angka

Rata-rata bilangan asam (g NaOH/g minyak) 0,007 Rata-rata asam lemak bebas (%) 4,42

Rata-rata bilangan iod 50,86

Bilangan peroksida (meq peroksida/kg) 0 Sumber: Zakaria et al. 2011

Karakteristik MSMn yang diperoleh dari PT SMART Tbk Jakarta tidak sama pada setiap batch. Kadar asam lemak bebas sangat bervariasi akan tetapi semua batch tidak mengandung peroksida. Hal ini menunjukkan bahwa selama penyimpanan dan distribusi MSMn tidak terjadi oksidasi lemak. Hal ini sesuai dengan kondisi warna pada MSMn yang menunjukkan keberadaan karotenoid yang tinggi dan bersifat sebagai antioksidan (Puspitasari 2008, Rismawati 2008). Hasil analisis logam berat MSMn yang diproduksi di TECHNOPARK Fateta IPB disajikan pada Tabel 6.

Keamanan produk MSMn yang dibagikan juga ditunjang oleh kadar bilangan peroksida semua produk yang tidak terdeteksi atau nol. Asam lemak bebas hasil analisis tidak berbahaya bagi konsumen karena masih ada dibawah


(37)

standar SNI. Kadar asam lemak bebas yang tinggi dapat merusak kualitas rasa produk pangan karena dapat mengalamai oksidasi menjadi senyawa peroksida yang menimbulkan ketengikan. Pada MSMn, walaupun asam lemak bebas terdapat dalam jumlah yang tinggi, tetapi tidak terdapat senyawa peroksida sebagai hasil oksidasi yang disebabkan oleh tingginya karotenoid dan tokoferol sebagai antioksidan (Butt et al. 2006, Scrimshaw 2000, Ping 2000).

Tabel 6 Hasil analisis kadar air dan logam berat minyak sawit mentah No. Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan Metode

1 Timbal (Pb) mg/kg <0.030 APHA ed. 21th 3111 B, 2005 2 Air Raksa (Hg) mg/kg <0.001 APHA ed. 21th 3111 B, 2005 3 Cadmium (Cd) mg/kg <0.005 APHA ed. 21th 3111 B, 2005 4 Crom Heksavalent

(Cr6+)

mg/kg <0.011 APHA ed. 21th 3500 Cr B, 2005 5 Crom Total (Cr) mg/kg <0.011 APHA ed. 21th 3111 B, 2005 6 Arsen (As) mg/kg <0.002 APHA ed. 21th 3111 B, 2005 7 Tembaga (Cu) mg/kg <0.015 APHA ed. 21th 3111 B, 2005

8 Kadar Air % b.b 1.85 SNI 19-7030-2004

Sumber : Zakaria et al. 2011 2.5. Beta Karoten

Jenis karotenoid yang paling banyak dijumpai pada bahan pangan adalah beta karoten. Beta karoten masuk dalam golongan pigmen karotenoid yang mempunyai aktifitas biologis sebagai provitamin A. Beta karoten merupakan provitamin A yang paling potensial, yang ekuivalen dengan 2 buah molekul vitamin A. Beta karoten merupakan molekul asimetris dimana separuh bagian kiri merupakan bayangan cermin dari bagian kanannya. β-karoten mempunyai 40 atom karbon yang terdiri dari 8 unit isoprene, 11 ikatan rangkap dan mempunyai 2 cincin β-ionone yang terletak masing-masing satu cincin pada ujung molekulnya (Furr dan Clark 1997). Struktur molekul beta karoten diperlihatkan pada Gambar 2.


(38)

Beta-karoten mempunyai aktivitas provitamin A karena adanya cincin beta ionon yang tidak terhidroksilasi (Olson 1991). Kesimetrikan cincin terminal karoten berhubungan dengan aktivitas provitamin A dari beberapa jenis karotenoid. Bila teroksidasi, aktivitas karoten akan menurun karena terjadinya perubahan isomer dari bentuk trans menjadi cis (Jensen et al. 1992, Iwasaki dan Murakhosi 1992). Aktivitas biologis cis karoten ini sekitar 15-75% (Onyewu 1985). Tabel 7 memperlihatkan aktivitas beberapa provitamin A relatif dari beberapa jenis karotenoid.

Tabel 7 Aktivitas vitamin a beberapa jenis karotenoid

No Zat-zat karoten Aktivitas provitamin A relatif (%) 1 2 3 4 5 6 7 Beta Karoten Alfa Karoten Gamma Karoten β- zeakaroten

Beta karoten – 5-6-mono epoksi 3,4 Dehidro beta karoten

Lutein 100 50-54 42-50 20-40 21 75 0 Sumber :Linder 1992

Beta karoten memiliki aktivitas vitamin A (retinol) 50%, sedangkan karotenoid lainnya mempunyai aktivitas retinol 25%. Retinol diserap sempurna di dalam usus halus, dan hanya 1/3 dari karotenoid yang dikonsumsi diserap tubuh. Dari sejumlah karotenoid tersebut, hanya ½ dari beta karoten dan ¼ dari karotenoid lainnya dikonversi menjadi retinol. Dengan demikian disimpulkan bahwa beta karoten mempunyai 1/6 aktivitas retinol dan karotenoid lainnya hanya mempunyai 1/12 aktivitas retinol (Andarwulan dan Sutrisno 1992).

Beta karoten mempunyai aktivitas biologis yang bermanfaat bagi tubuh antara lain untuk menanggulangi kebutaan karena xeroptalamia, meningkatkan imunisasi tubuh, membantu diferensiasi sel-sel epitel, pertumbuhan dan reproduksi. Beta karoten juga diketahui memiliki aktivitas antioksidan untuk mencegah timbulnya penyakit kanker, mencegah penuaan dini dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif. Burton dan Ingold (1984) juga mengungkapkan bahwa beta karoten merupakan penangkap oksigen dan sebagai antioksidan potensial tetapi efektif sebagai pengikat radikal bebas apabila tersedia oksigen


(39)

2-20%. Pada tekanan oksigen tinggi diatas kisaran fisiologis, karotenoid dapat bersifat prooksidan (Burton 1989).

Hasil studi epidemologis menunjukkan kecenderungan rendahnya resiko penyakit kanker dengan tingginya konsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan beta karoten.Selain itu, ada korelasi negatif antara konsumsi karoten dengan gejala penyakit kanker paru-paru. Ziegier (1996) melaporkan bahwa konsentrasi beta karoten plasma yang tinggi dapat menurunkan resiko penyakit paru-paru dan penyakit jantung. Jacques et al. (1991) menyebutkan bahwa orang yang mempunyai konsentrasi karoten plasma yang tinggi (lebih dari 3,3 μmol/l) mempunyai prevalensi katarak 20% lebih rendah dibandingkan orang yang memiliki persentasi karoten plasma kurang dari 1,7 μmol/l.

2.6. Metabolisme dan Penyerapan Karotenoid

Karotenoid merupakan molekul yang larut dalam lemak sehingga proses penyerapannya mengikuti jalur penyerapan lemak pangan. Pada proses awal pencernaan, karotenoid akan dilepaskan dari matriks pangan dengan adanya aksi asam lambung dan enzim pencernaan. Pelepasan karotenoid dari matriks pangan tergantung pada senyawa lain yang membentuk kompleks dengan karotenoid seperti protein dan juga tergantung pada bentuk keberadaannya seperti bentuk

kristal pada wortel atau bentuk terlarut seperti pada minyak jagung (Deming dan Erdman 1999).

Diet yang mengandung karotenoid provitamin A sebagian dilepaskan dari protein matriks makanan oleh kerja enzim pepsin lambung dan berbagai enzim proteolitik dalam saluran usus bagian atas. Selama proses dalam saluran pencernaan, karotenoid terdispersi dalam usus bagian atas oleh asam-asam empedu. Sebagian karotenoid telah mengalami esterifikasi dan sisanya masih dalam bentuk karotenoid bebas. Ester-ester karotenoid, karotenoid bebas dan vitamin A yang terdispersi dalam emulsi lipida membentuk kilomikron dengan bantuan asam empedu, berdifusi ke dalam lapisan glikoprotein membran mikrofili sel-sel epitel usus (Linder 1992). Proses penyerapan terjadi dengan cara difusi pasif. Proses ini membutuhkan kelarutan misel dalam lapisan air di sekitar


(40)

membran sel mikrofili enterosit. Misel akan berdifusi ke dalam membran dan melepaskan karotenoid dan komponen lipid lainnya pada sitosol sel.

Linder (1992) mengemukakan bahwa setelah penyerapan selesai, β-karoten dan karotenoid provitamin A lainnya diubah menjadi vitamin A (retinal)

oleh enzim β-karoten-15,15’-dioxygenase (βC-15,15’-DIOX). Retinal kemudian direduksi menjadi retinol, yang reaksinya disajikan pada Gambar 3.

Efisiensi penyerapan karotenoid dipengaruhi oleh ada tidaknya komponen lain dalam pangan seperti lemak dan protein (Shiau et al. 1990). Makanan yang mengandung asam lemak tidak jenuh dilaporkan dapat meningkatkan aktivitas βC-15,15’-DIOX dan cellular retinol-binding protein tipe II (CRBP II) pada mukosa instestinal tikus. Kecepatan pemecahan tergantung pada status vitamin A dalam tubuh dan berbeda untuk setiap jenis organisme. Penyerapan karotenoid ke dalam enterosit tidak menjamin seluruh karotenoid tersebut akan dimetabolisme dan diserap oleh tubuh. Karotenoid tersebut dapat hilang pada lumen saluran pencernaan akibat perubahan fisiologi sel mukosa (Deming dan Erdman 1999). Menurut Rodriguez dan Kimura (2004), beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan dan pemanfaatan karotenoid antara lain jumlah, tipe karotenoid dalam makanan (bentuk kristal atau terlarut), lemak, vitamin E, serat, status protein dan zink, keberadaan penyakit tertentu dan adanya parasit.


(41)

Karotenoid yang telah bergabung dengan sel mukosa intestinal menjadi kilomikron akan dilepas ke dalam limfa. Kilomikron kemudian dicerna secara cepat oleh lipase lipoprotein dan sisa kilomikron dengan cepat dipindahkan ke hati dan jaringan lainnya. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) selanjutnya merupakan pembawa utama karotenoid sehingga low density lipoprotein (LDL) menunjukkan konsentrasi tertinggi karotenoid di dalam plasma. Karotenoid juga ditemukan pada berbagai jaringan.Walaupun konsentrasi tinggi ditemukan pada kelenjar adrenal dan corpus luteum namun tempat penyimpanan utama karotenoid adalah pada hati dan jaringan adiposa. Karotenoid pangan yang tidak terserap akan dieksresikan melalui feses. Beberapa metabolit karotenoid juga terdeteksi pada feces.Walaupun metabolit polar karotenoid kemungkinan terdapat dalam bentuk konjugasi dan dapat dikeluarkan melalui urin, namun informasi mengenai hal tersebut sangat terbatas (Olson 1994).

Estimasi waktu paruh dilaporkan 11-12 hari untuk likopen, β-karoten, α -karoten, lutein dan zeaxantin (Miccozzi et al. 1992). Kemampuan penyerapan karotenoid dan perubahannya menjadi vitamin A tidak sama untuk setiap jenis karotenoid. Karotenoid provitamin A hanya dapat diubah jika dibutuhkan oleh tubuh sehingga mencegah potensi toksisitas akibat kelebihan dosis vitamin A (Dutta et al. 2005).

2.7. Radikal Bebas, Oksidasi Lipid dan Antioksidan

Radikal bebas adalah senyawa oksigen reaktif yang merupakan senyawa dengan elektron yang tidak berpasangan. Senyawa atau atom tersebut berusaha mencapai keadaan stabil dengan jalan menarik elektron lain sehingga terbentuk radikal baru. Reaksi radikal bebas ini berlangsung secara berantai (cascade reaction) (Jakus 2000).

Radikal bebas dapat berasal dari sumber endogenus yaitu pada reaksi reduksi oksidasi normal dalam mitokondria, peroksisom, detoksifikasi senyawa xenobiotik, metabolisme obat-obatan dan fagositosis. Sedangkan radikal bebas dari sumber eksogenus berasal dari asap rokok, radiasi, inflamasi, latihan olahraga berlebihan, diet tinggi asam lemak tidak jenuh, dan senyawa karsinogen (Langseth 1995).


(42)

Radikal bebas dapat bersifat positif dan negatif. Sifat positifnya antara lain dalam jumlah terkontrol berperan dalam proses fungsi biologis, misalnya dalam bakterisidal dan bakteriolisis. Juga beperan sebagai mediator respon terhadap infeksi patogen, sebagai signal apoptosis sel atau jalur signal tranduksi, second messenger serta berperan pada sintesis eikosanoid. Sifat negatif radikal bebas adalah dapat menyebabkan stres oksidatif. Hal ini terjadi karena terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan. Radikal bebas dalam jumlah berlebihan sementara jumlah antioksidan seluler lebih sedikit sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel (Costa et al. 2005).

Pengaruh radikal bebas yang diketahui paling awal adalah oksidasi lipid. Oleh sebab itu kerusakan oksidatif karena oksidasi lipid ini paling sering diteliti. Produk oksidasi lipid banyak ditemukan dalam cairan biologis, dapat diukur dengan berbagai cara yaitu : (a) aldehida dalam plasma seperti MDA, TBARs dan 4-hidroksinonenal, (b) penurunan PUFA dalam plasma, (c) diena terkonjugasi dalam plasma, (d) hidroperoksida dalam plasma (Winklhofer-Roob et al. 1995). Mekanisme oksidasi lipid dapat dilihat pada Gambar 4.


(43)

Oksidasi lemak merupakan suatu reaksi berantai radikal bebas. Oksidasi lemak dicetuskan oleh senyawa radikal bebas, misalnya radikal hidroksil, yang mengekstraksi sebuah hydrogen dari lemak polyunsaturated (LH), sehingga terbentuk suatu radikal lemak (L*). Reaksi berantai radikal bebas diperluas oleh penambahan O2, yang membentuk radikal peroksi lemak (LOO*) dan peroksida lemak (LOOH). Tahap selanjutnya adalah tahap penyusunan ulang electron tunggal, dimana pada tahap ini terjadi degradasi peroksida lemak. Salah satu senyawa yang terbentuk adalah malonaldehida, yang bersifat larut dan dijumpai dalam darah (Pendit 1996).

Reaksi berantai oksidasi lemak dapat dihentikan oleh antioksidan. Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (L*, LOO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon 1990).

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar 5). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat

bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon 1990). Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida

dapat dilihat pada Gambar 5.

Inisiasi : L* + AH ———> LH + A* Propagasi : LOO* + AH ——> LOOH + A*

Keterangan : L* dan LOO* adalah radikal lipid Gambar 5 Reaksi penghambatan antioksidan terhadap radikal lipida


(44)

2.8. Malonaldehida

Menurut Bird dan Draper (1984), malonaldehida (MDA) merupakan produk hasil oksidasi lipid dalam tubuh. Malonaldehida juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas melalui reaksi ionisasi di dalam tubuh dan sebagai produk samping biosintesis prostaglandin. Tingginya kadar malonaldehida dapat dipengaruhi banyak hal, antara lain tingginya kadar peroksidasi lipid dimana malonaldehida sebagai produk akhirnya. Selain itu dipengaruhi juga oleh terjadinya dekomposisi asam amino, kompleks karbohidrat, pentosa, heksosa, dan biosintesis prostaglandin. Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar malonaldehida.

Analisa malonaldehida merupakan analisa radikal bebas secara tidak langsung dan merupakan analisa yang cukup mudah untuk menentukan jumlah radikal bebas yang terbentuk. Analisa radikal bebas secara langsung sangat sulit dilakukan, karena radikal ini sangat tidak stabil dan cenderung untuk merebut elektron senyawa lain agar lebih stabil. Reaksi ini berlangsung sangat cepat sehingga pengukurannya sangat sulit bila dalam bentuk senyawa radikal bebas (Helliwel dan Gutteridge 1999). Konsentrasi malonaldehida dalam material biologi telah digunakan secara luas sebagai indikator dari kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh sekaligus merupakan indikator keberadaan radikal bebas.

Menurut Conti et al. (1991), malonaldehida melakukan reaksi pertambahan nukleofilik (nucleophillic addiction reaction) dengan asam tiobarbiturat (TBA) membentuk senyawa MDA-TBA. Senyawa ini berwarna merah jambu yang dapat diukur intensitas menggunakan spektrofluorometer atau spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm (Conti et al. 1991). Inilah yang merupakan dasar analisis metode dengan metode TBA. Reaksi malonaldehida dengan asam tiobarbiturat dilihat pada Gambar 6.

Pengukuran kadar MDA tubuh dilakukan dengan metode TBA. Dalam penentuan kadar MDA, digunakan 1,1,3,3-tetraetoksipropana (TEP) sebagai standar. Senyawa ini menghasilkan malonaldehida melalui hidrolisis asam. Pada suasana asam, TEP terhidrolisis dan menghasilkan hemiasetal dan etanol. Hemiasetal yang terbentuk kemudian terdekomposisi menjadi etanol dan malonaldehida. Perlakuan pemanasan bertujuan untuk menghidrolisis peroksida


(45)

lipid sehingga semua MDA yang terikat dapat dibebaskan dan bereaksi dengan TBA.

Gambar 6 Reaksi malondialdehid dengan asam tiobarbiturat (Halliwel dan Gutteridge 1999)

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan manfaat minyak sawit maupun suplemen karotenoid dan vitamin E terhadap kadar malonaldehida diantaranya telah dilaporkan. Oluba et al. (2009) menyebutkan bahwa pemberian suplemen minyak sawit secara signifikan menurunkan tingkat peroksidasi lipid pada hati tikus yang diberi diet 5% kolesterol, dibandingkan dengan tingkat peroksidasi lipid pada hati tikus yang diberi diet 5% kolesterol tanpa minyak sawit. Alias et al. (2002) juga menyebutkan bahwa konsumsi minyak sawit pada komunitas Aborigin grup Tual Post (Treatment) di Kuala Lipis, Pahang selama 18 bulan menurunkan kadar peroksidasi lipid (MDA) secara signifikan dibandingkan grup Sinderut Post (Grup Kontrol). Meskipun demikian, ada penelitian yang menyebutkan bahwa adanya vitamin E maupun beta-karoten dalam minyak sawit bisa jadi tidak menghambat peroksidasi lipid. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Kamsiah et al. (2001) yang menyebutkan bahwa terjadi kenaikan kadar malonaldehida plasma pada tikus percobaan dengan pemberian minyak sawit merah yang diberi perlakuan panas.

2.9. Enzim Xantin Oksidase

Enzim xantin oksidase (EC 1.17.3.2) merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri atas 1332 residu asam amino, molibdenum (HO2SMo), FAD, dan


(46)

Fe2S2 sebagai pusat reaksi redoks, dengan bobot molekul sebesar 275 000 Dalton membentuk 2 subunit yang saling setangkup (Hart et al. 1970). Xantin oksidase merupakan enzim yang bereaksi pada akhir proses katabolisme purin, yang mengkatalisis konversi hipoxantin menjadi xantin serta xantin menjadi asam urat (Gambar 7).

Dalam kondisi normal, xantin oksidase berada dalam bentuk prekursor, yaitu xantin dehidrogenase. Pada kondisi iskemia dan hipoksia, xantin dehidrogenase diubah menjadi xantin oksidase mengalami reaksi oksidasi sulfhidril bersifat reversibel , atau modifikasi proteolitik bersifat ireversibel (Zhang et al. 2010). Perubahan enzim tersebut lebih menggunakan oksigen molekuler daripada NAD+ sebagai penangkap elektron, sehingga pada proses lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya pembentukan anion superoksida dan hidrogen peroksida (Haidari et al. 2009). Hidrogen peroksida lebih lanjut dapat bereaksi dengan ion logam (seperti Fe2+) dalam reaksi Fenton maupun bereaksi dengan O2- dan OH- dalam reaksi Haber Weiss. Lebih jauh, hasil reaksi tersebut akan menghilangkan keseimbangan antara status antioksidan dan prooksidan tubuh, sehingga menimbulkan keadaan stres oksidatif (Hayden dan Tyagi 2004).

Gambar 7 Pembentukan asam urat oleh xantin oksidase (Anonim 1997) Reaksi enzimatik oleh xantin oksidase dianggap sebagai sumber penting dari pembentukan radikal bebas oksigen secara in vivo (Chambers et al. 1985; Landmesser et al. 2002). Enzim ini terlibat dalam pathogenesis cedera reperfusi


(47)

iskemik pada jaringan-jaringan seperti jantung, ginjal dan usus (Newaz et al.

1998). Pembentukan asam urat yang tinggi telah dilaporkan dapat membebaskan radikal superoksida dan hidrogen peroksida melalui aktivasi enzim xantin oksidase (Haidari et al. 2009).

Beberapa penelitian tentang penghambatan aktitivitas enzim xantin oksidase telah dilakukan. Penelitian Catignani dan Dinning (1971) menyebutkan bahwa diet Vitamin E mengatur aktivitas enzim xantin oksidase dan xantin dehidrogenase pada hati kelinci. Penelitian Raghuvanshi et al. (2005) juga menyebutkan bahwa pemberian vitamin E 400 mg bersama 80 mg aspirin memiliki efek antioksidan yang baik dilihat dari berkurangnya aktivitas enzim xanthine oksidase pada platelet serta menurunkan kadar MDA sebagai indeks kerusakan akibat radikal bebas pada pasien yang mengalami reperfusi setelah serangan jantung.

Penelitian tentang khasiat minyak sawit terhadap aktivitas enzim xantin oksidase pada belum banyak yang melaporkan. Meskipun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Kamisah et al. (2011) menyebutkan bahwa Pre-treatment dengan TRF (Tocotrienol-Rich Fraction) dari sawit dapat menekan aktivitas enzim xantin oksidase pada lambung tikus yang terekspos WRS (Water

Immersion Restraint Stress). Penelitian in vitro yang dilakukan Atawodi

et al. (2011) tentang evaluasi potensi antioksidan penangkal radikal bebas dari ekstrak methanol minyak sawit menunjukkan penghambatan terhadap aktivitas xanthine oxidase. Penelitian tentang evaluasi aktivitas antioksidan ekstrak minyak sawit pada jaringan tikus percobaan menunjukkan penghambatan yang lebih baik terhadap aktivitas xantin oksidase dibandingkan dengan ekstrak tokoferol (Wu dan Lean 2006).

2.10. Program SawitA

Program SawitA merupakan suatu program yang dilakukan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan PT Smart Tbk. Program ini melibatkan 37 mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan 79 orang kader posyandu sebagai fasilitator dan dilakukan di 10 desa yang ada di wilayah kecamatan Dramaga. Tujuan program ini adalah untuk mengatasi masalah


(48)

kekurangan vitamin A di Indonesia melalui pemberian produk minyak sawit merah. Program ini bersifat terapan yang menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit merah yang secara alamiah mengadung provitamin A dan vitamin E yang sangat tinggi dengan harga yang sangat terjangkau (Zakaria et al. 2011).

Program SawitA ini memprioritaskan kepada masyarakat prasejahtera karena masyarakat tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk membeli alternatif vitamin A alami seperti buah-buahan. Kegiatan program dilaksanakan secara bertahap dan bergilir di masyarakat bekerjasama dengan pemerintah daerah dan dinas kesehatan kabupaten dan lembaga desa terkait khususnya posyandu. Pada tahap pertama program ini dilaksanakan di kabupaten Bogor yang nantinya diharapkan dapat dijadikan model untuk penerapan pada kabupaten yang lain. Produk dibagikan secara cuma-cuma selama dua bulan kepada 2142 responden di kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor dari keluarga prasejahtera sesuai dengan data desa setempat dan disertai dengan penyuluhan tentang manfaat, cara penggunaan dan berbagai resep penggunaan minyak sawit (Zakaria et al. 2011).

Produk yang dihasilkan oleh Program SawitA bernama SawitA yang berarti minyak sawit yang mengandung vitamin A. Ada beberapa macam produk berbasis minyak sawit merah yang dihasilkan oleh Program SawitA, yaitu SawitA manis merupakan minyak sawit yang ditambahkan dengan larutan gula, SawitA tumis minyak sawit mentah dan SawitA tumis minyak sawit merah tanpa fraksinasi (Zakaria et al. 2011).


(49)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari studi kasus pada program SawitA, dalam memanfaatkan provitamin A minyak sawit mentah untuk mengatasi kekurangan vitamin A di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 – April 2012, bertempat di desa Dramaga dan Babakan, kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive), mengikuti saran dari dinas kesehatan kabupaten Bogor tentang daerah di kabupaten Bogor yang kekurangan vitamin A dengan populasi besar, dan masih banyak terdapat masyarakat prasejahtera yang sulit mengakses fasilitas kesehatan. Analisis darah dilakukan di laboratorium biokimia pangan, laboratorium mikrobiologi serta laboratorium kimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fateta IPB.

3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah MSMn (Minyak Sawit Mentah) yang diperoleh dari PT SMART TBK Jakarta, dikemas kembali dari drum ke dalam botol plastik ukuran 140 ml. Produksi produk SawitA dilaksanakan di

TECHNOPARK IPB dengan nomor registrasi produk industri rumah P-IRT No 207320101871.

Bahan untuk analisis plasma darah adalah etanol 95%, petroleum eter, standar β -karoten (Sigma C4582-5mg), HCl, standard MDA (1,1,3,3 tetraetoksipropana), trichloroacetic acid (TCA), thiobaturic acid (TBA), akuades, BHT, akuabides, tris, HCl, CuSO4, xanthine (Sigma-Aldrich X0626), glisin, coomasie blue, asam fosfor 85%, bovine serum albumin (BSA).

3.2.2. Alat

Peralatan yang digunakan di lapangan adalah alat bantu untuk melakukan kegiatan sosialisasi seperti brosur atau komik yang memuat informasi tentang khasiat, cara


(50)

pemakaian, dampak dan manfaat penggunaan minyak sawit. Selain itu, digunakan kuesioner sebagai panduan untuk melakukan wawancara kepada responden yang diadaptasi dari penelitian Waysima (2011) tentang ―Pengaruh Peran Ibu pada Pembentukan Perilaku Makan Ikan Laut Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jepara dan Kabupaten Grobogan,Jawa Tengah‖. Kuesioner terdiri dari 5 tahap seperti terdapat pada lampiran 3,4,5,6 dan 7.Selain itu, ada pula surat kesediaan (informed consent) responden untuk mengikuti kegiatan penelitian tersebut. Peralatan yang digunakan di laboratorium adalah vacutainer 5 mL berisi EDTA, venojek dan pompanya, siring 10 mL, membran nitroselulosa 0,45 μm, laminar, pipet pasteur, tabung valcon 15 mL, freezer, waterbath, sentrifus, timbangan analitik, mikropipet 100 μL hingga 1000 μL, vortex, spektrofotometer UV-Vis

Double Beam, pH meter, dan peralatan gelas lainnya.

3.3. Tahapan Penelitian

3.3.1. Teknik Pemilihan Responden

3.3.1.1. Teknik Pemilihan Responden untuk Analisis Penerimaan Produk Responden penelitian merupakan bagian dari responden pada program SawitA, dengan total 2154 responden. Pada penelitian penerimaan responden, teknik pemilihan responden dilaksanakan sebagai berikut. Pertama dipilih kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor secara purposive karena kecamatan tersebut merupakan salah satu sasaran dari dinas kesehatan kabupaten Bogor dalam mengatasi kasus kekurangan vitamin A di Kabupaten Bogor, serta merupakan salah satu kecamatan yang diselenggarakan program SawitA. Selanjutnya dilakukan pemilihan desa secara acak sederhana dengan mengocok 10 desa yang ada di kecamatan Dramaga dan terpilih dua desa yaitu desa Dramaga, dan Babakan.

Setelah dipilih wilayah penelitian dilakukan pemilihan responden secara

simple random sampling dengan pendataan kepala keluarga prasejahtera di RW 01 RW 01 desa Dramaga, RW 02 dan RW 3 desa Dramaga, serta RW 01, 02, dan 06 desa Babakan. Setelah itu dilakukan pengundian sampai didapatkan 31 keluarga, dengan jumlah 78 responden. Orang-orang yang dapat dimasukkan ke dalam responden merupakan mereka yang mau mengikuti program ini dari awal


(51)

sampai akhir. Unit analisis dari penelitian ini adalah para ibu (calon ibu, ibu biasa, ibu menyusui, ibu hamil dan ibu tua), anak balita usia 2-5 tahun, bapak-bapak, anak-anak. Jumlah proporsi antara responden tidak ditentukan dalam penelitian ini, namun memenuhi ketentuan jumlah sampling yaitu 78 orang dan mereka yang dipilih merupakan mereka yang benar-benar mau mengikuti kegiatan penelitian selama 2 bulan dengan ditanya kesediaan mereka sebelumnya dan menandatangani kontrak persetujuan sehingga tidak dipaksakan. Kerangka sampling dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian No Pemilihan lokasi dan

responden

Metode 1 Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor

Secara purposive: data dari dinas kesehatan Kabupaten Bogor

2 Desa Dramaga dan Babakan Secara acak sederhana: melakukan pengocokkan terhadap daftar RW yang ada di desa Dramaga dan Babakan

4 Responden yang diambil darah

Secara sengaja dan hanya ibu-ibu saja

Berdasarkan pada ASTM (American Standard Testing Material), jumlah responden untuk uji Home Use Test yaitu minimal sebanyak 50 orang per produk. Hal inilah yang menjadi landasan pada penilitian penerimaan responden produk minyak sawit mentah dipilih 78 responden.

3.3.1.2. Teknik Pemilihan Responden untuk Analisis Darah

Untuk keperluan analisis darah, dilakukan pengambilan contoh bersifat tidak acak. Pengambilan contoh berdasarkan kesediaan responden ibu yang bersedia untuk diambil darahnya dan telah menandatangani surat persetujuan (Lampiran 2). Adapun kriteria responden ibu yang diambil darahnya adalah: sehat berdasarkan pemeriksaan di puskesmas, usia produktif, sedang tidak hamil dan menyusui, berstatus gizi normal dan tidak merokok. Mereka juga merupakan bagian dari responden penelitian penerimaan responden produk minyak sawit mentah. Kesediaan responden untuk diambil darahnya ditandai dengan


(52)

penandatangan surat persetujuan pengambilan darah. Pada penelitian ini didapat 22 responden yang bersedia untuk diambil sampel darah.

3.3.2. Sosialisasi

Produk minyak sawit mentah merupakan produk baru dan belum banyak dikenal masyarakat. Oleh karena itu sebelum dilakukan distribusi produk perlu dilakukan sosialisasi untuk memperkenalkan produk ini meliputi penggunaan beserta manfaatnya.Sosialisasi produk MSMn dilakukan di rumah responden, serta ditempat perkumpulan warga yang strategis seperti majelis ta’lim atau balai desa. Sosialisasi ini diadakan sebanyak tiga kali dalam dua bulan selama kegiatan yaitu pada awal, pertengahan dan akhir kegiatan. Media sosialisasi yang digunakan berupa pembagian brosur, leaflet,komik, maupun kegiatan penyuluhan tentang manfaat minyak sawit mentah.

Kegiatan sosialisasi di bulan pertama meliputi wawancara mengenai karakteristik keluarga dan pengetahuan responden di awal mengenai minyak sawit, selanjutnya dilakukan pemberian informasi mengenai minyak sawit dan produknya serta manfaat dari produk tersebut melalui pertemuan massal dengan responden. Dalam kegiatan pertemuan massal, selain dilakukan sosialisasi, dilakukan juga kegiatan bersifat menghibur seperti demo masak, permainan ataupun lomba cerdas-cermat untuk meningkatkan antusiasme responden terhadap kegiatan ini. Pada sosialisasi yang kedua, yaitu pada akhir bulan pertama, dilakukan pertemuan massal responden dan dilakukan perbaikan informasi yang telah disampaikan pada sosialisasi sebelumnya. Sosialisasi ketiga dilakukan pada akhir bulan kedua, dimana di dalammnya dilakukan penguatan informasi kembali dan mengajak responden untuk mau melihat seberapa besar perkembangan pengetahuan responden terhadap minyak sawit dan produk minyak sawit mentah. 3.3.3. Intervensi Produk Minyak Sawit Mentah

Intervensi produk minyak sawit mentah dilakukan di rumah responden dengan metode Home Use Test. Sesuai namanya, Home Use Test dilakukan di rumah atau tempat tinggal partisipan/responden.

Produk MSMn didistribusikan sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang mengkonsumsi produk ini selama dua bulan. Pemberian produk ke masing-masing


(53)

rumah responden dilakukan setelah sosialisasi pertama. Setiap keluarga responden diberikan produk MSMn 1 botol (140 ml) setiap minggu secara cuma-cuma. Apabila asumsi tiap keluarga beranggotakan 4-8 orang, dapat diperhitungkan setiap orang mengkonsumsi minyak sawit mentah sebanyak 2,5-5 ml per orang/hari, atau setara dengan 1500-3000 μg ekivalen vitamin A. Jika anggota keluarga mencapai 10-12 orang, akan tetap mendapat 1,7-2 ml per orang per hari atau setara dengan 1020-1200 μg eqivalen vitamin A. Produk MSMn dapat digunakan untuk menumis masakan, ditambahkan pada produk makanan jadi, atau variasi penambahan lainnya yang sesuai dengan kebiasaan keluarga dirumah. Sesudah itu dilakukan evaluasi dengan pengisian lembar penilaian berupa kuesioner untuk produk MSMn dengan metode wawancara langsung kepada responden. Selain itu, dilakukan monitoring minimal sebanyak satu atau dua kali seminggu agar konsumsi dapat dikontrol peneliti.

Untuk mempermudah responden, penakaran MSMn dilakukan dengan menggunakan sendok makan, dimana satu sendok makan setara dengan 6 ml MSMn. Ketika dalam satu keluarga terdiri dari 4 orang maka dalam satu hari konsumsi MSMn diperkirakan sebanyak 8 ml, hanya dengan satu setengah sendok makan MSMn telah telah dapat memenuhi kebutuhan vitamin A satu keluarga selama sehari. Banyaknya jumlah produk yang harus digunakan disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.

3.3.4. Monitoring

Monitoring dilakukan minimal seminggu sekali selama penelitian berlangsung dengan cara mendatangi langsung rumah responden. Hal ini perlu dilakukan mengingat pengujian dilakukan dirumah masing-masing. Selain itu responden juga memiliki pekerjaan dan tanggung jawab lain disamping partisipasinya dalam kegiatan ini sehingga harus terus diingatkan untuk mengkonsumsi produk. Dalam kegiatan monitoring, dilakukan pengontrolan terhadap penggunaan produk MSMn dengan melihat isi produk dalam kemasan. Apabila isi produk telah mencapai kurang dari setengah botol maka responden mendapatkan tambahan satu botol MSMn baru. Setelah itu responden diwawancarai tentang responnya terhadap produk MSMn yang telah diberikan


(54)

berupa atribut produk (rasa, warna, aroma), penerimaan dan keluhan responden terhadap produk minyak sawit mentah dan cara mengkonsumsi produk. Wawancara yang dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi secara bertahap dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan sebagaimana terdapat pada lampiran 3, 4, 5, 6, dan 7.

3.3.5. Pengambilan Darah Responden

Pengambilan darah pada responden dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat sebelum dan sesudah intervensi dengan MSMn. Pengambilan darah dilakukan di puskesmas desa Dramaga dan Babakan oleh seorang perawat. Setelah mendapat persetujuan responden melalui penandatanganan informed concent atau lembar kesediaan(Lampiran 2), sebanyak 24 ml darah diambil dari 22 responden wanita dewasa secara aseptis dengan venojek sekali pakai atau siring. Sampel darah ditempatkan dalam tabung steril yang berisi antikoagulan EDTA. Darah manusia yang sudah ditambah dengan antikoagulan disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Setelah disentrifus akan diperoleh tiga lapisan, bagian atas adalah plasma darah, bagian tengah adalah buffy coat yang mengandung sel darah putih, dan bagian bawah adalah sel darah manusia (eritrosit). Plasma darah kemudian di alikuot lalu disimpan dalam freezer dengan suhu -200C hingga siap untuk digunakan sebagai sampel pada analisa kadar beta-karoten, malonaldehida serta aktivitas enzim xantin oksidase.

3.3.6. Analisis Kadar β-Karoten Plasma darah (Neeld dan Pearson 1979) 3.3.6.1. Pembuatan Kurva Standar β-karoten

Kurva standar β-karoten diukur pada panjang gelombang 450nm. Kurva standar dibuat dengan melarutkan β-karoten standar dengan petroleum eter, lalu dibuat seri larutan standar dengan konsentrasi 0,5 μg/ml, 1μg/ml, 1,5μg/ml dan 2μg/ml, kemudian diukur absobansinya pada panjang gelombang 450 nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS double beam. Hasil absorbansi diukur berdasarkan persamaan regresi linear (Y = a + bx) yang di dapat dari hasil plot antara konsentrasi β-karoten dan absorbansinya.


(55)

3.3.6.2. Pengukuran Kadar β-karoten Plasma Darah

Plasma darah sebanyak 2 ml ditambahkan 2 ml etanol 95%, selanjutnya ditambahkan 3 ml petroleum eter. Campuran tersebut divortex selama ± 2 menit, lalu disentrifus 1500 rpm selama 5 menit. Supernatan hasil sentrifugasi diambil lalu dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 450 nm dengan spektrofotometer UV-VIS double beam. Blanko sampel pada pembacaan ini adalah petroleum eter. Konsentrasi β-karoten plasma darah dihitung dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

β-karoten plasma (mg/L) = x Konsentrasi standar x 3

Kadar beta karoten plasma dalam satuan mg/L kemudian diubah menjadi μmol/l dengan cara mengalikan dengan unit konversi biokimia untuk beta karoten, yaitu 0,0186 (Anonim 2001).

3.3.7. Analisis Malonaldehida Plasma Darah (Conti et al. 1991)

Plasma darah sebanyak 200 µl ditambahkan 4 ml larutan yang mengandung TCA 15%, TBA 0.37%, HCl 0.25N dan BHT 0.5%, kemudian di vortex lalu dipanaskan dalam waterbath pada suhu 80°C selama 1 jam. Setelah itu dinginkan sampai mencapai suhu ruang, lalu di sentrifus pada 2000 rpm selama 10 menit. Supernatan diukur pada panjang gelombang 532 nm.

Sebagai standar malonaldehida digunakan 1,1,3,3 tetraetoksipropana (TEP). Pembuatan standar TEP yaitu dengan membuat larutan induk 2 mmol/l, kemudian dibuat larutan kerja 0.1 µmol/l. Pada suasana asam, TEP terhidrolisis dan menghasilkan hemiasetal dan etanol. Hemiasetal yang terbentuk kemudian terdekomposisi menjadi etanol dan malondialdehid. Penentuan kurva standar dilakukan sama dengan penentuan sampel. Perhitungan kadar malonaldehida sampel berdasarkan hasil plotting nilai absorbansi pada kurva standar.

3.3.8. Analisis Aktivitas Xanthine Oxidase (Raguvanshi et al. 2005)

Total campuran assay adalah 3 ml, terdiri dari 0.3 ml Tris HCl buffer 50 mM (pH 7.4), 0.30 ml CuSO4 10 mM; 0.05 ml xanthine 2.58 mM/ml dalam 0.05 M Glisin Buffer (pH 7.4); 0.1 ml sampel plasma yang telah diencerkan, serta aquades untuk menaikkan volume hingga 3 ml. Lakukan pencatatan terhadap


(56)

perubahan absorbansi pada 290 nm dalam interval 15 detik selama 1 menit. Sebanyak 1 unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai perubahan absorbansi pada panjang gelombang 290 nm selama 1 menit setelah persiapan sampel. Koefisien absorbs milimolar linear sebesar 10.03 l mmol-1cm-1 pada panjang gelombang 290 nm digunakan untuk menghitung konversi xanthine ke asam urat. Perhitungan aktivitas enzim dihitung dengan rumus berikut (Bergmeyer 1988):

Dimana :

ΔA = Perubahan Absorbansi V = volume assay (l)

ε = koefisien absorbs milimolar linear (l mmol-1mm-1) d = light path kuvet (mm)

Δt = waktu (s)

v = volume sampel yang digunakan pada assay (l) ρ = kadar protein (ppm)

3.3.9. Analisis Kadar Protein Plasma (Bradford 1976) 3.3.9.1. Pembuatan Reagen Bradford

Reagen Bradford dibuat dengan cara melarutkan 0.1 g coomasie brilian blue (CBB) G‐250 ke dalam 50 ml etanol 95% (v/v), lalu ditambahkan 100 ml asam fosfor 85% (v/v). Campuran lalu diencerkan sampai volume 1 L dengan aquadest. Larutan disaring dengan kertas saring dan disimpan dalam botol gelap dan suhu rendah.

3.3.9.2. Pembuatan Larutan Standar Protein

Larutan standar protein dibuat dengan melarutkan 0,01 g BSA (bovine serum albumin) dengan 10 ml H2O steril sehingga diperoleh larutan stok BSA dengan konsentrasi 1000 ppm. Larutan stok dengan konsentrasi 1000 ppm diencerkan dengan melarutkan 0,5 ml larutan stok ditambahkan 4,5 ml H2O steril sehingga diperoleh larutan stok BSA 100 ppm. Dari larutan stok tersebut dilakukan pengukuran terhadap standar protein terlarut dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 ppm. Kemudian dilakukan pengukuran


(57)

terhadap standar protein dengan menambahkan 0.1 ml seri larutan standar dengan 5 ml reagen Bradford. Kemudian larutan di vortex dan di inkubasi pada suhu ruang selama 60 menit. Larutan ini memberikan warna biru dan dibaca pada panjang gelombang 595 nm oleh spektrofotometer UV-VIS double beam. Dengan menggunakan regresi linear, akan didapatkan persamaan matematik untuk larutan standar protein yang diperoleh dari nilai absorbansi standar, yang akan digunakan pada pengukuran kadar protein sampel.

3.3.9.3. Pengukuran Protein Sampel

Pengukuran sampel dilakukan dengan cara menambahkan 0,1 ml sampel plasma dengan 5 ml reagen Bradford, divortex dan diinkubasi pada suhu ruang selama 60 menit. Absorbansi larutan sampel protein dibaca pada panjang gelombang 595 nm. Dengan persamaan matematik dari kurva standar protein, akan didapatkan kadar protein terlarut yang terkandung dalam larutan sampel.

3.3.10 Analisis Statistik

Pengujian statistik dilakukan pada parameter analisis darah. Pengujian dilakukan menggunakan uji t berpasangan, dengan cara menghitung hasil rata-rata pengukuran pada saat sebelum dan sesudah intervensi dengan minyak sawit mentah. Perhitungan dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut.

Hipotesis pada uji-t berpasangan yang digunakan adalah sebagai berikut: H0 : D = 0 (perbedaan antara dua pengamatan adalah 0)


(58)

(59)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan hasi analisis dari responden penerima produk minyak sawit mentah yang dimonitor dan dievaluasi selama periode 2 bulan intervensi yang berlangsung mulai 29 Mei – 29 Juli 2011. Analisis terhadap responden dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden serta tingkat penerimaan produk yang dikonsumsi.

Responden dari program ini berasal dari 2 desa, yaitu desa Dramaga dan desa Babakan. Responden merupakan bagian dari jumlah responden program SawitA yang berjumlah 2154 responden dari 10 desa di kecamatan Dramaga (Zakaria et al.2011). Responden yang terpilih berdasarkan hasil survei dan

informed consent yang ditandatangani berjumlah 78 orang, berasal dari 31 keluarga pra sejahtera di Desa Dramaga dan Babakan. Responden berdomisili di RT 01 RW 01 Desa Dramaga (11 keluarga), RT 01 RW 03 Desa Dramaga (2 keluarga), RT 01 RW 03 Desa Dramaga (3 keluarga), RT 02 RW 02 Desa Dramaga (2 keluarga), RT 03 RW 01 Desa Dramaga (2 keluarga), RT 01 RW 02 Desa Babakan (7 keluarga), RT 03 RW 02 Desa Babakan (1 keluarga), dan RT 01 RW 06 Desa Babakan (3 keluarga). Rata-rata anggota keluarga adalah 5,06 orang dengan jumlah anggota keluarga paling sedikit 2 orang dan paling banyak 8 orang. Secara umum keluarga responden memiliki kemampuan menerima pengetahuan baru yang cukup baik. Hasil pengamatan pada Tabel 9 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan per kapita.

Berdasarkan hasil survei, jumlah responden pria adalah 29 orang (37,18%), dan responden wanita sebanyak 49 orang (62,82%). Jumlah responden wanita yang lebih mendominasi sesuai dengan kaitan bahwa wanita merupakan penentu menu makanan di rumah. Mayoritas responden berusia dewasa (62,82%). Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar responden masih dalam usia produktif, yaitu usia dimana individu masih mampu mencari pengetahuan dan


(60)

memungkinkan untuk diberi pengetahuan baru sehingga penyerapan terhadap informasi baru tinggi.

Tabel 9 Karakteristik responden

No Karakter responden Jumlah

(orang) (%) 1 Jenis Kelamin

Laki-laki 29 37,18

Perempuan 49 62,82

Total 78 100

2 Usia

Balita (0 – 5 tahun) 9 11,54 Anak-anak (6 – 12 tahun) 9 11,54 Remaja (12 – 17 tahun) 8 10,26 Dewasa (18 – 55 tahun) 49 62,82 Manula (>56 tahun) 3 3,846

Total 78 100

3 Pekerjaan

Buruh 5 6,41

Swasta 11 14,1

Pelajar 14 17,95

Karyawan 2 2,564

Ibu Rumah Tangga dan

46 58,97 belum/tidak bekerja

Total 78 100

5 Pendapatan keluarga

< Rp. 1.174.200,- 16 51,6 > Rp. 1.174.200,- 15 48,4

Total 31 100

6 Tingkat Pendidikan

Belum sekolah 11 14

Tidak Sekolah 4 5

SD 5 6

Tamat SD 13 17

SMP 10 13

Tamat SMP 16 21

Tamat SMA 19 24

Total 78 100

Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat kepemilikan dan keluasan pengetahuan untuk penyelenggaraan kehidupannya. Lama pendidikan menentukan tingkat penerimaan seseorang terhadap informasi baru. Tingkat


(1)

Lampiran 13. Hasil Uji t Beta Karoten.

Sebelum Sesudah Selisih

Selisih Kuadrat

Rata-rata Selisih

SD selisih

kuadrat sd sd rerata t hitung

T tabel (5%)

T Tabel (10%) 1 1.3855 1.4633 -0.0778 0.006059 -0.05802 3.86925 1.967041 0.419375 -0.13836 1.717 1.321 2 1.5412 1.1676 0.3736 0.139591

4.690416

3 1.4633 2.1016 -0.6383 0.407382

4 2.4130 1.9148 0.4982 0.248161

5 1.6034 1.8058 -0.2024 0.040956 6 1.1987 1.3855 -0.1868 0.034898

7 1.0275 1.5412 -0.5137 0.263914 Ket: t hitung < T tabel

8 1.0119 1.3699 -0.3581 0.128201

Hasil Uji Tidak Berbeda Nyata

9 1.4011 1.6813 -0.2802 0.07852

10 1.0897 1.6501 -0.5604 0.314079 11 1.1676 1.3855 -0.2179 0.0475 12 1.4322 1.8058 -0.3736 0.139591 13 1.6346 2.0238 -0.3892 0.151466 14 5.6665 1.4166 4.2499 18.06175 15 2.2106 2.0393 0.1712 0.029324 16 2.1172 2.3351 -0.2179 0.0475 17 1.8370 2.0705 -0.2335 0.054528 18 1.6190 2.5219 -0.9029 0.815249 19 2.1950 2.1639 0.0311 0.000969 20 2.8644 2.2417 0.6227 0.387752 21 2.9422 4.9504 -2.0082 4.032866 22 2.1483 2.2106 -0.0623 0.003878


(2)

(3)

Lampiran 14. Hasil Uji t Malonaldehida

sebelum sesudah selisih Selisih

Kuadrat

rata-rata Selisih

SD selisih

Kuadrat sd sd rerata t hitung

T tabel (5%)

T Tabel (10%) 1 0.503383 0.573856 -0.0705 0.004967 0.073677 0.04566 0.213681 0.045557 1.61725 1.717 1.321 2 0.885954 0.453044 0.4329 0.18741

4.690416

3 0.724871 0.563789 0.1611 0.025948

4 0.674533 0.432909 0.2416 0.058382

5 0.765142 0.865818 -0.1007 0.010136 6 0.976563 0.634262 0.3423 0.117169 7 0.382571 0.64433 -0.2618 0.068518

8 0.362436 0.221488 0.1409 0.019866 Ket : t hitung > t tabel

9 0.312097 0.231556 0.0805 0.006487

Hasil Uji berbeda nyata pada taraf 10%

10 0.251691 0.251691 0.0000 0

11 0.483247 0.251691 0.2316 0.053618 12 0.362436 0.463112 -0.1007 0.010136 13 0.261759 0.261759 0.0000 0 14 0.13088 0.120812 0.0101 0.000101 15 0.382571 0.463112 -0.0805 0.006487 16 0.30203 0.453044 -0.1510 0.022805 17 0.533586 0.422841 0.1107 0.012264 18 0.795345 0.634262 0.1611 0.025948 19 0.120812 0.13088 -0.0101 0.000101 20 0.614127 0.352368 0.2618 0.068518 21 0.372503 0.291962 0.0805 0.006487 22 0.402706 0.261759 0.1409 0.019866


(4)

(5)

Lampiran 15. Hasil uji t aktivitas xantin oksidase

sebelum sesudah selisih

Selisih Kuadrat

rata-rata Selisih

SD selisih

kuadrat sd sd rerata t hitung

T tabel (5%)

T Tabel (10%) 1 6.161 5.496 0.6652 4.42E-01 -0.11877 1.822927 1.350158 0.287855 -0.41261 1.717 1.321 2 5.016 5.773 -0.7572 5.73E-01

4.690416

3 6.052 3.834 2.2177 4.92E+00

4 6.111 8.246 -2.1347 4.56E+00

5 1.330 1.218 0.1120 1.25E-02 6 1.271 1.288 -0.0167 2.79E-04 7 1.616 2.175 -0.5588 3.12E-01 8 1.192 1.999 -0.8066 6.51E-01

9 1.112 1.515 -0.4031 1.62E-01 Ket : t hitung < t tabel

10 2.651 1.678 0.9739 9.48E-01

Hasil Uji Tidak Berbeda Nyata

11 2.500 0.884 1.6153 2.61E+00 12 1.571 1.748 -0.1773 3.14E-02 13 1.147 2.008 -0.8602 7.40E-01 14 4.706 4.021 0.6850 4.69E-01 15 4.361 5.055 -0.6935 4.81E-01 16 3.005 4.258 -1.2529 1.57E+00 17 4.287 3.571 0.7163 5.13E-01 18 4.326 4.897 -0.5710 3.26E-01 19 3.433 6.010 -2.5769 6.64E+00 20 4.227 4.058 0.1691 2.86E-02 21 4.881 4.509 0.3719 1.38E-01 22 5.116 4.447 0.6696 4.48E-01


(6)