Latar Belakang Lama penyimpanan dan mutu buah sawo (Achras zapota, L) kultivar sukatali st1 yang dilapisi lilin

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sawo merupakan salah satu dari berbagai jenis buah-buahan tropis yang banyak dihasilkan dan cukup dikenal masyarakat di Indonesia. Baunya harum dan rasanya manis lezat. Dalam bahasa Inggris, sawo disebut sapodilla, chikoo, atau sapota. Di India, sawo disebut chikoo, di Filipina dikenal sebagai tsiko, dan di Malaysia ciku. Masyarakat Tionghoa menyebut buah sawo sebagai hong xiêm. Salah satu kultivar unggulan adalah sawo Sukatali ST1. Sawo sukatali disebut juga sawo apel kapas, karena bentuknya yang bulat, besar, dan daging buahnya yang tidak terlalu coklat. Selain itu, sawo ini terasa tidak lembek jika ditekan sehingga membuat konsumen sering terkecoh karena menyangka buah sawo masih mentah. Kuantitas buah yang melimpah harus diimbangi dengan kualitas yang baik, namun mutu buah sawo yang dijual dipasaran belum optimal. Hal ini disebabkan oleh penanganan pasca panen sawo yang masih kurang baik, sehingga mutu buah sawo setelah panen terus menurun. Buah sawo yang dipetik terlalu awal dari ketuaan fisiologis akan lambat matang dan tingkat kemanisan rendah, rasa lebih sepet, serta adanya akumulasi getah yang menempel disekitar biji. Sebaliknya apabila buah yang dipetik terlalu tua, buah akan cepat matang 2-3 hari. Sawo yang siap dikonsumsi adalah sawo matang. Buah mentah tidak enak dimakan karena keras. Rasanya pahit dan kelat disebabkan tingginya kandungan tanin dan kaustik. Sawo yang berkualitas baik adalah sawo yang empuk dan berwarna coklat tua. Harga jual untuk sawo yang matang penuh cukup tinggi, akan tetapi harga akan turun secara drastis apabila sawo terlalu matang , hal ini dikarenakan buah setelah matang tidak dapat bertahan lama, akan cepat rusak dan membusuk, hal ini akan menyulitkan penanganan maupun transportasinya. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan teknologi pasca panen untuk memperpanjang umur simpan, yang mudah diterapkan dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Beberapa metode yang diketahui untuk memperpanjang umur simpan komoditas hortikultura segar antara lain penyimpanan suhu dingin, penyimpanan udara yang dimodifikasi, pelapisan lilin, pemakaian bahan kimia, penyimpanan hipobarik, irradiasi maupun kombinasi dari dua atau lebih cara- cara tersebut. Pelapisan lilin merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk-produk hortikultura dengan biaya yang relatif murah. Mekanisme dari proses pelapisan lilin sebenarnya merupakan usaha untuk menggantikan lapisan lilin alami yang dimiliki oleh buah itu sendiri, yang sebagian besar hilangakibat adanya proses penanganan lepas panen seperti pencucian, sortasi, dan pengangkutan. Tujuan utama pelapisan lilin pada produk-produk hortikultura adalah untuk mencegah penguapan air akibat respirasi dan transpirasi agar tidak berkerut, layu, maupun busuk sehingga nilai pasarnya dapat dipertahankan. Dengan dilakukannya pelapisan lilin pada buah sawo, diharapkan dapat meningkatkan umur simpan buah sawo Sukatali ST1, sehingga dalam pemasarannya, mutu buah sawo Sukatali ST1 dapat menjadi lebih baik. 2

B. Tujuan