16
Gambar 9. Laju Konsumsi O2 buah sawo dengan pelapisan lilin dan tanpa pelapisan lilin sebagai kontrol pada suhu 15C
Pada grafik Gambar 8 dan 9, dapat dilihat bahwa buah sawo dengan konsentrasi pelilinan sebesar 9 memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan dengan buah sawo dengan buah
sawo kontrol, dengan pelapisan lilin 10, serta buah sawo dengan pelapisan lilin 11. Hal ini juga disebabkan karena buah sawo dengan pelilinan 9 memiliki laju respirasi yang lebih rendah
dibandingkan dengan buah sawo kontrol, pelilinan 10, dan pelilinan 11. Konsentrasi pelilinan 9 menghasilkan rata-rata laju respirasi terendah, yaitu sebesar 3.07 mlCO
2
kgjam dan 2.83 mlO
2
kgjam, pada konsentrasi pelilinan 10 yaitu 3.18 mlCO
2
kgjam dan 2.75 mlO
2
kgjam, buah sawo kontrol 3.74 mlCO
2
kgjam dan 2.93 mlO
2
kgjam, serta pada buah sawo dengan pelilinan 11 4.09 mlCO
2
kgjam dan 3.22 mlO
2
kgjam. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi ada dua: faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal antara lain suhu, etilen, O
2
yang tersedia, zat-zat pengatur pertumbuhan dan kerusakan buah Pantastico, 1986. Dari hasil penelitian, terlihat bahwa pelapisan
lilin lebih menghambat laju respirasi buah sawo dibandingkan kontrol, hanya saja suhu penyimpanan, mempengaruhi ketebalan lilin yang digunakan untuk mencapai umur simpan yang optimal. Pada suhu
ruang umur simpan maksimum yang dapat dicapai adalah selama 5 hari, sedangkan pada suhu 15°C umur simpan maksimum yang dapat dicapai adalah selama 11 hari.
2. Susut Bobot
Selama penyimpanan pada suhu ruang dan suhu 15°C, presentase susut bobot yang dialami oleh buah sawo dengan perlakuan pelapisan lilin lebih rendah dibandingkan dengan buah sawo tanpa
pelapisan lilin. Pada buah sawo dengan pelapisan lilin, jumlah air yang hilang dalam proses transpirasi lebih sedikit, karena sebagian pori-pori kulit buah tertutup oleh lilin. Sedangkan pada buah sawo tanpa
pelapisan lilin, pori-pori terbuka sehingga jumlah air yang hilang lebih banyak. Menurut kader, 1992, kehilangan air ini tidak saja berpengaruh langsung terhadap kehilangan kuantitatif susut
bobot, tetapi juga menyebabkan kerusakan tekstur kelunakan, kelembekan, kerusakan kandungan gizi, dan kerusakan lain kelayuan, pengerutan. Pengukuran susut bobot dilakukan sebanyak tiga kali
1 2
3 4
5 6
7
2 4
6 8
10 12
La ju
k o
n su
m si
O 2
m l
O 2
k g
ja m
Penyimpanan Hari
kontrol lilin 9
lilin 10 lilin 11
17
pengulangan. Data yang didapat dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4, dan disajikan pada Gambar 10 dan 11.
Gambar 10. Susut bobot buah sawo dengan pelapisan lilin dan tanpa pelapisan lilin sebagai kontrol pada suhu ruang.
Gambar 11. Susut bobot buah sawo dengan pelapisan lilin dan tanpa pelapisan lilin sebagai kontrol pada suhu 15°C
Dari hasil uji analisis sidik ragam diperoleh bahwa konsentrasi pelapisan lilin dan suhu penyimpanan, yang diujikan berpengaruh nyata terhadap susut bobot, namun interaksi antara suhu dan
konsentrasi pelilinan tidak berpengaruh nyata pada susut bobot. Uji analisis sidik ragam susut bobot buah sawo pada suhu ruang dan 15°C dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari grafik susut bobot buah
sawo yang disimpan pada suhu ruang, terlihat bahwa buah sawo dengan konsentrasi 11 memiliki susut bobot paling rendah, lalu diikuti dengan buah sawo dengan konsentrasi 10 dan konsentrasi
9, dan buah sawo kontrol memiliki susut bobot paling tinggi. Pada grafik susut bobor buah sawo 2
4 6
8 10
12 14
16 18
20 22
24 26
2 4
6
S u
su t
B o
b o
t g
1 g
Penyimpanan Hari
Kontrol lilin 9
lilin 10 lilin 11
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26
2 4
6 8
10 12
S u
su t
B o
b o
t g1
g
Penyimpanan Hari
Kontrol lilin 9
lilin 10 lilin 11
18
dengan suhu penyimpanan 15°C, susut bobot paling rendah dialami oleh buah sawo dengan konsentrasi 10, lalu diikuti dengan buah sawo dengan konsentrasi 9, dan 11, dan buah sawo
kontrol memiliki tingkat susut bobot paling tinggi.
3. Kekerasan