Variabel suku bunga SB berpengaruh negatif dan signifikan dalam jangka panjang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa suku bunga berpengaruh
negatif terhadap inflasi. Suku bunga merupakan instrumen kebijakan moneter ketika inflasi tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Ketika inflasi ke
depannya diperkirakan berada diatas target inflasi yang telah ditetapkan, maka Bank Indonesia akan meningkatkan suku bunga. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat dan diharapkan dapat menurunkan inflasi sehingga sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Variabel pengeluaran pemerintah LN_G berpengaruh positif dan
signifikan dalam jangka panjang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap inflasi. Penurunan konsumsi pengeluaran
pemerintah dapat menurunkan permintaan agregat sehingga dapat menurunkan inflasi.
Inflation Targeting Framework DUMMY berpengaruh negatif dan
signifikan dalam jangka panjang. Artinya, setelah adanya ITF ini inflasi cenderung menurun. Hal ini sesuai dengan tujuan dilakukannya ITF yaitu untuk
mengendalikan inflasi yang rendah dan stabil.
4.2.3. Analisis Impulse Response Function
4.2.3.1. Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Inflasi Periode Sebelumnya
Guncangan laju inflasi periode sebelumnya sebesar satu standar deviasi pada bulan pertama akan menyebabkan peningkatan pada inflasi sebesar 0,810
persen. Pada bulan kedua respon positif inflasi mengalami penurunan yaitu
-0.2 0.0
0.2 0.4
0.6 0.8
1.0
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
Response of INFLASI to Cholesky One S.D. INFLASI Innovation
menjadi 0,088 persen. Pada bulan ketiga dan selanjutnya respon inflasi semakin menurun. Pada akhirnya respon inflasi terhadap guncangan inflasi periode
sebelumnya mulai mencapai keseimbangan pada bulan ke-18, dimana inflasi merespon positif guncangan tersebut pada kisaran 0,005 persen.
Gambar 4.6. Respon Inflasi terhadap Guncangan Inflasi
4.2.3.2. Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Nilai Tukar
Guncangan nilai tukar pada bulan pertama belum direspon oleh inflasi. Inflasi baru merespon guncangan nilai tukar pada bulan kedua. Guncangan nilai
tukar sebesar satu standar deviasi pada bulan kedua akan menyebabkan peningkatan pada inflasi sebesar 0,121 persen. Pada bulan ketiga dan selanjutnya
respon inflasi terhadap guncangan nilai tukar semakin menurun. Pada akhirnya respon inflasi terhadap guncangan nilai tukar mulai mencapai keseimbangan pada
bulan ke-18, dimana inflasi merespon positif guncangan tersebut pada kisaran 0,026 persen.
.00 .02
.04 .06
.08 .10
.12 .14
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
Response of INFLASI to Cholesky One S.D. LN_KURS Innovation
.00 .01
.02 .03
.04 .05
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
Response of INFLASI to Cholesky One S.D. LN_OILPRICE Innovation
Gambar 4.7. Respon Inflasi terhadap Guncangan Nilai Tukar
4.2.3.3. Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia
Guncangan harga minyak dunia pada bulan pertama belum direspon oleh inflasi. Inflasi baru merespon guncangan harga minyak dunia pada bulan kedua.
Guncangan harga minyak dunia sebesar satu standar deviasi pada bulan kedua akan menyebabkan peningkatan pada inflasi sebesar 0,032 persen. Pada bulan
ketiga dan keempat respon inflasi terhadap guncangan harga minyak dunia semakin meningkat menjadi 0,047 persen. Pada bulan kelima dan selanjutnya
respon inflasi terhadap guncangan harga minyak dunia semakin menurun. Pada akhirnya respon inflasi terhadap guncangan harga minyak dunia mulai mencapai
keseimbangan pada bulan ke-17, dimana inflasi merespon positif guncangan tersebut pada kisaran 0,035 persen.
Gambar 4.8. Respon Inflasi terhadap Guncangan Harga Minyak Dunia
-.02 .00
.02 .04
.06 .08
.10
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
Response of INFLASI to Cholesky One S.D. LN_FPI Innovation
4.2.3.4. Analisis Respon Inflasi terhadap Guncangan Harga Pangan Dunia