Domestic Inflation Penelitian Terdahulu

1. Demand Pull Inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total agregate demand, sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh full-employment telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja.

2. Cost Push Inflation

Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total agregate supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi.

2.1.5. Jenis-Jenis Inflasi

Jenis-jenis inflasi dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandang sebagai berikut:

1. Asal Inflasi

Berdasarkan asal terjadinya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Domestic Inflation

Domestic Inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri, sebagai akibat adanya kenikan harga dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat memengaruhi inflasi.

b. Imported Inflation

Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi didalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga didalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga diluar negeri terutama harga barang impor atau kenaikan harga bahan baku yang masih belum dapat diproduksi didalam negeri.

2. Bobot Inflasi

Berdasarkan bobotnya, inflasi dibagi menjadi empat macam, yaitu inflasi ringan, sedang, berat dan sangat berat. Inflasi ringan creeping inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10 persen per tahun. Inflasi sedang moderat adalah inflasi dengan tingkat pertumbuhan berada diantara 10-30 persen per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam strukutur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Inflasi berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30-100 persen. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara. Inflasi sangat berat Hyperinflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100 persen per tahun, sebagaimana yang terjadi dimasa perang dunia ke II 1979-1945. Untuk keperluan perang terpaksa harus dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan.

2.1.6. Pengukuran Tingkat Inflasi

Pertumbuhan tingkat inflasi dapat diukur dengan menggunakan indikator penghitungan, seperti Indeks Harga Konsumen IHK, Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB, dan Angka Deflator. Berikut ini akan dibahas mengenai indikator perhitungan inflasi.

2.1.6.1. Indeks Harga Konsumen IHK

Untuk melihat dan mengamati bagaimana perubahan harga barangjasa yang menjadi kebutuhan masyarakat diperlukan data statistik di tingkat konsumen yaitu Indeks Harga Konsumen IHK. IHK menggambarkan rata-rata perubahan harga antar periode waktu tertentu dari satu kelompok barangjasa. Atas dasar penghitungan IHK maka akan diperoleh angka inflasi sebagai gambaran meningkatnya harga barangjasa kebutuhan masyarakat yang dihitung berdasarkan bobot nilai konsumsi yang berlaku di suatu wilayah. IHK merupakan indikator penghitungan inflasi yang umum digunakan. Perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut : LI t = � � − � �− � �− x 100 2.3 LI t = Laju Inflasi pada tahun atau periode t IHK t = Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t IHK t-1 = Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t-1

2.1.6.2. Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB

IHPB adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga pada tingkat grosir atau perdagangan besar dari komoditas-komoditas yang diperdagangkan disuatu daerahnegara. Komoditas tersebut merupakan produksi dalam negeri yang dipasarkan didalam negeri ataupun diekspor dan komoditas yang diimpor. Perhitungannya menggunakan formula Lasfayres yang dikembangkan sebagai berikut: I n = ∑ �� ��− � �− ∑ x 100 2.4 In = Indeks bulan n P n = Harga pada bulan ke n P n-1 = Harga pada bulan ke n-1 P n-1 Q = Nilai timbangan bulan n-1 P Q = Nilai timbangan tahun dasar

2.1.6.3. Angka Deflator PDB

Deflator PDB menggambarkan pengukuran level harga barang akhir dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi. Untuk menghitung deflator PDB dapat dilakukan dengan cara membagi PDB nominal dangan PDB riil berdasarkan harga konstan. Rumus yang digunakan adalah : Deflator PDB = �� � � �� ��� x 100 2.5 Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghitung inflasi adalah indikator penghitungan Indeks Harga Konsumen. IHK merupakan sebuah indikator yang menggambarkan berbagai sumber kenaikan harga dari beberapa jenis barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan perubahannya, inflasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Inflasi Bulanan,

yakni inflasi yang terjadi selama satu bulan tertentu. Dengan kata lain, inflasi bulanan merupakan persentase perubahan IHK bulan tertentu terhadap IHK bulan sebelumnya. Contoh: IHK Umum bulan Juni 2011 sebesar 126,50; dan IHK bulan Juli 2011 sebesar 127,35 maka inflasi bulan Juli 2011 adalah 0,67 persen. Yakni, persentase perubahan IHK bulan bulan Juli 2011 terhadap IHK bulan Juni 2011 yang diformulasikan ke dalam rumus matematik adalah = 127,35- 126,50126,50 x 100 = 0,67 persen

2. Kumulatif Tahun Kalender

, yakni inflasi yang terjadi selama bulan Januari sampai dengan bulan tertentu. Misalkan inflasi kumulatif pada bulan Juli 2011 berarti inflasi Januari 2011 hingga Juli 2011. Dengan kata lain inflasi, tahun kalender merupakan persentase perubahan IHK bulan tertentu terhadap IHK bulan Desember tahun sebelumnya. Contoh : IHK bulan Juli 2011 sebesar 127,35; IHK Desember 2010 sebesar 125,17 maka inflasi kumulatif bulan Juli 2011 adalah = 127,35-125,17125,17 x 100 = 1,74 persen. 3 . Year on Year YoY yakni inflasi yang terjadi selama setahun terakhir dari bulan tertentu tahun sebelumnya sampai dengan bulan yang sama tahun sekarang. Misalkan inflasi year on year pada bulan Juli berarti inflasi bulan Juli 2011 terhadap Juli 2010. Dengan kata lain, inflasi YoY merupakan persentase perubahan IHK bulan tertentu tahun sekarang terhadap IHK bulan yang sama tahun sebelumnya. Contoh : IHK bulan Juli 2011 sebesar 127,35; sedangkan IHK Juli 2010 sebesar 121,74 maka inflasi year on year bulan Juli 2011 adalah = 127,35-121,74121,74 × 100 = 4,61 persen.

2.2. Penelitian Terdahulu

Dengan latar belakang yang relatif sama yaitu pentingnya pengendalian inflasi di Indonesia, sehingga peneliti – peneliti terdahulu seperti Ramakhrisnan dan Vamvakidis 2002, Susanto 2005, Ekamaryasa 2005, Endri 2008, Wahyuni 2011 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia. Namun, Purwanti 2011 lebih spesifik lagi menganalisis pengaruh guncangan harga minyak dunia terhadap inflasi di Indonesia. Untuk menganalisis permasalahan yang ada Susanto 2005 dan Ekamaryasa 2005 menggunakan metode analisis regresi linear berganda, sedangkan Ramakhrisnan dan Vamvakidis 2002, Endri 2008 dan Wahyuni 2011 menggunakan metode VECM. Selain itu, digunakan metode FD-GMM First Difference Generalized Method of Moments oleh Purwanti 2011. Pada penelitian sebelumnya, seluruhnya menggunakan data sekunder. Sebagian besar data yang digunakan berupa data time series. Sedangkan Purwanti 2011 menambahkan data cross section. Data diperoleh dari berbagai macam sumber publikasi seperti Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, IFS International Financial Statistic, IMF International Monetary Fund, ADB Asian Development Bank, EIA Energy Information Administration, dan FAO Food Agricultural Organization. Secara garis besar, pada penelitian terdahulu menunjukan bahwa pada periode tertentu ada beberapa variabel makroekonomi, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang memengaruhi inflasi di Indonesia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ramakhrisnan dan Vamvakidis 2002 yang menunjukan bahwa variabel inflasi luar negeri dan nilai tukar berpengaruh positif dan menjadi kontributor utama pada inflasi di Indonesia. Susanto 2005, Ekamaryasa 2005, dan Endri 2008, menunjukkan bahwa variabel makroekonomi seperti nilai tukar, uang beredar, suku bunga dan PDB berpengaruh pada inflasi. Wahyuni 2011 juga menunjukkan bahwa harga minyak dunia dan harga pangan dunia berkontribusi pada inflasi di Indonesia. Secara ringkas, penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada Tabel 2.1. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan pada variabel yang digunakan, jenis data yang digunakan, periode analisis dan metode yang digunakan. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu inflasi, nilai tukar, harga minyak dunia, harga pangan dunia, jumlah uang beredar, suku bunga, PDB, pengeluaran pemerintah dan ekspektasi inflasi. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data bulanan. Periode yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu dari Januari 2000 hingga Desember 2011. Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode VECM Vector Error Correction Model. Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul dan peneliti Latar Belakang Metode Analisis Hasil Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia” oleh Endri 2008 Adanya perubahan rezim nilai tukar, menjadi floating exchange rate dan bertumpu pada UU No.23 Tahun 1999 dimana Bank Indonesia berfokus pada pencapaian kestabilan inflasi sehingga perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Indonesia yang terdiri dari variabel- variabel domestik dan eksternal. VECM Variabel suku bunga, output gap dan nilai tukar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap inflasi dalam jangka panjang. Nilai tukar memiliki kecepatan penyesuaian yang cukup besar dan signifikan untuk kembali ke keseimbangan jangka panjangnya. Suku bunga merupakan kontributor terbesar dalam memengaruhi inflasi di Indonesia. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia dari Sisi Penawaran” oleh Dwi Wahyuni 2011 Guncangan penawaran yang bersifat negatif dapat meningkatkan biaya produksi dan dapat meningkatkan inflasi VECM Variabel nilai tukar signifikan memengaruhi inflasi di Indonesia. Shock guncangan variabel endogen yang berkontribusi pada inflasi jangka panjang yaitu ekspektasi inflasi 42,77 persen, nilai tukar 23,34 persen, harga minyak dunia 9,29 persen, harga pangan dunia 6 persen dan upah buruh 1,34 persen. Analisis Determinan Inflasi di Indonesia” oleh Hery Susanto 2005 Kecenderungan Bank Sentral di dunia untuk memfokuskan pada kestabilan harga sebagai sasaran akhir, sehingga perlu diidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Indonesia. Regresi Linear Berganda Uang beredar dan dummy krisis 1997 berpengaruh positif dan tidak signifikan. Nilai tukar, suku bunga dan PDB berpengaruh positif dan signifikan. Kontribusi terbesar adalah ekspektasi inflasi dimana variabel ini berpengaruh positif dan signifikan. Forecasting Inflation in Indonesia ” oleh Uma Ramakhrisnan dan Athanasius Vamvakidis 2002 Ketika Bank Indonesia menetapkan target inflasi yang kredibel dan akurat, Bank Indonesia perlu menganalisis leading indicator dari inflasi dan pemahaman yang penting bagi keberhasilan kebijakan moneter. VECM Nilai tukar dan inflasi luar negeri merupakan kontributor utama terhadap inflasi di Indonesia dengan suatu kekuatan prediksi yang besar. Pertumbuhan uang beredar secara statistik signifikan dengan dampak yang kecil. Analisis Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Inflasi Jangka Pendek” oleh I Putu Ekamaryasa 2005 Pengendalian inflasi dapat dilakukan melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, sehingga perlu dikaji pengaruh dari uang beredar dan pengeluaran pemerintah terhadap inflasi di Indonesia Regresi Linear Berganda Variabel jumlah uang primer G_M0 menunjukkan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Variabel uang beredar dalam arti sempit G_M1 berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Variabel pengeluaran pemerintah G_P_PEMER dengan menggunakan G_M0 memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap inflasi. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah G_P_PEMER dengan menggunakan G_M1 memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Dampak Guncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara ASEAN +3” oleh Dewi Purwanti 2011 Pentingnya minyak bumi sebagai input produksi menyebabkan fluktuasi harga minyak bumi sangat sensitif terhadap kondisi perekonomian di setiap negara. Guncangan harga minyak dunia memberikan kontribusi terhadap resesi global dalam tiga puluh tahun terakhir. Data Panel Dinamis FD- GMM First Difference Generalized Method of Moments Selama tahun 1999-2008 peningkatan harga minyak dunia umumnya diikuti oleh peningkatan inflasi di masing-masing Negara ASEAN+3 kecuali di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh penerapan subsidi harga bahan bakar minyak yang sangat tinggi di Indonesia.

2.3. Kerangka Pemikiran