Latar Belakang Uji beban kerja alat perontok padi tipe pedal berbasis sepeda (bicycle type mobile thresher)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Salah satu contoh tanaman pangan yang merupakan tanaman pangan utama di Indonesia adalah tanaman padi Oryza sativa. Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Jumlah penduduk di Indonesia semakin lama makin bertambah. Peningkatan penduduk menyebabkan bertambahnya kebutuhan bahan pangan. Kebutuhan ini dipenuhi dengan menyediakan bahan pangan dari produksi nasional dan dengan mengimpor dari negara penghasil bahan pangan. Volume impor yang besar mengharuskan pemerintah untuk mengeluarkan devisa dalam jumlah yang besar. Agar jumlah impor menurun pemerintah harus segera meningkatkan produksi pangan nasional. Setelah terjadinya krisis ekonomi, pemerintah menggiatkan kembali kegiatan bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat dan mentargetkan untuk mencapai swasembada pangan. Pemerintah mentargetkan peningkatan produksi padi secara konsisten setiap tahunnya. Produksi padi tahun 2010 mencapai 63.83 juta ton Gabah Kering Giling GKG BPS, 2010 seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk. Dengan meningkatnya produksi padi maka kebutuhan alat dan mesin pertanian akan meningkat, termasuk alat atau mesin perontok padi untuk menangani hasil panen padi. Petani padi di Indonesia umumnya masih menggunakan metode konvensional dalam merontokkan padi, seperti iles atau gebot. Susut perontokan dengan metode konvensional tersebut relatif besar, yaitu umumnya lebih dari 4.8 . Susut yang terlalu besar ini bisa diatasi dengan menerapkan alat atau mesin perontok padi. Terdapat berbagai jenis alat atau mesin perontok yang telah dihasilkan dan beredar di masyarakat. Umumnya alat atau mesin perontok memiliki susut perontokan sebesar 1-4 Deptan dalam Atmaja, 2010. Tersedianya alat atau mesin perontok padi yang baik akan dapat membantu meningkatkan efisiensi pemanenan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik BPS, 2009 diketahui bahwa luas lahan pertanian padi di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 11.757.845 hektar. Luasan lahan berkurang dibandingkan tahun sebelumnya. Luas lahan pada tahun 2006 sebesar 11.786.430 hektar. Produksi padi pada tahun 2006 sebesar 54.454.937 ton dan pada tahun 2005 sebesar 54.151.097 ton. Jumlah alat perontok padi yang ada di masyarakat sejumlah 351.702 unit, sehingga untuk mencapai panen yang efisien, jumlah tersebut belum memenuhi target. Kekurangan jumlah alat dan mesin perontok padi yang ada di masyarakat menyebabkan banyak petani yang masih menggunakan metode perontokan padi tradisional. Selain itu, mesin perontok padi khususnya yang berbasis pedal sudah jarang digunakan petani. Hal tersebut dikarenakan perontok padi tipe pedal tersebut susah dalam berpindah tempat serta membutuhkan minimal dua orang untuk memindahkannya dengan cara diangkut digotong. Tersedianya alat atau mesin perontok padi yang baik, mudah digunakan serta mudah dipindah-pindahkan mobile oleh petani sesuai dengan kondisi persawahan mereka akan membantu meningkatkan efisiensi pemanenan. Untuk memenuhi kebutuhan alat perontok padi yang sesuai dengan kondisi sawah dan kebutuhan petani, pada tahun 2008 telah dihasilkan desain perontok padi tipe pedal kayuh pedal berbasis sepeda oleh Niko Daniar Atmaja, mahasiswa Departemen Teknik Pertanian IPB Atmaja, 2 2010. Alat yang diberi nama “O-belt thresher” tersebut memiliki susut perontokan sebesar 1.25 ,lebih rendah dibandingkan dengan metode perontokan secara konvensional yang memiliki susut perontokan sebesar 4.8 . O-belt thresher memiliki kapasitas perontokan sebesar 93.48 kgjam Atmaja, 2010. Selain itu, alat ini juga memiliki mobilitas yang tinggi, karena desainnya yang dirangkaikan dengan sepeda sehingga memudahkan untuk memindah-mindahkannya sebagaimana memindahkan sepeda. Untuk merontokkan padi, o-belt thresher membutuhkan dua orang pekerja, yaitu seorang sebagai pengayuh dan seorang lainnya sebagai pengumpan padi. Namun dalam segi tingkat beban kerja, tingkat konsumsi kerja, dan tingkat produktivitas dalam penggunaan alat perontok padi tipe kayuh pedal tersebut belum dilakukan pengujian. Oleh karena itu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat beban kerja, tingkat konsumsi kerja, dan tingkat produktivitas pada alat ini perlu dilakukan sehinggadapat diketahui tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaannya, serta bagaimanaperbandingannya terhadap metode perontokan manual. Penelitian ini akan difokuskan pada aspek fisiologi kerja, yaitu tingkat beban kerja dan total konsumsi energi operator dalam mengoperasikan pedal thresher serta bagaimana perbandingannya terhadap perontokan secara manual.

B. Tujuan