WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ALAT DAN PERLENGKAPAN SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN DENYUT JANTUNG KALIBRASI STEP TEST KST

10 III. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 di Areal Pesawahan di Desa Cibeureum, Kecamatan Darmaga, Bogor.

B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Satu unit alat perontok padi pedal pedal thresher yang ringan dan mobile berbasis sepeda Atmaja, 2010, dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. O-belt thresher 2. Heart Rate Monitor dan Interface Gambar 4. Alat Heart Rate Monitor dan Interface 3. Seperangkat PC Personal Computer 4. Metronom digital 5. Stopwatch 6. Bangku step test 11

C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

a. Subjek yang akan diteliti adalah subjek yang sudah terbiasa melakukan pekerjaan bertani terdiri dari 3 orang laki-laki b. Objek yang akan digunakan adalah sawah yang siap dipanen dan hasil panen padi yang siap dirontokkan Tabel 2. Karakteristik subjek Subjek Jenis Kelamin Umur tahun Berat kg Tinggi m 2 P1 Laki-laki 25 62 168 P2 Laki-laki 20 57 172 P3 Laki-laki 42 58 162

D. PROSEDUR PENELITIAN

Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap, yaitu penelitian pendahuluan untuk menentukan lokasi, subjek, dan prosedur pengukuran, dalam tahap ini dilakukan juga penghitungan nilai BME Basal Metabolic Energy dari tiap-tiap subjek. Setelah itu dilakukan tahap kalibrasi subjek step test pada frekuensi 15, 20, 25, 30 untuk mendapatkan nilai IRHR step test tiap frekuensi dan WEC step test untuk diplotkan dalam grafik yang berguna dalam pencarian WEC kerja. Pengukuran data kerja yang akan dilakukan meliputi proses perontokan secara manual dan perontokan menggunakan O-belt thresher . Setelah pengukuran data kerja selesai dilanjutkan dengan pengolahan data untuk mendapatkan output kerja yang terdiri dari jam kerja dan hasil perontokan. Data denyut jantung kerja dari masing-masing perontokan diolah untuk mendapatkan nilai IRHR tingkat beban kerja. Setelah didapatkan IRHR tingkat beban kerja, data diplotkan kedalam grafik hubungan IRHR dan WEC yang telah didapatkan sebelumnya pada tahap kalibrasi subjek untuk mendapatkan nilai WEC kerja. Setelah didapatkan nilai WEC kerja akan diperoleh nilai TEC dengan cara menjumlahkan WEC kerja dengan BME yang telah dihitung pada awal penelitian. Setelah itu nilai TEC, hasil perontokan, dan jam kerja dibandingkan antara perontokan secara manual dengan perontokan menggunakan O-belt thresher . Untuk lebih jelasnya, skema penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. 12 Gambar 5. Skema penelitian 13

1. Penelitian pendahuluan

Setelah ditentukan lokasi penelitian, akan dilakukan pengukuran terhadap umur, berat badan, dan tinggi dari masing-masing subjek untuk mengetahui nilai BME. Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan menghitung dimensi tubuh luas permukaan tubuh.Dengan menggunakan table konversi sebagaimana disajikan pada Tabel 3, selanjutnya hasil perhitungan luas permukaan tubuh tersebut dapat dikonversikan kedalam ekuivalen konsumsi oksigen VO 2 dalam litermenit. Dalam persamaan oksidasi metabolik, diketahui bahwa setiap konsumsi satu liter oksigen O 2 adalah setara dengan energi tubuh sebesar 5kkal Sanders dalam Pramana, 2009. Tabel 3. Konversi BME ekivalen VO2 litermenit Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh 1100 m 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.1 136 137 138 140 141 142 143 145 146 147 1.2 148 150 151 152 153 155 156 157 158 159 1.3 161 162 162 164 166 167 168 169 171 172 1.4 173 174 176 177 178 179 181 182 183 184 1.5 186 187 188 189 190 192 193 194 195 197 1.6 198 199 200 202 203 204 205 207 208 209 1.7 210 212 213 214 215 217 218 219 220 221 1.8 223 224 225 226 228 229 230 231 233 234 1.9 235 236 238 239 240 241 243 244 245 246 Sumber : Syuaib dalam Pramana, 2009 Luas permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persaman Du’Bois Syuaib dalam Pramana, 2009 : A = H 0.725 x W 0.425 x 0.007246 1 Dimana : A = Luas permukaan tubuh m 2 H = Tinggi badan cm W = berat badan kg

2. Kalibrasi Step Test

Pengukuran beban kerja fisik dan kebutuhan energi lebih praktis untuk dilakukan pada kondisi lapang dengan mempergunakan pengukuran denyut jantung. Tetapi cara dengan pengukuran tersebut memiliki kelemahan, karena hasil pengukuran tidak hanya dipengaruhi oleh usaha-usaha fisik, melainkan juga oleh kondisi dan tekanan mental. Kondisi lainnya adalah bervariasinya karakter denyut jantung pada setiap orang dan dapat pula terjadi penyimpangan. 14 Salah satu metode yang dapat digunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung ini adalah dengan mempergunakan metode step test metode langkah, selain dari sepeda ergometer. Kalibrasi Step test ini menggunakan Step test dengan frekuensi yang berbeda, yaitu 15 ST1, 20 ST2, 25 ST3 dan 30 ST4. Beban kerja step test adalah berbanding lurus dengan berat tubuh subjek, tinggi step, dan frekuensi langkah stepyangberbeda 15, 20, 25, dan 30 langkahmenit, maka dapat disimulasikan adanya beban kerja yang berbeda pada subjek. Pada saat kalibrasi inilah subjek akan diambil data denyut jantungnya melalui alat heart rate monitor HRM yang dipasang pada tubuh subjek. Pemasangan alat heart rate monitor HRM dapat dilihat pada gambar 6, sedangkan pelaksanaan kalibrasi step test disajikan pada Gambar 7. Prosedur Kalibrasi Step test dapat dilihat pada Gambar 8. Gerakan step test dengan frekuensi yang berbeda dilakukan untuk mengetahui korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja dimana karakteristiknya pada setiap orang berbeda-beda. Setiap nilai frekuensi step test dilakukan selama lima menit yang diselangi dengan 5 menit istirahat, Sebelum step test dilakukan, subjek diupayakan agar beristirahat sedemikian rupa untuk rileks agar diperoleh denyut jantung istirahat. Nilai denyut jantung terendah saat istirahat digunakan sebagai pembanding dari nilai denyut jantung saat bekerja atau saat melakukan step test. Pengambilan data KST dilakukan pagi hari saat subjek belum melakukan kerja berat sebelumnya. Sebagai tambahan bahwa sebelum melakukan kalibrasi maupun bekerja sebaiknya subjek makan terlebih dahulu yaitu 2 jam sebelum pekerjaan dimulai. Pada saat proses kalibrasi subjek tidak boleh melakukan pekerjaan lain, diajak bicara, jalan-jalan, makan dan minum. Karena jika hal tersebut dilakukan maka data yang terekam dalam HRM akan mengalami bias. Gambar 6. Pemasangan Alat Heart Rate Monitor Gambar 7. Proses Step test Gambar 8. Prosedur Kalibrasi Step test Rest 1 10 min Step test 1 5 min Rest 2 5 min Step test 2 5 min Rest 3 5 min Step test 3 5 min Rest 4 5 min Step test 4 5 min Rest 5 5 min 15 Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan hasil rekaman data HR denyut jantung yang kemudian dipindahkan ke komputer menggunakan Heart Rate Monitor Interface, lalu data tersebut diolah dan dibuat dalam bentuk grafik. Perhitungan nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif. Normalisasi nilai HR dilakukan dengan perbandingan HR relatif saat bekerja terhadap nilai HR saat istirahat. Nilai perbandingan HR tersebut dinamakan IRHR Increase Ratio of Heart Rate. Perbandingan tersebut dirumuskan sebagai berikut Syuaib, 2003 : 2 Dimana : HRwork = denyut jantung saat melakukan pekerjaan step test bps HRrest = denyut jantung saat istirahat bps Untuk mendapatkan nilai beban kerja, maka diperlukan perhitungan WEC ST Work Energy Cost Step test yaitu energi total yang digunakan pada saat melakukan step test, perhitungan dilakukan melalui persamaan WEC berikut Pramana 2009: 3 Dimana : WEC ST = Work Energy Cost step test Watt w = berat badan kg g = percepatan gravitasi 9.81 ms 2 h =tinggi bangku step test meter f = frekuensi step test Untuk mengkonversi nilai IRHR menjadi WEC Work Energy Cost pada saat melakukan aktivitas dapat dilakukan dengan cara membuat fungsi korelasi antara WEC ST terhadap IRHR. Dengan membuat grafik hubungan WEC ST dengan IRHR maka diperoleh persamaan untuk seorang subjek dengan bentuk umum Pramana, 2009: Y = aX + b Dimana : Y = IRHR X = WEC kkal Setiap subjek mempunyai persamaan yang berbeda-beda. Persamaan inilah yang digunakan untuk menduga nilai WEC pada saat kerja, yaitu dengan cara memasukkan nilai IRHR kerja yang diperoleh pada saat pengukuran ke persamaan tersebut. 16

3. Pengukuran Data kerja

a. Pengukuran Output kerja Pengukuran output kerja meliputi pengukuran jam kerja dan hasil perontokan. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini adalah dengan metode pengukuran langsung, menggunakan Stop Watch dan Timbangan. Keunggulan dari metode ini terletak pada kemudahan dan keakuratan pada pengambilan data. Dengan mengukur secara langsung, maka penguraian keseluruhan aktifitas menjadi elemen-elemen diperlukan untuk kemudian didapatkan nilai jam kerjadan hasil perontokan petani yang dibutuhkan dalam kegiatan perontokan padi ini. Sebelum pengukuran dimulai, terlebih dahulu diperlukan pemahaman akan kondisi dan metode pekerjaan yang akan diukur. Untuk data hasil perontokan adalah hasil kg yang didapat dalam waktu 10 menit kerja yang kemudian dikonversi satuan dari kg10 menit menjadi kgjam. Sedangkan untuk data jam kerja diperlukan asumsi produktivitas panen, dalam hal ini digunakan 5 tonha sebagai asumsi produktivitas panen. Setelah itu data jam kerja didapat dari asumsi proktivitas panen Ha. b. Pengukuran Denyut Jantung Pengukuran tingkat beban kerja menggunakan metode denyut jantung heart rate = HR selama melakukan suatu aktifitas lebih mudah dibandingkan dengan metode pengukuran konsumsi oksigen. Terutama karena subjek tidak perlu menggunakan masker pernapasan dalam melakukan kegiatan. Perlengkapan pengukuran denyut jantung lebih ringan dan mudah dikenakan, serta dilengkapi pula dengan transmitter untuk mengirim sinyal outputnya ke alat pencatat. Perlengkapan pengukuran denyut jantung tersebut antara lain adalah Heart Rate Monitor . Dalam proses pengambilan data dilakukan dengan beberapa tahapan. Prosedurnya dapat dilihat pada Gambar 9. Awalnya subjek melakukan istirahat pertama selama 10 menit, kemudian dilanjutkan dengan subjek melakukan step test selama 5 menit. Setelah itu subjek diminta istirahat selama 10 menit dan dilanjutkan melakukan kerja selama 10 menit. Terakhir subjek diminta istirahat kembali selama 10 menit. Kerja yang akan dilakukan meliputi perontokan manual dan perontokan dengan alat perontok padi tipe pedal thresher. Skema yang digunakan dalam pengambilan data denyut jantung dapat dilihat pada Gambar 10. Subjek pada pengambilan data denyut jantung kerja adalah subjek P1, P2 dan P3. Dilakukan tiga kali ulangan pengambilan data untuk tiap-tiap subjek dalam tiga kegiatan yaitu sebagai operator perontok padi secara manual, sebagai operator pengayuh pedal sepeda, dan sebagai operator pengumpan padi. Perontokan secara manual dilakukan subjek dengan tangan. Proses perontokan secara manual dapat dilihat pada Gambar 11. Seteleh pengambilan data perontokan secara manual selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan pengambilan data terhadap proses perontokan dengan alat perontok padi tipe pedal thresher. Proses perontokan padi dapat dilihat pada Gambar 12. 17 Gambar 9. Prosedur Pengambilan Data Gambar 10. Skema Rancangan Percobaan Keterangan : P = subjek, U = ulangan Perontokan menggunakan Pedal thresher Operator Pengayuh sepeda Operator Pengumpan Padi P1 P2 P3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 P1 P2 P3 Perontokan Secara Manual P2 P3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 P1 U1 U2 U3 Rest 1 10 min Step test 5 min Rest 2 10 min Rest 3 10 min Work 10 menit 18 Gambar 11. Perontokan padi secara manual Gambar 12. Perontokan padi menggunakan alat O-belt thresher. Setelah data hasil rekaman data HR denyut jantung dipindahkan ke komputer menggunakan Heart Rate Monitor Interface, data tersebut diolah dan dibuat dalam bentuk grafik. Selanjutnya dilakukan perhitungan IRHR terhadap data denyut jantung HR tersebut. Nilai IRHRdapat digunakan sebagai indikator tingkat beban kerja kualitatif kejerihan sebagaimana disajikan pada Tabel 1 pada Bab Tinjauan Pustaka. Dengan menggunakan persamaan yang telah diperoleh dari hubungan IRHR dan WEC ST yang diperoleh pada proses KST, menghasilkan WEC pada saat kerja, dapat diketahui dengan cara memasukkan nilai IRHR kerja yang diperoleh pada saat pengukuran kedalam persamaan tersebut. Pada dasarnya, manusia saat melakukan pekerjaan memerlukan energi untuk merespon kerja WEC dan juga energi untuk metabolisme BME. Oleh karena itu, total energi Total Enery Cost yang benar-benar dasar pada saat bekerja adalah penjumlahan dari energi metabolisme BME dan tambahan energi karena adanya beban kerja WEC, sehingga nilai TEC dapat dihitung dengan persamaan berikut ini : TEC = WEC + BME 2 Dimana : TEC = Total Energy Cost kkalmenit WEC = Work Energy Cost kkalmenit BME = Basal Metabolic Energy kkalmenit Berat badan seseorang turut mempengaruhi beban kerja, terutama pada jenis pekerjaan dinamik. Semakin besar berat badan seseorang, maka konsumsi energinya semakin besar pula, begitu juga sebaliknya pada saat melakukan pekerjaan yang relatif sama. Oleh karena itu untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima seseorang saat melakukan kerja maka 19 pengaruh berat badan perlu dinormalisasi. Untuk memperoleh nilai TEC yang ternormalisasi TEC’, dapat menggunakan persamaan dalam Pramana 2009: Dimana : TEC’ = Total Energy Cost per Weight kkalkg.menit TEC = Total Energy Cost kkalmenit w = Berat badan kg w TEC TEC = 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu data denyut jantung pada saat kalibrasi, denyut jantung pada saat bekerja, dan output kerja. Semuanya akan dibahas pada sub bab-sub bab berikut.

A. DENYUT JANTUNG KALIBRASI STEP TEST KST

Sebelum melakukan pengukuran denyut jantung pada KST, perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data karakteristik fisik subjek, yaitu tinggi badan dan berat badan. Data tersebut digunakan untuk menghitung luas permukaan tubuh subjek agar dapat diketahui nilai BME dari pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME ekivalen VO 2 berdasarkan luas permukaan tubuh tabel 3 Berikut adalah contoh perhitungan nilai BME yang diwakili oleh subjek P1: Contoh perhitungan nilai BME untuk subjek P1 : H = 168 cm W = 62 kg A = H 0.725 x W 0.425 x 0.007246 = {168 0.725 x 62 0.425 x 0.007246} = 1.729 m 2 VO 2 = 214 [tabel 2] BME = 214 x 5 x 1 1000 [konversi nilai BME dari VO 2 ] = 1.065 kkalmenit Tabel 4. Karakteristik fisik dan nilai BME masing-masing subjek Subjek Jenis Kelamin Umur tahun Berat kg Tinggi cm A m 2 BME kkalmenit P1 Laki-laki 25 62 168 1.719 1.065 P2 Laki-laki 20 57 172 1.687 1.045 P3 Laki-laki 42 58 162 1.627 1.010 21 Setelah dilakukan perhitungan BME untuk tiap subjek maka dilanjutkan dengan pengambilan data denyut jantung KST. Tinggi bangku yang digunakan pada saat KST adalah 25 cm. Terdapat empat nilai frekuensi yang digunakan yakni 15 siklus menit , 20 siklus menit , 25 siklus menit , dan 30 siklus menit . Tiap siklus terdiri dari empat langkah kaki ketika naik-turun bangku. Untuk mengatur langkah agar sesuai dengan nilai frekuensi yang diinginkan, digunakan alat bantu metronom yang dapat mengeluarkan bunyi dengan ritme tertentu. Prose pengambilan data denyut jantung KST dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Pengambilan data denyut jantung KST Saat melakukan kalibrasi, secara otomatis denyut jantung akan terekam didalam HRM. Setelah kalibrasi selesai dilakukan, data yang tersimpan dalam HRM dipindahkan ke komputer. Dari data yang didapat, kemudian diplot ke dalam bentuk grafik untuk mempermudah pencarian denyut jantung rata-rata. Adapun ketentuan untuk menentukan nilai denyut jantung rata-rata adalah sebagai berikut : a. Pada saat istirahat, data yang diambil adalah data denyut jantung terendah yang berada pada menit-menit pertengahan tidak boleh pada menit awal dan menit akhir karena dimungkinkan pada menit awal denyut jantung masih bisa turun dan pada menit akhir denyut jantung sudah mulai naik. Deretan data yang diambil diusahakan stabil selama minimal setengah menit atau enam menit. b. Pada saat KST, data yang diambil adalah data denyut jantung tertinggi pada menit-menit akhir. Deretan data yang diambil diusahakan stabil selama minimal setengah menit atau enam data. Berikut ini merupakan grafik pengukuran denyut jantung KST yang diwakili oleh subjek P3 grafik untuk subjek lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3. 22 Gambar 14. Grafik hubungan antara HR terhadap waktu pada saat KST oleh P3 Ket: R = restistirahat; ST = step test Dengan menggunakan ketentuan dalam menentukan denyut jantung rata-rata dan grafik hubungan HR terhadap waktu maka dapat diperoleh nilai HR rata-rata pada kondisi istirahat dan step test , sehingga dapat diperoleh nilai-nilai yang tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai HR rata-rata step test Subjek HR R1 ST1 R2 ST2 R3 ST3 R4 ST4 R5 P1 72.50 102.27 78.09 104.36 77.90 109.75 76.40 117.27 81.38 P2 72.38 100.625 78.30 106.25 74.78 108.80 79.06 115.18 79.25 P3 72.27 96.56 76.25 104.70 74.70 110.72 80.64 121.09 80.06 Dari nilai HR rata-rata yang telah diperoleh maka dapat dihitung nilai IRHR dari masing-masing step test. Proses penghitungan IRHR step test adalah dengan membagi nilai HR step test dengan HR istirahat terendah. Dalam kasus ini hampir nilai HR istirahat terendah ada pada istirahat pertama R1. Hasil dari pembagian tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tabel nilai IRHR masing-masing step test Subjek Umur A m 2 IRHR ST1 ST2 ST3 ST4 P1 25 1.719 1.41 1.44 1.51 1.62 P2 20 1.687 1.39 1.47 1.50 1.59 P3 42 1.627 1.34 1.45 1.53 1.68 20 40 60 80 100 120 140 2, 416… 4, 833… 7, 25 9, 666… 12, 08… 14, 5 16, 91… 19, 33… 21, 75 24, 16… 26, 58… 29 31, 41… 33, 83… 36, 25 38, 66… 41, 08… 43, 5 45, 91… 48, 33… HR KST Subjek P15 Waktu menit D e ny ut J a n tun g D e n y u t M enit R1 ST1 R2 R3 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 ST2 ST3 ST4 R4 R5 P3 23 Untuk mencari konsumsi energi energy yang ekuivalen terhadap masing-masing beban kerja step test maka perlu dihitung Work Energy Cost WEC dengan persamaan 3 pada halaman 15. Pada dasarnya, perhitungan WEC step test WEC st mengikuti kaidah usaha kerja dimana diasumsikan pada saat melakukan step test subjek sedang berjalan menaiki tangga dengan membawa beban yaitu tubuhnya sendiri. WEC dihitung dengan mengalikan berat badan dengan gaya gravitasi dan frekuensi step test kemudian dibagi 0.42 untuk mengonversi menjadi satuan kkal. Dari perhitungan ini dapat dilihat hasilnya pada Tabel 7. Contoh hasil perhitungan WEC untuk subjek P3 dengan berat badan 58 kg dan tinggi badan 162 cm: WEC ST1 = 1.02 kkalmenit f = 15 siklus menit WEC ST2 = 1.35 kkalmenit f = 20 siklus menit WEC ST3 = 1.69 kkalmenit f = 25 siklus menit WEC ST4 = 2.03 kkalmenit f= 30 siklus menit Tabel 7. Nilai IRHR dan WEC pada frekuensi step test yang berbeda Subjek ST1 15 siklus menit ST2 20 siklus menit ST3 25 siklus menit ST4 30 siklus menit IRHR WEC ST kkal IRHR WEC ST kkal IRHR WEC ST kkal IRHR WEC ST kkal P1 1.41 1.09 1.44 1.45 1.51 1.81 1.62 2.17 P2 1.39 1.00 1.47 1.33 1.50 1.66 1.59 2.00 P3 1.34 1.02 1.45 1.35 1.53 1.69 1.68 2.03 Pada subjek lain, cara perhitungan yang sama dapat diterapkan. Nilai WEC ST untuk subjek lain dapat dilihat pada Lampiran. Hubungan antara WEC ST dan IRHR kemudian diplot dalam grafik. Grafik hubungan antara WEC ST dan IRHR masing-masing subjek dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini. Setiap subjek memiliki kemiringan grafik tersendiri yang merepresentasikan kenaikan IRHR terhadap kenaikan nilai WEC ST. Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa semkin curam kemiringan garisnya, maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap perubahan tingkat beban kerja, dan berlaku sebaliknya. ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ × × × × = 1000 2 . 4 2 f h g w WECst ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ × × × × = 1000 2 . 4 15 2 62 . 1 8 . 9 60 WECst 24 Gambar 15. Grafik korelasi IRHR dan WEC ST pada KST P1 P3 P2 25 Dari masing-masing grafik tersebut diperoleh persamaan korelasi antara peningkatan denyut jantung IRHR terhadap peningkatan beban kerja WEC untuk masing-masing subjek. Persamaan grafik dari masing-masing subjek dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persamaan nilai IRHR terhadap WEC tiap subjek Subjek Persamaan Kalibrasi y = IRHR ; x = WEC R 2 P1 y = 0.191x + 1.182 0.944 P2 y = 0.191x + 1.200 0.976 P3 y = 0.325x + 1.002 0.989 Selanjutnya persamaan korelasi IRHR dan WEC tersebut akan digunakan untuk mengetahui WEC saat melakukan aktivitas kerja perontokan padi dengan cara memplotkan nilai IRHR saat kerja kedalam persamaan grafik tersebut.

B. PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI KERJA DAN BEBAN KERJA