Pengukuran Output Kerja Analisis Perbandingan Beban Kerja, Konsumsi Energi Kerja dan Efektivitas Kerja antara

31 Tabel 14. Nilai IRHR, WEC, TEC dan TEC’ operator pengumpan padi menggunakan O-belt thresher Subjek Berat Badan Rerata IRHR Kerja BME kkalmenit Beban kerja WEC kkalmenit TEC kkalmenit TEC kkalkg.Jam P1 62 1.370 0.945 Sedang 0.984 1.929 1.994 P2 57 1.390 1.065 Sedang 0.995 2.060 1.957 P3 58 1.390 0.990 Sedang 1.194 2.184 2.111 Rerata 1.383 Sedang 1.058 2.020 Dari Tabel 13 secara umum terlihat bahwa kegiatan mengayuh pada perontokan padi menggunakan alat perontok tipe pedal mempunyai tingkat beban kerja sedang. Hal ini terlihat dari nilai rerata IRHR-nya 1.463. Sedangkan energi total rata-ratanya TEC adalah 2.419 kkalmenit dengan konsumsi energi rata-rata yang digunakan untuk kerja WEC yaitu 1.419 kkalmenit dan nilai normalisasi rata-ratanya TEC’ 2.384 kkalkg.jam. Dari Tabel 14 secara umum dapat dilihat bahwa kegiatan mengumpan padi pada perontokan padi menggunakan alat perontok tipe pedal mempunyai tingkat beban kerja sedang. Hal ini terlihat dari nilai rerata IRHR-nya 1.383. Sedangkan energi total rata-ratanya TEC adalah 2.058 kkalmenit dengan konsumsi energi rata-rata yang digunakan untuk kerja WEC yaitu 1.058 kkalmenit dan nilai normalisasi rata-ratanya TEC’ 2.020 kkalkg.jam.

3. Pengukuran Output Kerja

Setelah selesai mengambil data denyut jantung dilanjutkan dengan pengukuran output kerja. Pengukuran output kerja meliputi pengukuran jam kerja dan hasil perontokan. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini adalah dengan metode pengukuran langsung, menggunakan Stop Watch dan Timbangan. Untuk data hasil perontokan adalah hasil kg yang didapat dalam waktu 10 menit kerja yang kemudian dikonversi satuan dari kg10 menit menjadi kgjam . Sedangkan untuk data jam kerja diperlukan asumsi produktivitas panen, dalam hal ini digunakan 5 tonha sebagai asumsi produktivitas panen. Setelah itu data jam kerja didapat dari asumsi proktivitas panen Ha. Hasil kerja dan jam orang kerja dari aktivitas perontokan manual dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15. Hasil kerja dan jam kerja perontokan manual Rerata Subjek Rerata P1 Rerata P2 Rerata P3 Rerata Total Hasil Perontokan 16.62 17.22 23.82 19.20 Jam Kerja 300.84 290.36 209.91 260.42 kg gabahjam JamHa Asumsi produktivitas panen : 5 tonha 32 Sedangkan hasil kerja dan jam kerja dari aktivitas perontokan padi menggunakan alat perontok padi tipe pedal dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Hasil kerja dan jam orang kerja perontokan menggunakan alat perontok tipe pedal Rerata Subjek Rerata P1 Rerata P2 Rerata P3 Rerata Total Hasil Perontokan 32.59 36.79 37.9 35.70 Jam Kerja 153.42 135.91 131.93 140.06 kg gabahjam JamHa Asumsi produktivitas panen : 5 tonha

4. Analisis Perbandingan Beban Kerja, Konsumsi Energi Kerja dan Efektivitas Kerja antara

Perontok Manual dan O-belt Thresher Dari hasil perhitungan beban kerja, hasil kerja, dan jam kerja di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 17. Perbandingan beban kerja, konsumsi energi dan produktivitas perontokan manual dan O-belt thresher Pada gambar 20 terlihat bahwa produktivitas dari perontokan secara manual yaitu 19.20 kg gabahjam. Hal ini menggambarkan untuk merontokan padi selama 1 jam dihasilkan 19.20 kg gabah hasil perontokan, sedangkan hasil dari perontokan padi menggunakan alat O-belt Thresher adalah 35.70 kg gabahjam. Sehingga alat O-belt memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perontokan secara manual. Pada perontokan secara manual, waktu yang dibutuhkan sebesar 260.42 jamha apabila perontokan dilakukan menggunakan alat perontok padi tipe pedal sebesar 140.05 jamha. Berarti untuk merontokan padi pada sawah seluas 1 Ha, perontokan manual membutuhkan waktu 260.42 jam sedangkan menggunakan alat O-belt dibutuhkan waktu 140.05 jam. Dalam kasus ini digunakan asumsi produktivitas lapang sebesar 5 tonHa. Dalam segi tingkat beban kerja perontokan secara manual memiliki IRHR sebesar 1.54. Sedangkan menggunakan alat O-belt memiliki IRHR sebesar 1.46 untuk operator pengayuh dan 1.38. Untuk kegiatan Jenis Pekerjaan Produktivitas kgjam Jam Kerja JamHa IRHR TEC kkalkg.jam Total TEC per Ha kkalkg b .Ha Perontokan manual 1 orang operator 19.20 260.42 1.54 2.80 738.81 Perontokan menggunakan Alat O-belt Thresher 2 orang operator : pengayuh dan pengumpan 35.70 140.05 1.46 4.40 616.81 1.38 33 perontokan manual termasuk dalam tingkat beban kerja kategori sedang hingga berat. Sedangkan untuk perontokan menggunakan O-belt termasuk dalam tingkat beban kerja kategori ringan hingga sedang. Nilai TEC’ untuk perontokan manual adalah sebesar 2.80 kkalkg.jam, sedangkan menggunakan alat O-belt memiliki nilai TEC’ sebesar 4.40 kkalkg.Ha. Perontokan menggunakan alat O-belt memiliki TEC’ yang lebih besar dibandingkan perontokan manual. Hal ini disebakan dalam pengoperasian O-belt diperlukan dua operator, yaitu sebagai pengayuh dan pengumpan padi. Sehingga TEC’ dalam perontokan padi menggunakan alat O-belt terjadi penjumlahan antara TEC’ pengayuh dan TEC’ pengumpan padi. Total konsumsi kerja per satuan berat badan kg b dan per satuan luas ha adalah perkalian dari TEC’ dan jam kerja. Hal ini untuk mengetahui total energi yang dikeluarkan untuk merontokan padi pada sawah seluas 1 Ha. Untuk perontokan secara manual dibutuhkan total energi sebesar 738.81 kkalkg b .Ha, sedangak menggunakan alat O-belt membutuhkan total energi sebesar 616.81 kkalkg b .Ha. Maka penggunaan alat O-belt lebih ringan dibandingkan perontokan secara manual. Dari keseluruhan aspek yang diteliti dalam membandingkan tingkat beban kerja, konsumsi energi dan produktivitas kerja perontokdengan O-belt Thresher terhadap kerja perontok secara manual dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat O-belt lebih efektif dibandingkan dengan perontokan secara manual.

C. UJI STATISTIK