PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak suku. Tiap daerah memiliki makanan dan minuman khas yang hanya dapat ditemui di daerah tersebut atau bahkan menjadi ciri
khas dari daerah. Minuman tradisional sering kali menggunakan rempah-rempah sebagai bahan bakunya. Minuman tradisional yang terbuat dari rempah-rempah memiliki potensi sebagai minuman
yang memiliki sifat fungsional bagi kesehatan.
Minuman tradisional biasanya dijajakan secara langsung oleh pedagang ke rumah-rumah konsumen atau dengan membuka warung. Cara distribusi seperti ini masih menjadi andalan untuk
mengkomersialkan minuman tradisional. Metode distribusi seperti ini yang menjadikan minuman tradisional susah berkembang dari segi konsumennya. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha
pengembangan agar minuman tradisional dapat dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas. Selain itu, minuman tradisional berpotensi sebagai minuman fungsional sehingga minuman tradisional
merupakan komoditas yang patut dikembangkan. Sayangnya, upaya pengembangan minuman masih sangat terbatas. Minuman tradisional Indonesia biasanya terbuat dari rempah-rempah. Menurut Antara
1996, untuk jenis minuman sehat, pada formulasi produk umumnya ditambahkan bahan-bahan seperti serat makanan, vitamin, asam amino, ekstrak rempah atau ginseng dan sebagainya yang telah
diyakini memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan tubuh. Melihat potensi ini, maka sangat diperlukan upaya pengembangan minuman tradisional.
Pengembangan minuman tradisional dari segi pengemasan minuman dibutuhkan untuk mencapai usaha pelestarian minuman tradisional. Selain itu, dengan pengemasan yang mampu
memberi kemudahan bagi konsumen serta yang mampu memberi umur simpan yang lebih panjang maka minuman tradisional dapat didistribusikan ke area yang lebih luas. Salah satu usaha untuk dapat
mengangkat kembali minuman tradisional adalah dengan mengemasnya menjadi minuman yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja, yaitu dengan mengemasnya dalam bentuk minuman instan.
Beberapa minuman tradisonal telah diupayakan dikemas dalam bentuk yang lebih praktis, baik dengan mengemasnya dalam bentuk ready to drink ataupun serbuk instan. Sebagai contoh adalah bir pletok
minuman khas Betawi telah dikemas dalam bentuk ready to drink, bandrek dan bajigur minuman khas Jawa Barat yang telah dikemas dalam bentuk serbuk instan.
Coro adalah salah satu minuman khas daerah Juwana, Pati, Jawa Tengah. Minuman ini biasa dijajakan setiap pagi hari dalam keadaan hangat. Penjual Coro yang biasanya adalah ibu-ibu yang
menjajakan Coro dengan menggunakan kuali tanah liat yang dipanggul Gambar 1. Secara tradisional, minuman Coro dibuat dengan merebus semua bahan yang digunakan. Minuman ini
terbuat dari campuran rempah-rempah, gula merah, dan santan. Rempah yang digunakan ada 12 jenis rempah. Bentuk penggunaan berbagai macam rempah ini ada dua macam, yatu rempah yang diolah
dari campuran 10 macam rempah yang dibuat dalam bentuk serbuk campuran rempah serta 2 macam rempah yang diolah dalam bentuk segar. Rempah-rempah telah banyak diteliti dan banyak yang
dinyatakan memiliki khasiat fungsional bagi kesehatan, misalnya adas memiliki efek diuretik dan analgesik Tanira et al.1996 diacu dalam De Marino S et al. 2007. Beberapa minuman yang terbuat
dari rempah-rempah juga telah dinyatakan memiliki efek bagi kesehatan, seperti minuman Cinna-ale. Selain menggunakan rempah-rempah, minuman Coro juga menggunakan santan. Oleh karena itu,
minuman ini memiliki umur simpan yang sangat singkat, yaitu sekitar enam jam. Hal ini ditunjukkan dengan berubahnya citarasa minuman Coro saat siang hari.
a b
c d
Gambar 1. a dan b penjual minuman Coro, c dan d minuman Coro
2 Proses pengolahan minuman instan biasanya menggunakan teknologi seperti spray drying. Akan
tetapi, pengolahan menggunakan spray drying membutuhkan investasi mesin yang cukup besar sehingga penggunaan teknologi ini kurang cocok bagi industri rumah tangga. Oleh karenanya dalam
pembuatan minuman instan Coro digunakan teknik yang mudah diterapkan di industri rumah tangga serta murah dari segi biaya. Teknik kokristalisasi dianggap paling cocok digunakan.
B. Tujuan Penelitian