Minuman Instan Pembuatan Coro Instan Minuman Khas Pati Jawa Tengah

8 Tabel 2. Komposisi gula palma Komponen SNI 01-3743-1995 Menurut Santoso 1988 Menurut Imanda 2007 Kadar air bb Maks. 10.0 11.95 8.8 Kadar abu bb Maks. 2.0 2.47 3.6 Kadar lemak bb - 1.42 1.9 Kadar protein bb - 1.77 2.9 Kadar karbohidrat bb - 91.53 82.8 Bagian tak larut Maks. 1.0 2.54 0.2

C. Minuman Instan

Sediaan instan adalah sediaan yang siap dikonsumsi siap saji dengan penambahan air hangat atau air panas dan penambahan satu atau lebih bahan tambahan, sehingga sediaan instan lebih disukai oleh masyarakat dan rasanya juga lebih enak. Instanisasi membuat produk mudah dibawa, dapat disimpan sehingga dapat mempermudah pendistribusian produk, dan memperpanjang umur simpan produk. Serbuk instan yang diperoleh harus memenuhi syarat yaitu mudah dituang tanpa tersumbat, tidak higroskopis dan tidak menggumpal, mudah dibasahi dan cepat larut. Sediaan instan berlangsung melalui proses berulang serbuk yang diperoleh dan diakhiri dengan pengeringan. Pembuatan sediaan instan dilakukan dengan penambahan komponen lain atau bahan tambahan pangan seperti gula. Penambahan gula digunakan untuk kristalisasi, bahan pengawet, pemanis, serta penambah energi. Menurut Iskandar dan Tajudin 1990, kristalisasi adalah suatu proses pemisahan dengan cara pemekatan larutan sampai konsentrasi bahan yang terlarut solut menjadi lebih besar daripada pelarutnya pada suhu yang sama. Menurut Bennion dan Scheule 2004, proses kokristalisasi dapat digunakan dalam pembuatan produk pangan jenis instan. Chen dan Chou 1993, menyatakan bahwa kristalisasi spontan dapat terjadi dengan adanya pengadukan larutan gula murni superjenuh secara cepat yang akan menghasilkan agregrat kristal yang berukuran mikro. Bahan lain dapat disisipkan atau disusun dalam sebuah kristal sukrosa berukuran mikro yang merupakan hasil dari kristalisasi spontan. Sukrosa dengan tingkat kemurnian yang tinggi berperan sebagai bahan utama dimana bahan lain ditambahkan untuk membentuk struktur yang baru, sehingga akan terbentuk aglomerat dengan fungsionalitas yang baru. Larutan sukrosa yang ditambah dengan bahan lain dipekatkan hingga mencapai fase superjenuh dan dipertahankan pada temperatur yang cukup tinggi untuk mencegah kristalisasi. Sementara itu, sejumlah bahan lainnya yang merupakan bahan kedua dapat ditambahkan setelah penguapanpemekatan. Larutan gula pekat kemudian diberi perlakuan pengadukan mekanis, yang mendorong nukleasi sehingga terbentuk kristal campuran gula dan bahan lain. Begitu larutan gula mencapai suhu dimana terjadi transformasi dan dimulainya kristalisasi, sejumlah besar panas mulai dipancarkan. Pengadukan diteruskan dengan tujuan mendorong dan memperpanjang transformasikristalisasi hingga aglomerat akan terlepas dari vessel secara cepat, dan tersaring menjadi ukuran yang sama. Produk kokristalisasi mengandung semua bagian padatan dari bahan baku. Konsep kokristalisasi dapat dilihat pada Gambar 5. Teknik kokristalisasi ini juga dikenal dengan istilah teknik kristalisasi gula semut. Teknik kristalisasi gula semut merupakan teknik yang digunakan dalam pembuatan gula semut. Meski demikian teknik ini juga dapat digunakan dalam pembuatan serbuk minuman yang berbasis gula. Menurut Cahyono 2005, satu sampai tiga kilogram gula pasir dilarutkan dalam satu liter air untuk membuat larutan gula. Kemudian dilakukan proses penyaringan, pemekatan larutan dengan pemanasan dan pendinginan yang disertai pengadukan dengan cepat untuk pembentukan serbuk. Proses kristalisasi akan menghasilkan serbuk berwarna kuning kecoklatan hingga coklat dan kadar air maksimum 3.0. Keunggulan instanisasi dengan gula semut dibandingkan dengan teknologi spray drying adalah mudah, murah, peralatan sederhana dan tidak dibutuhkan kemampuan operator yang tinggi, sehingga bisa diterapkan pada industri kecil dan rumah tangga dan industri menengah. 9 Gambar 5. Konsep kokristalisasi

D. Analisis Kelayakan Bisnis berdasar Kriteria Investasi